Keluarga yang enak di lihat

...Damar sedikit mengerutkan keningnya saat membaca pesan dari Papahnya....

..."Damar, tolong sampaikan pada Shasa, Papah minta maaf karena sepertinya Papah tidak bisa hadir di acara perlombaan nanti. Mamah sakit, Papah harus menjaga mamah Nak." Pesan dari Pak Adhi....

..."Mamah sakit?" Kaget Damar....

...***...

Damar pun segera menghubungi ponsel Papahnya namun tak kunjung ada jawaban, membuat Damar semakin khawatir pada kondisi Mamahnya.

"Kenapa perasaanku menjadi tidak tenang seperti ini." Ucap Damar yang tampak mondar mandir di dalam kamarnya.

Pikirannya terus terfokus pada kondisi Mamahnya yang entah sakit apa. Hingga tanpa Damar sadari Ajeng sudah terbangun dan kini tengah berdiri di belakangnya.

"Mas." Panggilnya menepuk pundak Damar.

Damar nampak tersentak yang juga membuat Ajeng ikut tersentak.

"Ada apa sih Mas? kenapa kamu terlihat gelisah seperti itu? dari tadi mondar mandir bikin aku pusing lihatnya Mas." Tanya Ajeng yang heran sendiri melihat suaminya.

"Sayang, kalau kita ke Jakarta sekarang bagaimana?" Bukannya menjawab Damar malah balik bertanya.

"Emang kenapa Mas? bukannya mobil dari sekolah berangkatnya sore?" Tanya Ajeng.

"Tadi Mas dapat pesan dari Papah, katanya mamah sakit, Mas udah coba telpon Papah tapi ngga di jawab, perasaan Mas jadi ngga tenang sayang." Jawab Damar.

"Ya sudah, Mas ke Jakarta duluan saja, nanti aku dan Shasa menyusul sama pihak sekolah Mas, kita ketemu di Jakarta saja." Ucap Ajeng.

"Jangan dong sayang, Mas ngga bisa tenang kalau harus jauh dari kamu, kamu ikut Mas saja ya." Ucap Damar.

"Terus Shasa gimana Mas?" Tanya Ajeng.

"Hemmm, kita jemput Shasa sekarang, nanti Mas yang izin sama pihak sekolahnya, biar besok kita langsung ketemu di tempat acara saja, jadi kita bisa sekalian nginep di rumah Papah dulu." Jawab Damar.

"Mas yakin mau nginep dirumah Papah?" Tanya Ajeng memicingkan matanya.

Damar terdiam sejenak, dia teringat jika Mamahnya belum bisa menerima Ajeng dan anaknya. Damar membayangkan bagaimana nanti saat meraka menginap di rumah Papah lalu Mamahnya malah mengusir Ajeng dan Shasa.

"Tidak tidak, kita menginap di hotel saja Sayang." Ucap Damar membuyarkan lamunannya.

"Mas..."

"Kita lihat kondisi di sana saja sayang, kalau Mamah sudah bisa menerima kamu mungkin kita bisa menginap di rumah Papah, kalau ngga ya kita di hotel saja." Sela Damar.

"Ya sudah Mas." Ucap Ajeng menyetujui.

"Oh ya Mas, kita naik apa ke Jakartanya?" Tanya Ajeng.

"Kita naik travel saja sayang, atau kalau nggak kita sewa mobil saja, biar Mas yang nyetir sendiri mobilnya." Jawab Damar.

"Ya udah Mas, aku sih ikut apa kata Mas aja." Ucap Ajeng.

"Oke, kalau gitu Mas mau cari mobil yang bisa kita sewa ya, kamu siap siap dulu saja." Ucap Damar mengecup kening Sang istri lalu segera menyambar dompet yang ada di atas nakas.

"Iya Mas." Sahut Ajeng, Damar pun segera berlalu.

***

"Ayah, kenapa kita ke Jakartanya lebih cepat? dan ini kita naik mobil siapa Yah?" Tanya Shasa setelah di jemput oleh Ayah dan Bundanya.

"Ini Mobil orang Sayang, Ayah sengaja menyewa mobil ini untuk kita pergi ke Jakarta, Oma sedang sakit, jadi kita harus ke Jakarta sekarang biar kita ada waktu untuk menjenguk Oma dulu, sebelum besok Shasa ikut lomba." Jawab Damar yang masih fokus menyetir mobilnya.

"Jadi kita mau ketemu Oma dan Opa ya Yah?" Tanya Shasa yang duduk di jok belakang.

"Iya sayang." Jawab Damar.

"Horeeee Shasa mau ketemu Oma dan Opa." Ucap Shasa girang.

