Penangkapan

"Damar kamu yakin tidak mau pulang ke rumah saja?" Tanya Pak Adhi saat sudah sampai di depan kontrakan Damar dan memarkirkan mobilnya di teras.

"Yakin Pah, biarkan Damar disini dulu saja, Damar tau Papah memang sudah menerima Ajeng tapi Mamah. Damar takut Mamah belum bisa menerima Ajeng, Papah dengarkan apa kata dokter tadi, Ajeng tidak boleh banyak pikiran takutnya nanti menimbulkan stress dan mengganggu pertumbuhan janinnya, jadi biar kami tetap disini Pah" Ucap Damar

"Iya Nak Papah Paham, nanti Papah akan coba bicara sama Mamah, siapa tau dengan hadirnya seorang cucu bisa meluluhkan hati mamah." Ucap Pak Adhi.

"Tapi besok Papah harap kamu mau kembali bekerja di kantor ya Nak, perusahaan Papah sangat membutuhkan kamu Damar." Sambungnya.

"Baik Pah, tapi Damar juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan Damar di Caffe Pah, apa Papah tidak keberatan kalau aku tetap bekerja di Caffe? Damar janji tidak akan mengabaikan pekerjaan di kantor Pah, InshaAllah Damar bisa membagi waktunya Pah." Ucap Damar yang memang tidak bisa meninggalkan pekerjaan di Caffe begitu saja. Terlebih sahabatnya kevin sudah mempercayakan Damar menjadi manager di sana.

Pak Adhi terdiam sejenak, mencerna apa yang di katakan oleh anaknya.

"Terserah kamu saja Nak, kamu bekerja dari rumah pun Papah tidak masalah, yang terpenting kamu mau ikut mengelola perusahaan, karena tanpa kamu perusahaan sangat kacau, Papah ini sudah Tua Damar, Papah tidak bisa berpikir terlalu banyak, yang ada nanti penyakit Papah kambuh kalau terlalu banyak pikiran." Ucap Pak Adhi

"Iya Pah, Maafin Damar ya Pah, Papah tenang saja, Mulai sekarang Damar akan bantu Papah mengelola perusahaan. Meski pun Damar akan jarang ke kantor tapi Damar tidak akan mengecewakan Papah." Ucap Damar mendekat ke arah Pak Adhi yang masih duduk di balik kemudi, sembari menggenggam tangan Papahnya.

" Terimakasih Nak." Ucap Pak Adhi mengusap tangan anaknya.

"Sama sama Pah." Ucap Damar kemudian melepas genggaman tangannya dan beralih menatap sang istri yang tertidur begitu pulasnya.

"Sayang Bangun, kita sudah sampai, kita turun Yuk." Ucap Damar berusaha membangunkan Ajeng, namun Ajeng tetap terlelap dalam tidurnya.

Puk puk puk

Damar menepuk pelan pipi Ajeng, namun Ajeng tetap memejamkan matanya.

"Sepertinya istri kamu kecapean Damar, kamu angkat saja lalu tidurkan di kamar." Ucap Pak Adhi.

"Baik Pah." Damar pun membopong tubuh Ajeng, Pak Adhi segera turun dari mobil lalu bersiap di depan pintu mobil untuk membantu Damar keluar dari mobil.

"Nak Papah langsung pulang ya, sudah hampir malam, Mamah pasti nyariin." Pamit Pak Adhi.

"Iya Pah, sekali lagi terimakasih ya Pah." Ucap Damar.

"Sama sama sayang, kamu tidak perlu sungkan sama Papah, kalau butuh apa apa langsung bilang sama Papah, selagi Papah bisa pasti akan Papah berikan." Ucap Pak Adhi menepuk bahu Damar.

"Baik Pah." Sahut Damar

Pak Adhi pun masuk kembali ke dalam mobil dan segera tancap gas untuk pulang ke rumahnya. Damar terus memperhatikan mobil Papahnya yang sudah semakin jauh. Setelahnya dia langsung masuk kerumah dan segera merebahkan Ajeng ke atas tempat tidur.

***

Sementara di kediaman Kayla, Dua mobil polisi parkir di depan rumahnya, Turun dari salah satu mobil itu, Riko segera berjalan ke teras rumah di ikuti oleh dua Polwan yang siap meringkus Kayla, sementara anggota lainnya mengamati keadaan sekitar, untuk berjaga jika tersangka berusaha melarikan diri. Berdiri di depan pintu lalu Riko mengetuk pintu tersebut.

Tok... Tok... Tok

Terdengar ketukan pintu dari luar rumah, Kayla yang tengah makan malam bersama dengan keluarganya segera bangun untuk membuka pintu.

