Laki laki terhebat

..."Opa, minggu depan kakak ada lomba di Jakarta, rencananya Ayah dan Bunda juga ikut, Opa bisa ngga dateng temui Kakak disana?" Tanya Shasa yang berharap bisa bertemu Opa nya di Jakarta nanti....

...***...

"Mas, perut aku kram." Teriak Ajeng yang tiba tiba masuk ke kamar sembari memegang perutnya yang terasa sakit.

Damar segera bangun dari duduknya dan berlari menghampiri Ajeng. Sementara Shasa berdiri di tempat menatap kedua orang tuanya sembari memegang ponsel Ayahnya.

"Kok bisa sayang?" Tanya Damar sembari mengelus perut Ajeng yang memang keras.

"Coba kamu tiduran ya." Ucap Damar lalu membantu Ajeng untuk merebahkan tubuhnya di kasur.

"Shasa boleh ayah minta tolong ambilkan air putih untuk Bunda?" Pinta Damar.

"Siap Ayah." Ucap Shasa yang langsung berlari ke dapur.

"Masih sakit sayang?" Tanya Damar sembari mengelus perut Ajeng.

"Sudah berkurang Mas." Jawab Ajeng yang berusaha duduk bersandar di sandaran ranjang. Damar pun dengan sigap membantunya

"Sayang, kamu kenapa Nak? Kasihan Bunda kesakitan loh, kamu sehat sehat ya sayang. Ayah, Bunda dan Kakak Shasa sayang sama kamu Nak." Ucap Damar mengusap perut Ajeng.

"Bunda diminum dulu airnya." Ucap Shasa memberikan segelas air pada Ajeng.

"Terimakasih sayang." Ucap Ajeng kemudian meminumnya.

Shasa hanya tersenyum setelah itu Shasa kembali duduk di kursi sembari memegangi ponsel Damar. Dilihatnya panggilan masih tersambung dengan Opa nya.

"Bagaimana sudah lebih baik?" Tanya Damar terus mengusap perut Ajeng sembari sesekali menciumi perut Ajeng.

"Udah ngga sakit Mas." Jawab Ajeng.

"Syukurlah, mungkin karena kamu kecapean sayang, udah ya jangan di paksa untuk menjahit lagi. Kasihan anak kita, dia butuh istirahat." Ucap Damar yang sangat mengkhawatirkan anak di dalam kandungan Ajeng, karena Bidan Erina bilang kalau memiliki riwayat prematur kemungkinan kehamilan berikutnya juga akan lahir prematur.

"Tapi Mas, bagaimana dengan pesanan para pelanggan. Masih banyak yang harus aku selesaikan Mas." Timpal Ajeng yang memang sudah terlanjur menerima orderan jahitan.

Ya, sejak memutuskan untuk pindah ke Bandung dan tinggal di pelosok desa, Ajeng menggunakan keahliannya untuk mencari pundi pundi rupiah demi bisa membantu sang suami mencukupi kebutuhannya.

Ajeng menjadi tukang jahit rumahan yang menerima orderan pembuatan baju dari anak anak hingga dewasa, dan juga menerima permak pakaian.

Mesin jahit yang Ia gunakan pun dibeli dari uang hasil menjual motor milik sang suami. Jahitan yang begitu rapih membuat Ajeng mudah mendapatkan pelanggan. Hingga saat ini Ajeng sudah memiliki banyak pelanggan.

"Kakak, boleh Opa bicara dengan Bunda?" Tanya Pak Adhi pada Shasa.

"Boleh, sebentar ya Opa." Jawab Shasa kemudian bangun dan menghampiri Bundanya.

"Bunda, Opa mau bicara sama Bunda." Ucap Shasa menyodorkan ponsel itu di depan Ajeng.

"Opa?" Tanya Ajeng heran sembari menatap suaminya.

"Papah Adhi sayang." Jawab Damar.

Perlahan Ajeng menggapai ponsel yang ada di tangan Shasa, lalu dengan perasaan ragu Ajeng menatap ponsel sang suami dan bisa langsung melihat wajah papah mertuanya.

"Assalamualaikum Pah." Salam Ajeng.

"Wa'alaikumsalam Nak." Jawab Pak Adhi dengan mata yang kembali berkaca kaca saat melihat menantunya sembari tersenyum.

"Nak, kamu harus dengarkan apa kata suami kamu, kamu itu sedang hamil, wanita hamil itu tidak boleh terlalu capek sayang, kamu harus banyak istirahat, jangan memaksakan diri." Nasehat Pak Adhi.