Damar melihat Shasa darin balik kaca yang ada di depan sembari tersenyum, dan Ajeng menoleh ke belakang menatap Shasa yang begitu bahagia karena akan bertemu dengan Oma dan Opa nya. Namun hati keduanya kini tengah berkecamuk.

"Apa Mamah sudah bisa menerima Shasa kalau aku bawa Shasa menemui mamah sekarang. Kalau ternyata Mamah tidak mau melihat Shasa bagaimana, pasti Shasa akan sangat sedih." Batin Damar.

"Semoga saja Mamah mau menerima kehadiran aku dan juga Shasa." Batin Ajeng.

Lalu keduanya pun saling tatap, seolah keduanya tau apa yang ada di pikiran pasangan masing masing. Damar tersenyum lalu menganggukan kepalanya pada Ajeng, mencoba memberitahu Ajeng bahwa semuanya akan baik baik saja. Ajeng pun tersenyum menanggapi Damar, kemudian damar kembali fokus melihat jalanan yang akan mereka lalui.

Damar terus melajukan mobilnya yang kini sudah memasuki kota Bandung.

"Mas, bagaimana kalau kita bawa sesuatu untuk Mamah, papah dan juga teman teman Mas nanti disana, setelah lama ngga bertemu masa kita ngga bawa apa apa Mas." Ucap Ajeng yang tidak mungkin berkunjung kerumah mertuanya tanpa membawa apa apa.

"Iya juga ya, Mas ngga kepikiran seperti itu sayang. Ya sudah nanti kita coba mampir ke pusat oleh-oleh saja ya sayang." Ucap Damar.

"Iya Mas." Sahut Ajeng.

Damar berhenti tepat di sebuah toko yang menyediakan berbagai macam oleh-oleh khas Bandung.

"Shasa sayang, kamu pilihkan oleh oleh untuk Oma dan Opa Ya." Ucap Damar setelah memarkirkan mobilnya.

"Siap Ayah." Ucap Shasa.

Lalu Damar keluar lebih dulu dari mobil, lalu membuka pintu untuk Ajeng. Setelahnya Damar membukakan pintu untuk putrinya.

"Lets Go." Ucap Damar sembari menggandeng Shasa, Shasa pun menggandeng Bundanya.

Ketiga nya begitu antusias memilih beberapa makanan khas Bandung. Ada Bolen pisang, bolu susu lembang, Brownies kukus, aneka keripik, dodol dan wajik.

"Mas, sepertinya ini sudah cukup." Ucap Ajeng melihat belanjaanya yang sudah hampir sekeranjang penuh.

"Iya sayang." Sahut Damar.

"Shasa sayang, apa ada yang mau Shasa beli lagi?" Tanya Damar pada putrinya.

"Udah ngga ada Yah." Jawab Shasa.

"Oke kalau gitu kita ke kasir sekarang." Ucap Damar kemudian menenteng keranjang belanjaannya dan membawanya ke meja Kasir.

"Aduh." Keluh Ajeng memegangi perutnya saat anak dalam kandungannya menendang perutnya begitu keras

"Kenapa sayang?" Tanya Damar panik segera merangkul istrinya.

"Ngga apa apa Mas, ini dedenya tadi nendang nendang." Jawab Ajeng meringis.

"Mas, boleh ambilkan air putih." Pinta Ajeng saat Damar mengelus perutnya yang sudah sangat buncit.

"Oh ya, sebentar sayang." Ucap Damar kemudian mengambil air putih dalam botol yang kebetulan ada di samping meja kasir.

Damar membuka tutup botol tersebut lalu memberikannya pada Ajeng, Ajeng segera meneguk air dalam botol itu hingga habis.

"MashaAllah sayang, kamu haus ya? Kenapa ngga bilang dari tadi." Ucap Damar mengusap lembut puncak kepala istrinya lalu mengecup kening Ajeng.

"Mas, malu sama anak, tuh dilihatin sama orang orang juga." Tegur Ajeng yang merasa malu menjadi pusat perhatian anak dan juga para pengunjung disana.

"Ciyeee Ayah, Bunda." Ledek Shasa yang membuat Damar jadi salah tingkah sendiri.

Kasir yang sat ini sedang menghitung belanjaan Damar pun tersenyum melihat keromantisan pasangan di depannya.

"Kamu sih Mas." Bisik Ajeng dengan melotot kan matanya.

"Habis kamu selalu bikin aku gemas sayang." Sahut Damar mencubit pipi Ajeng yang semakin gembul.

"Iya tapikan jadi malu Mas." Ucap Ajeng.

"Kenapa harus malu sayang, kita kan suami istri jadi wajar saja kalau kita..."

"Udah ahh Mas, aku tunggu di depan saja." Sela Ajeng yang hendak beranjak dari tempatnya.

