Benih siapa

..."Sayang, kamu jangan seperti ini, harusnya kamu senang kita akan memiliki seorang anak sayang." Ucap Damar berusaha menenangkan sang istri, namun bukannya tenang Ajeng justru menangis begitu kencang....

..."Hiksss Hiksss,, kenapa Mas, kenapa harus seperti ini, kenapa semua ini terjadi Mas, kenapa aku harus hamil Mas, kenapa? Aku tidak tau anak yang ada di dalam kandungan aku ini anak kamu atau anak..."...

...***...

"Hssttttt, ini anak kita sayang, jangan pernah katakan kalau ini bukan anakku karena ini anak kita." Ucap Damar mengusap perut Ajeng.

"Tapi Mas..."

"Sudah, jangan katakan apapun, ini anak kita sayang, ingat.. ini anak kita. oke?" Ucap Damar penuh penekanan.

"Terimakasih Mas." Ucap Ajeng langsung memeluk sang suami.

"Ya sudah, sekarang kita ganti baju ya, aku akan antar kamu periksa ke puskesmas." Ucap Damar lalu membantu Ajeng untuk berdiri dan keluar dari kamar mandi.

"Udah siap sayang?" Tanya Damar yang sedang duduk di ruang tamu setelah berganti pakaian, menunggu sang istri yang masih bersiap siap.

"Sudah Mas." Jawab Ajeng keluar dari kamar dan sudah rapih mengenakan gamis berwarna biru dan balutan hijab yang senada dengan gamisnya.

"MasyaAllah, bidadari Mas cantik sekali." Puji Damar saat melihat istrinya memakai hijab.

"Bisa aja kamu Mas." Ucap Ajeng yang jadi tersipu malu.

"Ya sudah, kita berangkat sekarang." Ucap Damar yang segera menggandeng istrinya dan siap berangkat ke puskesmas. Namun baru beberapa langkah, Ponsel Damar berdering.

Drettt drettt drettt

"Sebentar sayang." Ucapnya lalu merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya.

"Hallo, Assalammualaikum Ko?" Salam Damar saat menerima panggilan dari Riko.

"Wa'alaikumsalam, Dam bisa kita bertemu?" Ucap Riko.

"Ada apa ko? Kok kamu kaya tegang gitu?" Tanya Damar yang dari suaranya bisa menebak kalau Riko saat ini sedang kecewa.

"Aku sudah tau siapa dalang di balik kejadian yang menimpa istri kamu Dam, makanya aku ingin kita bertemu sekarang." Jawab Riko.

"Oh ya, oke kalau gitu nanti kita bertemu di tempat biasa aja, saat ini aku mau anter Ajeng ke Puskesmas dulu Ko, setelah itu aku langsung kesana." Ucap Damar.

"Ya, oke aku tunggu, Dam. Assalamualaikum." Ucap Riko.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Damar lalu panggilan pun berakhir.

"Siapa Mas?" Tanya Ajeng.

"Riko sayang teman aku, dia ngajak ketemuan, katanya ada yang mau di omongin." Jawab Damar yang tidak berterus terang kalau Riko ingin membahas tentang pelaku utama kejadian yang di alami oleh Ajeng.

"Ohh, ya sudah kita berangkat yu, nanti keburu tutup puskesmasnya, ini aja udah jam satu Mas." Ucap Ajeng sembari melirik jam yang ada di dinding.

"Iya sayang." Sahut Damar.

Mereka pun segera melaju ke puskesmas menggunakan motor yang Damar miliki.

Sesampainya di puskesmas, Damar segera ke loket pendaftaran.

"Permisi Bu, saya ingin memeriksa istri saya yang sedang hamil." Ucap Damar.

"Oh ya silahkan Pak, kebetulan hari ini memang jadwalnya pemeriksaan ibu hamil, tapi kok siang banget Pak kesininya?" Tanya Petugas loket.

"Iya Bu, soalnya baru tau kalau istri saya hamil, baru di testpack tadi." Jawab Damar.

"Ohhh gitu. Kartu keluarga nya Pak." Pinta petugas loket, Damar pun segera memberikan fotocopy kartu keluarga miliknya.

"Ya sudah Pak, silakan di tunggu dulu ya di depan ruang KIA yang ada di depan sana paling ujung Pak." Ucap petugas loket menunjuk tempat ruang pemeriksaan kehamilan.

"Baik Bu, terimakasih ya Bu." Ucap Damar kemudian menghampiri istrinya yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Sayang, kita duduk di sana saja." Ucap Damar lalu menggandeng sang istri pindah tempat duduk.

Baru beberapa menit duduk, Nama Ajeng sudah di sebut oleh seorang Bidan yang berada di dalam ruang pemeriksaan.

