Di meja makan.
"Gav, kamu taruh dimana gadis itu, semalam?" tanya Briana, saat anak bujangnya menghampirinya untuk pamit pergi ke kantor.
"Di kamarku, Ma," jawab Gavin Santai, sembari meraih satu lembar roti lalu mengunyahnya di susul segelas susu.
"Apa?! Apa kamu sudah gila, Gavin! Bagaimana kalau dia membawa penyakit?!"
"Tidak akan. Ya, sudah, Ma. Gavin pergi dulu." Gavin mencium pucuk kepala sang mama, kemudian berbalik badan meninggalkan wanita kesayangannya itu dalam ketidak setujuannya.
"Gaaav...." Briana memelas.
"Daah, Mama." Gavin terus melangkah hingga tubuhnya menghilang di balik pintu.
"Anak itu... selalu saja bertingkah semaunya," guman Briana.
Di perusahaan
Gavin sudah terduduk di kursi kebesarannya. Dengan setumpuk berkas di hadapannya.
Tok... tok... tok....
"Masuk," sahut Gavin tanpa menoleh.
Ceklek... pintu terbuka.
"Pagi, Pak Boss," sapa Kenzie dengan senyuman manis di bibirnya.
"Pagi, Ken," balas Gavin.
Kenzie mendaratkan bokongnya pada kursi beroda di hadapan meja Gavin.
"Kemana saja kau seharian kemarin, Gav?"
"Bukan urusanmu," jawab Gavin datar, masih tetap fokus pada berkas - berkas yang sedang di tanda tanganinya
Kenzie tersenyum miring. "Ke tempat gadis itu lagi? Bagaimana hasilnya?"
Gavin meletakkan ballpoint nya di meja, kemudian menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi yang di dudukinya. "Tidak ada, Ken. Aku tidak menemukannya. Aku malah menemukan seorang gadis aneh."
Kenzie mengernyit heran. "Gadis aneh? Siapa?"
Gavin menegakkan kembali tubuhnya dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Ya, seorang gadis. Wajahnya memang sangat cantik. Dia sangat lugu."
"Lalu, dimana letak anehnya?"
"Selain penampilannya yang bisa di katakan jadul, dia juga mengenakan kerudung hitam yang tidak boleh di lepasnya sama sekali."
"Maksudnya?"
"Aku juga tidak mengerti. Dia bilang, kerudung itu akan membantunya terhindar dari seseorang yang mengejarnya."
Kenzie mulai tertarik. "Lalu dimana gadis itu sekarang?"
"Ada di rumahku. Aku menguncinya di dalam kamarku." Gavin menjawab santai.
Berbanding terbalik dengan sikap santai Gavin, Kenzie terperanjat tak percaya. "Kau serius? Kau tidak mengada - ada, kan, Gav? Kau membawa seorang gadis asing ke rumahmu? Lalu ibumu?" berondongan pertanyaan Kenzie.
"Ya, begitulah. Ibuku... tentu saja dia marah."
"Haha...." Tawa Kenzie menggema. "Sejak kapan kau berubah seperti itu, Gav? Selama ini kau bahkan belum pernah membawa wanita manapun ke rumahmu selain dia. Dan sekarang kau malah menyekap seorang gadis aneh. Apa yang mendorongmu melakukan itu, Sobat?" ledek Kenzie di sela tawanya.
Gavin menoyor kening Kenzie menggunakan bolpen yang di pegangnya. "Sialan. Hentikan tawamu itu, Ken. Apa kau pikir aku seaneh itu?"
"Tentu saja. Apalagi yang kau bawa, adalah seorang gadis antah berantah, yang kau sebut aneh itu. Aku bisa membayangkan bagaimana wajah Madam Briana saat pertama kali melihatnya. Pasti tak jauh dari kepiting rebus. Iya, kan, Gav? Haha...!!"
"Berhenti menertawaiku. Atau ku tendang bokongmu. Aku pastikan, setelah kau melihatnya, kau juga akan tertarik padanya."
Kenzie terkekeh , kemudian menggeleng. "Tidak akan. Secantik apapun dia, aku masih akan berpikir lima kali untuk menyukainya. Apalagi kau bilang, penampilannya sangat aneh."
"Baiklah. Terserah kau saja. Lalu, bagaimana dengan gadis yang sudah membuatmu jatuh cinta itu? Aku belum mendengar kelanjutannya."
Seketika Kenzie merubah air wajahnya menjadi serius. "Aku tidak tahu. Adik sepupunya bilang, dia tak pernah kembali lagi."
"Benarkah?"
"Begitulah. Nilam benar - benar menghilang."
Deggg!!
"Siapa katamu, Ken?" Gavin tersentak mendengar nama yang di sebutkan Kenzie.
"Hh?"
"Siapa nama gadis yang kau sebutkan tadi?!" tanya Gavin sedikit meninggi.
"Nilam. Namanya Nilam." Kenzie berubah Heran.
"Apa nama desa tempatnya tinggal itu, Ken?"
"Tegal Mayang."
Deggg! Jantung Gavin kembali melompat.
"Apakah sepupunya itu bernama Hana, Kakeknya bernama Usman, ibunya bernama Marni, ayahnya bernama Wisnu, dan bibinya bernama Murni?"
Kenzie tersentak luar biasa. "Gaav, da- darimana k- kau tahu?" tanyanya tak percaya.
"Jadi benar?" tanya Gavin.
Kenzie mengangguk pelan masih dengan tatapan bingung.
Gavin mengusap wajahnya kasar. "Ya, Tuhaan...."
