" Maaf Juragan Dahlan yang terhormat, saya tegaskan pada Anda sekali lagi. Sampai mati pun, saya tidak akan pernah melepaskan Nilam untuk menikah dengan Anda. Sebanyak apapun harta yang Anda tawarkan untuk kami," tegas kakek Usman penuh penekanan.
Dahlan tersenyum remeh. " Baiklah, Pak Usman. Sepertinya Anda sudah memilih kemungkinan yang terburuk untuk cucu kesayangan Anda itu, dan untuk seluruh keluarga ini."
Namun Kakek Usman tetap tak terpancing dengan ancaman Dahlan. " Terserah apapun yang Anda katakan, Juragan. Saya hanya akan menikahkan Nilam dengan orang yang di cintainya."
Tanpa berkata lagi, Dahlan bangkit kemudian berjalan keluar. Sesaat ia terdiam di ambang pintu. Menampilkan seringai iblis di wajahnya tanpa menoleh. Lalu kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju mobil mewahnya, dimana dua orang pengawalnya sudah berdiri menunggunya.
Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya setelah pengawal tersebut membukakan pintu mobil itu untuknya.
"Jalan," titahnya.
Mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Nilam.
Sepeninggal Juragan Dahlan, didalam rumah.
"Pak ... sudahlah. Kita mengalah saja. Apa salahnya Nilam menikah dengan Juragan kaya itu? Bukankah malah bagus, kita semua akan ikut hidup enak, Pak," ucap Murni penuh harap.
" Diam kau Murni ! Kalau kau ingin kaya, maka kau saja yang menikah dengannya. Dan jangan sampai kau berpikir, mengorbankan cucu-cucuku untuk kepentingan sepihak mu," ujar kakek Usman kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Murni mendelik kesal. " Dasar orang tua keras kepala !"
Hana hanya terdiam, tanpa berniat menimpali apapun. Ia cukup ketakutan dengan ancaman Dahlan untuk Nilam dan keluarganya. Termasuk untuk dirinya.
Kak Nilam, ada dimana kamu sekarang? Apa kamu sengaja melarikan diri dari ini?
" Hana." Murni menggelayut manja di lengan putrinya.
" Ada apa, Bu?"
Murni tersenyum. " Kamu gantikan Nilam ya, untuk menikah dengan Juragan Dahlan?"
Hana tersentak. Ia melepaskan gelayutan lengan ibunya. " Apa yang sebenarnya yang ada dalam pikiran Ibu? Sampai Ibu rela mengorbankan anak Ibu sendiri, untuk menikahi tua bangka itu?"
Uang, Hana! Ibu hanya ingin uang! Kita akan kaya, jika kamu mau menikahi Juragan Dahlan. Ibu sudah bosan hidup miskin !"
Hana tersenyum miris. " Ibu sadar, tidak? Karena sikap Ibu yang seperti inilah, yang membuat ayah meninggalkan Ibu. Dan juga aku ..." Hana mengusap pipinya yang sudah basah tertimpa air matanya.
"Itu semua karena ayahmu tidak becus membahagiakan kita, Hana! "
"Bukan kita! Tapi Ibu! Hanya Ibu. Aku sudah sangat bahagia bersama ayah. Meskipun hidup kita sederhana, Bu."
" Persetan dengan kesederhanaan! Ibu ingin merasakan, bagaimana hidup menjadi orang kaya, Hana!"
"Jika hanya uang masalahnya, aku bisa bekerja, Bu ..."
"Tidak, Hana. Kau harus menikah dengan pria kaya. Tanpa harus membuang-buang tenagamu. Kulit halusmu akan rusak, jika kau gunakan untuk bekerja."
" Lalu bagaimana dengan kak Nilam, Bu?! Dia bahkan rela bekerja keras untuk kita semua."
"Dia itu pengecualian, Hana. Aku tidak akan pernah perduli pada anak sialan itu."
Tanpa berkata apapun lagi, Hana bangkit dari tempatnya, kemudian berlalu meninggalkan ibunya dengan air mata yang masih berurai.
Apa salah kak Nilam sebenarnya padamu, Bu? Hingga Ibu begitu jahat padanya. Suara bathin Hana ditengah langkahnya menuju kamarnya.
***
Keesokan harinya.