"Ibu Ajeng Ayesha." Panggilnya.

Damar dan Ajeng berjalan masuk ke ruang pemeriksaan, dan di sambut hangat oleh Bidan yang akan memeriksanya.

"Selamat siang Pak, Bu." Sapa Bu Bidan.

"Ada yang bisa saya Bantu?" Tanyanya kemudian.

"Iya Bu, kami baru saja melakukan test kehamilan menggunakan testpack, dan Alhamdulillah hasilnya positif, saya ingin istri saya di periksa Bu soalnya tadi pagi sempat mual muntah." Ucap Damar setelah duduk berhadapan dengan Bu Bidan sembari menunjukan testpacknya.

"Oh Baik, kalau begitu silahkan naik ke tempat tidur Bu." Ucap Bidan yang bernama Ratna mempersilahkan Ajeng untuk berbaring di tempat tidur.

Damar dengan sigap membantu sang istri naik ke tempat tidur, lalu duduk kembali ke tempatnya, Bidan Ratna segera memeriksa tekanan darah, suhu, nadi, respirasi dan memeriksa perut Ajeng.

"Alhamdulillah kondisi Ibu baik, Insha Allah kehamilannya juga baik, saya akan buatkan resep obat untuk menghilangkan mualnya ya Bu." Ucap Bidan Ratna sembari menuliskan nama obat pada kertas resep, sekaligus mengisi buku yang berwarna pink untuk Ajeng.

"Dari Hari pertama haid terakhir, kehamilan Ibu ini sudah memasuki usia lima Minggu. Masih sangat muda sekali, jadi harus benar benar dijaga ya Bu, soalnya usia ini rentan keguguran, walau mual usahakan tetap makan ya Bu, Makan sedikit tapi sering agar tidak terlalu mual, yang penting perut tetap terisi." Terang Bidan Ratna.

"Baik Bu" Sahut Ajeng dan Damar serempak.

"Baik kalau begitu ini resepnya, nanti bisa di tebus ke apotik puskesmas ya Pak, dan ini Buku pemeriksaan kehamilannya, setiap kontrol harus di bawa ya Bu." Ucap Bidan Ratna memberikan kertas resep pada Damar, lalu memberikan buku berwarna pink pada Ajeng.

"Baik Bu, kalau begitu kami permisi dulu, terimakasih." Pamit Damar lalu segera keluar dari ruangan tersebut.

Setelah mendapatkan obat dari petugas farmasi, Ajeng dan Damar pun langsung pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah dan memastikan Ajeng sudah makan dan meminum obatnya, Damar segera pamit untuk menemui Riko.

"Sayang, Mas keluar dulu ya, takutnya Riko menunggu lama disana, kamu istirahat saja, jangan mengerjakan apapun, Oke?" Pamit Damar saat Ajeng sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Iya Mas." Sahut Ajeng.

"Ya sudah Mas pergi dulu, Assalamualaikum." Pamit Damar lalu mencium kening istrinya.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Ajeng segera memejamkan matanya.

***

Hanya butuh lima belas menit, Damar sudah sampai di tempat yang biasa dia datangi saat ingin bertemu sahabat sahabatnya.

"Assalamualaikum ko." Ucap Damar menghampiri Riko yang sudah menunggunya.

"Wa'alaikumsalam, Akhirnya kamu datang juga Dam." Ucap Riko.

"Duduk Dam." Sambungnya meminta Damar untuk duduk.

"maaf ko, jadi nunggu lama ya." Ucap Damar merasa tidak enak pada Riko yang sudah lama menunggunya.

"Iya ngga apa apa Dam." Sahut Riko saat Damar sudah duduk di hadapannya.

"Jadi bagaimana Ko? Apa kamu sudah menangkap pelakunya?" Tanya Damar to the point.

"Untuk menangkapnya belum Dam, tapi akan segera kami tangkap, hanya saja aku masih ngga percaya kalau Kayla bisa melakukan itu." Jawab Riko dengan wajah yang terlihat kecewa.

"Apa? jadi yang menyuruh mereka itu Kayla Ko?" Kaget Damar yang juga merasa kecewa pada Kayla.

"Iya Dam, Kayla yang sudah menyuruh mereka untuk melakukan perbuatan keji itu, motifnya tentu saja untuk merebut kamu dari Ajeng." Terang Riko.

"Astagfirullah, tega sekali Kayla melakukan itu, apa salah Ajeng." Gerutu Damar.

"Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiran Kayla Dam. Dia begitu terobsesi sama kamu, sampe melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan kamu, Padahal dulu kita berteman baik, bahkan aku sempat mengangumi sosok Kayla, tapi siapa sangka kalau cinta bisa merubah dia menjadi wanita jahat seperti itu." Ucap Riko meluapkan kekecewaannya pada wanita yang sempat Ia sukai, bahkan dulu dia ingin menjadikan Kayla Bhayangkari nya.