Dan betapa terkejutnya Kayla saat membuka pintu menampilkan Riko dengan seragam polisi beserta Dua Polwan berdiri di belakangnya. Kayla panik dan hampir saja melarikan diri.

"Eitsss Mau kemana kamu Kayla, rumah kamu sudah di kepung." Ucap Riko menahan pintu yang hendak di tutup kembali oleh Kayla.

"Ri..riko, tapi ke..kenapa ka..kamu kesini? A..ada Apa Ya?" Tanya Kayla panik dan gugup.

"Aku dulu berencana kesini untuk melamar kamu Kayla, tapi sayangnya kamu membuat aku kecewa, hingga aku diharuskan datang kesini dengan membawa surat penangkapan untuk kamu." Ucap Riko sembari memberikan map berisi surat penangkapan untuk Kayla.

"A.. apa? Ta..tapi ke..kenapa ka..kamu menangkap A..aku? A..pa salahku" Tanya Kayla semakin gugup

"Kamu terbukti menyuruh orang untuk melakukan pelecehan seksual pada Ajeng. Aku tidak pernah menyangka Kayla, kamu bisa berbuat sejauh itu hanya untuk mendapatkan seorang Damar, Apa yang kamu pikirkan Kayla, hingga kamu berbuat jahat seperti itu, apa kamu tidak kasihan pada orang tua mu." Ucap Riko yang meluapkan kekecewaan nya di depan Kayla.

"Tidak, itu tidak benar, itu fitnah Riko." Elak Kayla.

"Fitnah kamu bilang, Bahkan aku sudah memiliki begitu banyak bukti Kayla, dan kamu masih bilang ini cuma fitnah, kamu sudah tidak bisa mengelak lagi Kayla." Tegas Riko.

"Tangkap dia." Titah Riko pada dua polwan yang salah satunya membawa borgol.

"Siap." Sahut polisi itu segera menangkap Kayla lalu memborgol tangannya.

"Hei, aku tidak bersalah Riko, aku benar benar tidak bersalah, kenapa kamu tega tangkap aku Riko." Teriak Kayla.

"Sudah Kayla, kamu sudah melakukan kejahatan itu artinya kamu harus siap dengan konsekuensinya." Ucap Riko

Mendengar keributan dari luar, orang tua Kayla pun segera keluar untuk melihat ada keributan apa di luar. Namun kedua orang tua Kayla justru di buat terkejut saat melihat Kayla sudah di ringkus oleh dua polwan.

"Loh, apa apaan ini, kenapa anak saya di tangkap? Apa salah anak saya?" Tanya Pak Heri yang merupakan Ayah Kayla.

"Nak Riko, kenapa Kayla di tangkap Nak?" Tanya Bu Reva yang merupakan ibu dari Kayla dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Maaf Bu, Pak, Kayla sudah melakukan tindak kejahatan, dia menyuruh orang untuk melakukan pelecehan seksual pada seorang wanita." Ucap Riko yang nampak begitu sopan, pasalnya dia memang sudah dekat dengan keluarga Kayla ini.

"Kayla, apa itu benar Nak?" Bentak Pak Heri.

Kayla menundukan kepalanya sembari terus terisak, membuat Pak Heri geram.

"Jawab Kayla." Bentaknya lagi lebih keras, hingga membuat kayla terlonjak.

"Maafin Kayla Pah." Ucap Kayla.

"Astagfirullah Kayla, Apa yang kamu pikirkan sampai berbuat seperti itu, kamu selalu saja membuat Papah malu." Ucap Pak Heri.

Kayla hanya terdiam, sementara airmata mamahnya sudah membanjiri pipinya.

"Kayla apa yang sudah kamu lakukan, kamu seorang wanita Kayla, kenapa kamu tega menyakiti wanita Kay, kalau semua itu terjadi pada kamu bagaimana Kayla, kamu bukan hanya menyakiti wanita itu, tapi kamu juga menghancurkan hidupnya. Mamah sangat kecewa sama kamu Kay." Ucap Bu Reva yang segera berlari masuk ke dalam rumah.

"Mamah tunggu." Ucap Kayla hendak mengajar Mamahnya namun tangannya masih di pegang oleh dua polwan.

"Pah, tolong Kayla Pah, Kayla ngga mau di penjara Pah, tolong bebaskan Kayla Pah." Mohon Kayla namun Pak Heri tetap terdiam.

"Maaf Pak, kami harus segera membawa Kayla ke kantor. Permisi." Ucap Riko yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan Pak Heri yang masih diam terpaku.

"Pah.. Pah,. Tolong Kayla Pah, Pah..Papah." Teriak Kayla saat dua polwan itu mendorongnya untuk berjalan di belakang Riko.