"Jangan dong sayang, kamu tetap disini, Mas bayar dulu." Ucap Damar menahan tangan Ajeng lalu kembali fokus melihat monitor yang ada di kasir.

"Totalnya jadi 560.000 Mas." Ucap Kasir itu.

Damar segera mengambil Dompet yang ada di saku celananya, lalu memberikan uang seratus ribuan sebanyak enam lembar pada mbak kasirnya.

"Kembalian ambil saja Mbak." Ucap Damar yang segera menenteng kantong kresek besar yang berisi belanjaannya.

"Ayo sayang." Ajak Damar menggandeng lengan kanan Ajeng, sementara satu tangannya menenteng belanjaan. Shasa pun menggandeng lengan kiri Bundanya.

"Ya Ampun, So sweet banget sih mereka, Suaminya ganteng, istrinya cantik, anaknya cantik dan lucu, bener bener keluarga yang enak dilihat." Puji salah seorang pengunjung di sana setelah Damar, Ajeng dan Shasa keluar dari toko itu.

"Iya Mbak, bikin iri orang-orang yang lihat." Ucap Mbak mbak kasir.

Episodes
1 Pernikahan
2 Tragedi
3 Memulai penyelidikan
4 Mual muntah
5 Positif
6 Benih siapa
7 kedatangan Ayah mertua
8 Itu cucu Papah
9 Penangkapan
10 Di usir
11 Aku benci anak ini
12 Persalinan
13 Alesha Almahyra Azzahra
14 Bangga
15 Ajeng tak sadarkan diri
16 Rencana ke Jakarta
17 Laki laki terhebat
18 Transferan dari papah mertua
19 Keluarga yang enak di lihat
20 Ruang ICU
21 Siapa dia?
22 Coffe shop Kevin
23 Cemburu
24 Bicara berdua
25 Anakku
26 Bukan cinta tapi obsesi
27 Penyejuk hati
28 Belum ketemu jodoh
29 Merindukan
30 Hanya masa lalu
31 Curiga
32 Demi sebuah rencana
33 Impian Damar
34 Menjelaskan
35 Mengurusi
36 Mencari Ajeng
37 Rekaman CCTV
38 Ajeng pendarahan
39 Harus segera di lahirkan
40 Ruang perinatologi
41 Zeandra Davi Adhitama
42 Introgasi
43 ASI untuk Zean
44 Adik bayi Shasa
45 Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46 Menjenguk Zean
47 Sudah Tau
48 Kebahagiaan Ajeng
49 Pernikahan Riko
50 Bertemu Jihan
51 kebahagiaan Kevin
52 Belanja keperluan Zean
53 Kamar Zean
54 Rama melamar Freya
55 Takut Zean Hilang
56 Bertemu orang tua Rama
57 Bulan depan
58 Gercep
59 Kenapa kamu kembali?
60 Tuduhan
61 Sah
62 Merasa tidak pantas
63 Mendadak punya istri
64 Freya tak sadarkan diri
65 Panik
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Keras kepala
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pernikahan
2
Tragedi
3
Memulai penyelidikan
4
Mual muntah
5
Positif
6
Benih siapa
7
kedatangan Ayah mertua
8
Itu cucu Papah
9
Penangkapan
10
Di usir
11
Aku benci anak ini
12
Persalinan
13
Alesha Almahyra Azzahra
14
Bangga
15
Ajeng tak sadarkan diri
16
Rencana ke Jakarta
17
Laki laki terhebat
18
Transferan dari papah mertua
19
Keluarga yang enak di lihat
20
Ruang ICU
21
Siapa dia?
22
Coffe shop Kevin
23
Cemburu
24
Bicara berdua
25
Anakku
26
Bukan cinta tapi obsesi
27
Penyejuk hati
28
Belum ketemu jodoh
29
Merindukan
30
Hanya masa lalu
31
Curiga
32
Demi sebuah rencana
33
Impian Damar
34
Menjelaskan
35
Mengurusi
36
Mencari Ajeng
37
Rekaman CCTV
38
Ajeng pendarahan
39
Harus segera di lahirkan
40
Ruang perinatologi
41
Zeandra Davi Adhitama
42
Introgasi
43
ASI untuk Zean
44
Adik bayi Shasa
45
Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46
Menjenguk Zean
47
Sudah Tau
48
Kebahagiaan Ajeng
49
Pernikahan Riko
50
Bertemu Jihan
51
kebahagiaan Kevin
52
Belanja keperluan Zean
53
Kamar Zean
54
Rama melamar Freya
55
Takut Zean Hilang
56
Bertemu orang tua Rama
57
Bulan depan
58
Gercep
59
Kenapa kamu kembali?
60
Tuduhan
61
Sah
62
Merasa tidak pantas
63
Mendadak punya istri
64
Freya tak sadarkan diri
65
Panik
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Keras kepala
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!