"Darimana kau mengenal mereka, Gav?" tanya Kenzie penasaran.
"Ken.... Gadis yang ku cari itu adalah Nilam," jawab Gavin penuh penekanan.
"Apa?!" Kenzie kembali di kejutkan dengan pernyataan Gavin.
"Benar, Ken. Jadi gadis yang kau bawa ke rumah sakit itu, adalah Nilam?" tanya Gavin.
"Ya, begitulah. Dan kau, Gav, jadi maksudmu... Nilam adalah gadis kecil di masa lalu mu itu?"
Gavin mengangguk. "Kenapa bisa kebetulan seperti ini?" gumamnya.
"Aku juga tidak mengerti, Gav. Dunia ini terasa begitu sempit."
"Kau benar. Jadi kita mencari dan menyukai wanita yang sama?" tanya Gavin tak habis fikir.
Kenzie membuang pandangannya ke sembarang arah. "Bisa di katakan seperti itu, Gav."
"Lalu, apa kau tahu dimana orang tuanya?" tanya Gavin lagi.
"Menurut cerita Hana, mereka di temukan meninggal di dalam hutan. Setelah dua hari menghilang."
"Apa?! Apa maksudmu mereka di bunuh?!"
"Aku tidak tahu secara pasti. Hana hanya menceritakan sebatas itu."
Gavin kembali mengusap kasar wajahnya. Ia bangkit kemudian melangkah ke arah kaca besar yang menampilkan pemandangan indah kota dari ketinggian. Ia memasukkan dua telapak tangannya ke dalam saku celananya.
"Dan Nilam, bagaimana wajahnya sekarang, Ken?"
Kenzie menghampiri Gavin, dan berdiri di sampingnya, lalu menatap ke arah yang sama dengan sahabatnya itu. Hingga terlihat seperti dua orang pangeran tampan yang berdiri berdampingan.
"Benar katamu, Gav. Dia tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Rambutnya lurus hitam dan panjang. Kulitnya putih berseri. Bahkan... maaf, menurutku... kecantikannya melebihi Anita, mantan kekasihmu itu."
"Jangan kau bahas wanita itu lagi, Ken. Mendengar namanya pun aku sudah tak sudi. Saat ini, aku hanya ingin Nilam."
Kenzie tersenyum kecut. "Aku ingin bertanya padamu, Gav." Ia lalu beralih menghadap Gavin. "Seandainya Ani... oh maaf, maksudku wanita itu, tidak mengkhianatimu, apakah kau akan tetap mengingat Nilam dan mencarinya?"
"Sejak awal, bahkan semenjak aku masih tinggal di London, aku sudah berniat untuk mengunjungi Nilam. Tetapi kedatangan gadis bodoh itu mengalihkan niat dan perasaanku," ujar Gavin penuh penyesalan.
"Dan pada akhirnya aku yang lebih dulu bertemu dengan Nilammu itu," ucap Kenzie tersenyum.
"Tapi sekarang dia menghilang. Sepertinya Tuhan memang menakdirkan tak satupun di antara kita mendapatkannya."
Kini posisi mereka saling berhadapan.
"Jadi menurutmu kita adalah rival?" tanya Kenzie.
"Dan aku yang akan menemukan Nilam lebih dulu," ujar Gavin meyakinkan.
Kenzie terkekeh. "Hey, Bos. Lalu bagaimana dengan gadis aneh yang kini kau sekap di kamarmu?"
Gavin terhenyak. "Nuri...."
"Oh, jadi Nuri nama gadis itu?" Kenzie kembali terkekeh. "Sebaiknya kau urus dulu dia, Gav. Baru setelah itu kita bisa mulai bersaing," lanjutnya. "Oh, atau... kau tetap bersama dia. Dan aku yang akan mencari dan mendapatkan Nilam sendiri, tanpa seorang rival." Kenzie sedikit menekankan kata terakhirnya.
Gavin tersenyum kecut. "Hh, omong kosong. Masalah Nuri biar menjadi urusanku. Tapi Nilam... tidak semudah itu ku serahkan padamu."
Lagi - lagi Kenzie terkekeh. "Baiklah, Sobat. Kita bersaing secara fair. Siapa yang menemukan Nilam lebih dulu, maka dia yang berhak mendapatkannya."
"Bagaimana jika setelah kau menemukan dia, dia tidak mau bersamamu? Karena dari yang ku dengar dari sahabatnya di desa itu, Nilam sangat merindukanku," Gavin tersenyum menang.
Kenzie sedikit terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu. Kemudian tersenyum kembali. "Aku akan membuatnya menyukaiku," tegasnya.
"Baiklah. Kita bersaing secara adil dan tanpa paksaan. Biarkan Nilam menetapkan perasaannya sendiri. Bagaimana, Tuan Kenzie?"
"Oke. Setuju."
Keduanya saling berjabat tangan, tanda persetujuan dalam rangka bersaing mendapatkan Nilam. Meskipun mereka belum mendapatkan kejelasan dan titik terang tentang dimana keberadaan gadis yang mereka rebutkan itu.
~°°°~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dewi Ansyari
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 Gavin dan Kenzie lucu memperebutkan Satu gadi yg mereka sukai,tpi tidak tau saja kalo Gavin sudah lebih dulu menemukannya walopun namanya berbeda tapi orangnya satu🤣🤣🤣🤣😁,ternyata Gavinlah jodoh Nilam😊
2021-10-20
0
Dewi Mudrika
di dlm kmarmu gav,😆
2021-04-05
0
NA_SaRi
iiih sportif banget mereka thor..keceeeh
2020-12-20
1