"Tapi Pah, saat ini aku sudah menerima beberapa orderan menjahit, kalau aku ngga menyelesaikannya nanti para pelanggan aku pada kecewa Pah, nanti ngga ada yang mau menjahit di tempatku lagi." Ucap Ajeng bimbang.

"Nak, percayalah, rejeki itu sudah ada yang mengatur, untuk saat ini kesampingkan dulu masalah itu ya, yang terpenting adalah kesehatan kamu dan juga bayi yang ada di dalam kandungan kamu Nak." Ucap Pak Adhi berusaha memberi pengertian pada Ajeng.

"Tapi Pah..."

"Kalau ngga begini saja, Damar kamu carikan seseorang yang memiliki keahlian menjahit, biar dia yang menyelesaikan pesanan yang sudah masuk, tapi kalian jangan menerima orderan dulu sebelum Ajeng melahirkan." Sela Pak Adhi mencoba memberi solusi.

"Ja..jangan Mas, kita ngga akan sanggup membayar upahnya, lagian kita membutuhkan uang untuk ke Jakarta minggu depan, aku sengaja menerima orderan itu demi bisa ikut ke Jakarta bersama Shasa." Ucap Ajeng yang kekeh ingin menyelesaikan orderannya sendiri.

"Nak, boleh Papah minta kali ini saja izinkan Papah membantu kalian demi cucu Papah." Pinta Pak Adhi.

"Papah ngga mau kamu memaksakan diri seperti itu Ajeng, Kasian anak yang ada di dalam kandungan kamu, dia butuh istirahat. Kamu juga pasti kesulitan mengerjakan orderannya, jadi lebih baik kamu fokus sama kehamilan kamu saja. Urusan pesanan biar orang lain yang menyelesaikannya, Masalah upahnya biar Papah yang bantu." Sambung Pak Adhi.

Ajeng menatap ke arah suaminya untuk meminta pendapatnya. Damar nampak sedang berpikir, ya Damar sedikit bimbang untuk memutuskan, dia ingin menerima bantuan dari papahnya demi Ajeng dan anak di dalam kandungannya, Namun dia mengingat pernah menyakiti hati Papahnya.

Pak Adhi yang tak mendapat respon dari anak dan menantunya kembali berkata, "Damar, Ajeng, Papah hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada cucu Papah, Izinkan Papah melakukan sesuatu untuk cucu Papah Nak." Ucapnya dengan air mata yang kembali menetes.

"Baiklah, Kali ini aku setuju sama Papah." Ucap Damar menerima bantuan dari Papahnya.

"Kamu memang harus istirahat Ajeng, aku tidak mau kamu terlalu memaksakan diri yang akhirnya akan membahayakan kamu dan juga anak kita sayang." Ucap Damar berusaha membujuk Ajeng untuk menerima saran dari papahnya.

"Tapi Mas..."

"Bunda, maafin Shasa, gara gara Shasa ikut lomba di jakarta Bunda jadi menerima banyak orderan agar mendapat uang tambahan, minggu depan Shasa tidak usah ikut ke Jakarta saja, Shasa ngga mau kalau Bunda dan adik kenapa kenapa." Sela Shasa yang memang takut terjadi sesuatu pada Bunda dan adiknya hanya demi mendapatkan uang tambahan untuk Shasa.

"Jangan dong sayang, Shasa harus ikut lomba itu." Ucap Ajeng.

"Kalau gitu Bunda harus dengerin apa kata Ayah dan Opa, Shasa ngga mau Bunda dan adik bayi kenapa kenapa." Bujuk Shasa.

"MashaAllah, sini kak peluk Bunda." Pinta Ajeng yang terharu mendengar ucapan anak perempuannya. Ajeng merentangkan tangannya. Shasa pun segera menghambur ke pelukan Bunda nya.

"Terimakasih sayang, sudah hadir di hidup Bunda, Bunda sayang sama Shasa. Maafin Bunda ya udah bikin Shasa khawatir, Demi Shasa Bunda akan ikuti saran dari Opa, jadi Shasa harus ikut lomba itu ya? Bunda bangga sama Shasa, Shasa tumbuh jadi anak yang pintar dan Sholehah." Ucap Ajeng dengan deraian air mata yang membasahi pipi nya.

Ajeng teringat saat akan melahirkan Shasa, dirinya sempat tak menginginkan kehadiran bayi yang tak berdosa itu, bahkan dia terus memukuli perutnya dengan keras berharap bayi itu tak selamat.