Sebuah mobil mewah berhenti di halaman sebuah rumah sederhana.
Seorang pria muda nan tampan turun dari dalam mobil tersebut. Dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Tubuhnya berputar membukakan pintu lain mobilnya. Kemudian turunlah seorang gadis cantik dengan rambut panjang indahnya yang di biarkan terurai begitu saja.
"Apakah ini benar rumahmu, Nilam?" tanya Kenzie.
Nilam hanya mengangguk.
Benar, Kenzie mengantar Nilam pulang ke rumahnya dari rumah sakit. Meskipun pada awalnya gadis itu menolak. Namun dengan jurus andalannya yang entah apa, akhirnya Nilam bersedia di antarkannya pulang.
"Ayo masuk," ajak Nilam.
Kenzie tersenyum kemudian mengangguk.
Dengan langkah ragu Nilam menginjakkan kakinya ke arah pintu rumahnya.
"Kenapa?Apa kamu takut di marahi kakekmu?" tanya Kenzie heran melihat langkah ragu Nilam.
Nilam menggeleng. " Tidak, ayo ku perkenalkan kamu pada kakek."
"Ayo, dengan senang hati," balas Kenzie ceria.
Namun tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah memperhatikan mereka dari kejauhan.
" Jadi ini yang kamu lakukan di belakangku, Nilam," ucap Danu geram. Kedua telapak tangannya terkepal kencang. Dengan hati kecewa, ia kemudian pergi tanpa melanjutkan niatnya untuk menemui Nilam.
Di depan pintu rumah Nilam.
Tok... tok... tok...
Nilam mulai mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa?!" teriak seseorang dari dalam rumah.
"Ini Kak Nilam, Hana," balas Nilam setengah berteriak.
Ceklek (Pintu terbuka)
"Kak Nilam." Hana berhambur memeluk Nilam, ia memejamkan matanya seolah meresapi pelukannya bersama Nilam.
" Kakak darimana saja? Aku dan kakek sangat mengkhawatirkan kakak dari semalam."
"Nanti kakak ceritakan." Nilam melepas pelukan Hana.
Namun sesaat Hana terdiam, saat menyadari ada sosok lain yang datang bersama Nilam.
Mata Hana memandang kagum pada sosok Kenzie yang berdiri di belakang kakaknya tersebut.
Kenzie tersenyum. Ia melepas kacamata gelapnya. Pemandangan kagum wanita terhadap dirinya sudah sangat biasa baginya. " Hay." Kenzie melambaikan tangannya singkat pada Hana.
Nilam mengikuti kemana arah mata Hana melihat. Kemudian ia tersenyum.
"Kenalkan, dia Kenzie. Orang yang sudah menolong Kakak kemarin."
Hana sedikit tersentak. " Menolong kakak? Memangnya kemarin Kakak kenapa ?"
"Aku menemukan kakakmu tergeletak pinsan di perkebunan teh. Kemudian aku membawanya ke rumah sakit. Dan dokter baru memperbolehkan ia pulang pagi ini." Kenzie mengambil jawaban.
"Kakak pinsan? Di perkebunan? kenapa? Apa karena Juragan Dahlan menemui Kakak di sana? Dan meminta Kakak untuk menikah dengannya? Iya, Kak?" Gempuran pertanyaan di lontarkan Hana.
Nilam menunduk. Wajahnya berubah sendu. "Iya, Hana."
Hana menarik Nilam ke dalam pelukannya.
"Aku bisa bayangkan bagaimana takutnya Kakak saat itu. Hingga Kakak sampai pinsan seperti yang di katakan pria tampan ini."
Kenzie tersenyum menanggapi kejujuran Hana. Namun pikirannya terus mencerna setiap pembicaraan kedua wanita muda itu. Ternyata benar. Nilam ... beban hidupmu itu begitu berat. Bathin Kenzie. Matanya menatap Nilam sendu.
Sadar akan sesuatu tentang ancaman Juragan Dahlan, seketika Nilam melepas pelukan Hana. Ia memegangi kedua bahu Hana. Raut wajahnya tiba-tiba berubah khawatir.
"Apa kalian semua tidak apa-apa? Kakek bagaimana, Hana? Apa dia baik-baik saja? Juragan Dahlan tidak berbuat apa-apa pada kalian, kan?"