"Kita tidak pernah tau isi hati seseorang Ko, mungkin inilah sosok Kayla yang sebenarnya, kita hanya terlambat menyadarinya." Ucap Damar.

"Kamu benar Dam, wajah cantik dan kebaikan yang ia tunjukan hanya dijadikan topeng untuk menutupi kebusukan hatinya." Geram Riko.

"Ya sudahlah, walau dia teman kita, tapi dia tetap harus mendapatkan hukuman Ko, bahkan hukuman penjara buatnya tidak akan sebanding dengan apa yang di rasakan Ajeng." Ucap Damar, Riko pun hanya menganggukan kepala tanda setuju.

"Kamu tau ko, saat ini Ajeng hamil, dan aku sama sekali tidak tau benih siapa yang tumbuh di rahim istriku, aku hanya bisa berharap kalau dia benar benar anakku." Sambungnya penuh harap.

Episodes
1 Pernikahan
2 Tragedi
3 Memulai penyelidikan
4 Mual muntah
5 Positif
6 Benih siapa
7 kedatangan Ayah mertua
8 Itu cucu Papah
9 Penangkapan
10 Di usir
11 Aku benci anak ini
12 Persalinan
13 Alesha Almahyra Azzahra
14 Bangga
15 Ajeng tak sadarkan diri
16 Rencana ke Jakarta
17 Laki laki terhebat
18 Transferan dari papah mertua
19 Keluarga yang enak di lihat
20 Ruang ICU
21 Siapa dia?
22 Coffe shop Kevin
23 Cemburu
24 Bicara berdua
25 Anakku
26 Bukan cinta tapi obsesi
27 Penyejuk hati
28 Belum ketemu jodoh
29 Merindukan
30 Hanya masa lalu
31 Curiga
32 Demi sebuah rencana
33 Impian Damar
34 Menjelaskan
35 Mengurusi
36 Mencari Ajeng
37 Rekaman CCTV
38 Ajeng pendarahan
39 Harus segera di lahirkan
40 Ruang perinatologi
41 Zeandra Davi Adhitama
42 Introgasi
43 ASI untuk Zean
44 Adik bayi Shasa
45 Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46 Menjenguk Zean
47 Sudah Tau
48 Kebahagiaan Ajeng
49 Pernikahan Riko
50 Bertemu Jihan
51 kebahagiaan Kevin
52 Belanja keperluan Zean
53 Kamar Zean
54 Rama melamar Freya
55 Takut Zean Hilang
56 Bertemu orang tua Rama
57 Bulan depan
58 Gercep
59 Kenapa kamu kembali?
60 Tuduhan
61 Sah
62 Merasa tidak pantas
63 Mendadak punya istri
64 Freya tak sadarkan diri
65 Panik
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Keras kepala
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pernikahan
2
Tragedi
3
Memulai penyelidikan
4
Mual muntah
5
Positif
6
Benih siapa
7
kedatangan Ayah mertua
8
Itu cucu Papah
9
Penangkapan
10
Di usir
11
Aku benci anak ini
12
Persalinan
13
Alesha Almahyra Azzahra
14
Bangga
15
Ajeng tak sadarkan diri
16
Rencana ke Jakarta
17
Laki laki terhebat
18
Transferan dari papah mertua
19
Keluarga yang enak di lihat
20
Ruang ICU
21
Siapa dia?
22
Coffe shop Kevin
23
Cemburu
24
Bicara berdua
25
Anakku
26
Bukan cinta tapi obsesi
27
Penyejuk hati
28
Belum ketemu jodoh
29
Merindukan
30
Hanya masa lalu
31
Curiga
32
Demi sebuah rencana
33
Impian Damar
34
Menjelaskan
35
Mengurusi
36
Mencari Ajeng
37
Rekaman CCTV
38
Ajeng pendarahan
39
Harus segera di lahirkan
40
Ruang perinatologi
41
Zeandra Davi Adhitama
42
Introgasi
43
ASI untuk Zean
44
Adik bayi Shasa
45
Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46
Menjenguk Zean
47
Sudah Tau
48
Kebahagiaan Ajeng
49
Pernikahan Riko
50
Bertemu Jihan
51
kebahagiaan Kevin
52
Belanja keperluan Zean
53
Kamar Zean
54
Rama melamar Freya
55
Takut Zean Hilang
56
Bertemu orang tua Rama
57
Bulan depan
58
Gercep
59
Kenapa kamu kembali?
60
Tuduhan
61
Sah
62
Merasa tidak pantas
63
Mendadak punya istri
64
Freya tak sadarkan diri
65
Panik
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Keras kepala
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!