"Astagfirullah, maafin Bunda Sha, Bunda sangat jahat sama Shasa. Bunda hampir saja membunuh Shasa." Batin Ajeng merasa bersalah dan kembali mengeratkan pelukannya pada Shasa.

Damar mengusap kepala kedua perempuan yang paling berarti di hidupnya, sembari tersenyum, Ajeng pun menatap sang suami.

"Terimakasih Mas, karena kamu, aku tidak kehilangan Shasa, Shasa bisa tetap berada di samping kita karena kamu Mas, bahkan kamu menyayangi Shasa walau pun kamu masih meragukan kalau Shasa adalah darah daging kamu. Ya aku tau Mas hati kamu masih ragu tapi itu tidak membuat kamu membenci Shasa, Kamu adalah laki laki terhebat bagiku Mas." Batin Ajeng.

Terpopuler

Comments

Arwondo Arni

Arwondo Arni

tes DNA mudah2an sasha benih suaminya bukan org yg perkosa

2024-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Tragedi
3 Memulai penyelidikan
4 Mual muntah
5 Positif
6 Benih siapa
7 kedatangan Ayah mertua
8 Itu cucu Papah
9 Penangkapan
10 Di usir
11 Aku benci anak ini
12 Persalinan
13 Alesha Almahyra Azzahra
14 Bangga
15 Ajeng tak sadarkan diri
16 Rencana ke Jakarta
17 Laki laki terhebat
18 Transferan dari papah mertua
19 Keluarga yang enak di lihat
20 Ruang ICU
21 Siapa dia?
22 Coffe shop Kevin
23 Cemburu
24 Bicara berdua
25 Anakku
26 Bukan cinta tapi obsesi
27 Penyejuk hati
28 Belum ketemu jodoh
29 Merindukan
30 Hanya masa lalu
31 Curiga
32 Demi sebuah rencana
33 Impian Damar
34 Menjelaskan
35 Mengurusi
36 Mencari Ajeng
37 Rekaman CCTV
38 Ajeng pendarahan
39 Harus segera di lahirkan
40 Ruang perinatologi
41 Zeandra Davi Adhitama
42 Introgasi
43 ASI untuk Zean
44 Adik bayi Shasa
45 Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46 Menjenguk Zean
47 Sudah Tau
48 Kebahagiaan Ajeng
49 Pernikahan Riko
50 Bertemu Jihan
51 kebahagiaan Kevin
52 Belanja keperluan Zean
53 Kamar Zean
54 Rama melamar Freya
55 Takut Zean Hilang
56 Bertemu orang tua Rama
57 Bulan depan
58 Gercep
59 Kenapa kamu kembali?
60 Tuduhan
61 Sah
62 Merasa tidak pantas
63 Mendadak punya istri
64 Freya tak sadarkan diri
65 Panik
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Keras kepala
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pernikahan
2
Tragedi
3
Memulai penyelidikan
4
Mual muntah
5
Positif
6
Benih siapa
7
kedatangan Ayah mertua
8
Itu cucu Papah
9
Penangkapan
10
Di usir
11
Aku benci anak ini
12
Persalinan
13
Alesha Almahyra Azzahra
14
Bangga
15
Ajeng tak sadarkan diri
16
Rencana ke Jakarta
17
Laki laki terhebat
18
Transferan dari papah mertua
19
Keluarga yang enak di lihat
20
Ruang ICU
21
Siapa dia?
22
Coffe shop Kevin
23
Cemburu
24
Bicara berdua
25
Anakku
26
Bukan cinta tapi obsesi
27
Penyejuk hati
28
Belum ketemu jodoh
29
Merindukan
30
Hanya masa lalu
31
Curiga
32
Demi sebuah rencana
33
Impian Damar
34
Menjelaskan
35
Mengurusi
36
Mencari Ajeng
37
Rekaman CCTV
38
Ajeng pendarahan
39
Harus segera di lahirkan
40
Ruang perinatologi
41
Zeandra Davi Adhitama
42
Introgasi
43
ASI untuk Zean
44
Adik bayi Shasa
45
Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46
Menjenguk Zean
47
Sudah Tau
48
Kebahagiaan Ajeng
49
Pernikahan Riko
50
Bertemu Jihan
51
kebahagiaan Kevin
52
Belanja keperluan Zean
53
Kamar Zean
54
Rama melamar Freya
55
Takut Zean Hilang
56
Bertemu orang tua Rama
57
Bulan depan
58
Gercep
59
Kenapa kamu kembali?
60
Tuduhan
61
Sah
62
Merasa tidak pantas
63
Mendadak punya istri
64
Freya tak sadarkan diri
65
Panik
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Keras kepala
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!