"Kakak! Tenanglah, Kak. Kita semua baik-baik saja. Tapi untuk saat ini." Hana menunduk sendu.
"Untuk saat ini?Apa maksud kamu, Hana?"
Nilam menggerak-gerakkan bahu Hana sedikit kencang.
Kenzie mulai tertarik dengan percakapan kedua wanita cantik di hadapannya. Ia sedikit memajukan langkahnya mendekat ke arah keduanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini? Kenapa mereka seakan dalam keadaan terancam?
" Katakan, Hana." Nilam sedikit memaksa.
" Sebaiknya kita masuk dulu, Kak. Di rumah ini tidak ada siapa-siapa selain aku."
" Kemana bibi dan kakek?" tanya Nilam.
" Kakek pergi ke perkebunan untuk mencari kakak. Sedangkan ibu, aku tak tahu dia pergi kemana."
" Kakek pasti sangat mengkhawatirkanku. Kakak harus menyusul Kakek ke sana, Hana."
Nilam berbalik badan hendak pergi, namun Hana mencekal sebelah lengannya.
"Jangan, Kak. Jangan ke sana. Hana takut Kakak akan bertemu Juragan Dahlan atau para pengawalnya. Hana khawatir keselamatan Kakak akan terancam, jika Kakak tetap memaksa pergi ke sana. Kakek pasti akan segera pulang, Kak," ujar Hana berusaha meyakinkan.
" Benar yang di katakan adikmu, Nilam. Meskipun aku tidak mengetahui permasalahan kalian yang sebenarnya. Tapi aku bisa menilai dari percakapan kalian berdua. Sebaiknya kamu ikuti apa kata adikmu."
"Benar, Kak. Ayo, Kak, kita masuk," ajak Hana.
Nilam akhirnya mengangguk, kemudian ia menoleh ke arah Kenzie. " Ayo, Kenzie."
Kenzie tersenyum puas. " Ayo."
Nilam dan Kenzie kini terduduk di atas sofa usang di dalam rumah itu.Tempat yang sama saat Dahlan menemui kakek Usman untuk melamar Nilam, semalam.
Sedangkan Hana pergi ke dapur untuk membuatkan mereka minuman.
Kenzie mengedar pandangannya ke sekeliling rumah.
" Rumahmu ini sangat bersih dan nyaman." Kenzie tersenyum. Menghadapkan wajahnya ke arah Nilam.
"Itu termasuk pujian, kah? Atau hinaan secara halus? Aku tahu, pasti rumahmu sangatlah besar dan mewah. Jadi kamu sedikit aneh, masuk ke dalam rumah seperti ini." Nilam tersenyum miris.
" Hey, kenapa bicara seperti itu? Aku berkata apa adanya. Rumah ini memang sangat nyaman. Terlebih penghuninya seorang bidadari cantik sepertimu," goda Kenzie.
" Kamu berlebihan , Kenzie. Aku tidak secantik itu."
" Aku sama sekali tidak berlebihan. Kamu memang sangat cantik, Nilam."
Nilam sedikit tersipu.
Di balik sebuah tirai penyekat antara dapur dan ruang tamu itu. Hana mendengarkan setiap percakapan Nilam dan Kenzie yang terdengar akrab di telinganya, dengan nampan berisi tiga gelas minuman di kedua tangannya.
" Sepertinya pria tampan itu menyukai Kak Nilam," gumam Hana tersenyum getir.
" Kamu benar-benar beruntung, Kak. Begitu banyak lelaki yang menyukaimu. Kamu memiliku Danu. Sekarang pria bernama Kenzie itu. Bahkan Juragan Dahlan si tua bangka itupun, begitu tergila-gila padamu. Sedangkan aku, ibu mengizinkanku keluar pun tidak. Malah semalam dia menyuruhku menggantikanmu, menikah dengan Juragan genit itu. Huhh!" Hana menengadahkan kepalanya ke atas. "Oh, Hana ... malang nian nasibmu ini."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Yeni Eka
Mantap keren ceritanya, Like lagi
2021-01-26
0
Seul Ye
Mon maap, buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Hana sih fix bakal kaya Murni 🙄
2021-01-21
0
ARSY ALFAZZA
semangat ❤️
2021-01-16
0