Suara sirine dari mobil polisi pun terdengar begitu nyaring, hingga mengundang para tetangga keluar rumah dan saling berkerumun untuk melihat apa yang terjadi.

Pak Heri menatap kecewa ke arah Kayla yang kini sudah di bawa masuk ke mobil polisi. Kayla pun menatap ke arah Papahnya seakan memohon agar papahnya mau membebaskannya.

"Maafin Kayla Pah." Batin Kayla dengan airmata yang terus luruh di pipinya.

Bisik bisik tetangga pun mulai terdengar, Pak Heri begitu malu, anak yang selalu di manjanya benar benar sudah mencoreng nama baiknya.

Dua mobil polisi pun melaju beriringan dengan suara sirine yang terus terdengar sepanjang jalan.

Kayla menatap lurus ke arah jendela, menatap semua tetangga yang terus memperhatikannya yang mungkin di sertai ucapan ucapan yang merendahkan dirinya.

"Awas kamu Ajeng, aku akan membalas semuanya, tunggu saja pembalasan dariku Ajeng." Batin Kayla yang bukannya mengintropeksi diri, malah menyimpan dendam yang cukup dalam di hatinya untuk Ajeng.

Episodes
1 Pernikahan
2 Tragedi
3 Memulai penyelidikan
4 Mual muntah
5 Positif
6 Benih siapa
7 kedatangan Ayah mertua
8 Itu cucu Papah
9 Penangkapan
10 Di usir
11 Aku benci anak ini
12 Persalinan
13 Alesha Almahyra Azzahra
14 Bangga
15 Ajeng tak sadarkan diri
16 Rencana ke Jakarta
17 Laki laki terhebat
18 Transferan dari papah mertua
19 Keluarga yang enak di lihat
20 Ruang ICU
21 Siapa dia?
22 Coffe shop Kevin
23 Cemburu
24 Bicara berdua
25 Anakku
26 Bukan cinta tapi obsesi
27 Penyejuk hati
28 Belum ketemu jodoh
29 Merindukan
30 Hanya masa lalu
31 Curiga
32 Demi sebuah rencana
33 Impian Damar
34 Menjelaskan
35 Mengurusi
36 Mencari Ajeng
37 Rekaman CCTV
38 Ajeng pendarahan
39 Harus segera di lahirkan
40 Ruang perinatologi
41 Zeandra Davi Adhitama
42 Introgasi
43 ASI untuk Zean
44 Adik bayi Shasa
45 Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46 Menjenguk Zean
47 Sudah Tau
48 Kebahagiaan Ajeng
49 Pernikahan Riko
50 Bertemu Jihan
51 kebahagiaan Kevin
52 Belanja keperluan Zean
53 Kamar Zean
54 Rama melamar Freya
55 Takut Zean Hilang
56 Bertemu orang tua Rama
57 Bulan depan
58 Gercep
59 Kenapa kamu kembali?
60 Tuduhan
61 Sah
62 Merasa tidak pantas
63 Mendadak punya istri
64 Freya tak sadarkan diri
65 Panik
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Keras kepala
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pernikahan
2
Tragedi
3
Memulai penyelidikan
4
Mual muntah
5
Positif
6
Benih siapa
7
kedatangan Ayah mertua
8
Itu cucu Papah
9
Penangkapan
10
Di usir
11
Aku benci anak ini
12
Persalinan
13
Alesha Almahyra Azzahra
14
Bangga
15
Ajeng tak sadarkan diri
16
Rencana ke Jakarta
17
Laki laki terhebat
18
Transferan dari papah mertua
19
Keluarga yang enak di lihat
20
Ruang ICU
21
Siapa dia?
22
Coffe shop Kevin
23
Cemburu
24
Bicara berdua
25
Anakku
26
Bukan cinta tapi obsesi
27
Penyejuk hati
28
Belum ketemu jodoh
29
Merindukan
30
Hanya masa lalu
31
Curiga
32
Demi sebuah rencana
33
Impian Damar
34
Menjelaskan
35
Mengurusi
36
Mencari Ajeng
37
Rekaman CCTV
38
Ajeng pendarahan
39
Harus segera di lahirkan
40
Ruang perinatologi
41
Zeandra Davi Adhitama
42
Introgasi
43
ASI untuk Zean
44
Adik bayi Shasa
45
Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46
Menjenguk Zean
47
Sudah Tau
48
Kebahagiaan Ajeng
49
Pernikahan Riko
50
Bertemu Jihan
51
kebahagiaan Kevin
52
Belanja keperluan Zean
53
Kamar Zean
54
Rama melamar Freya
55
Takut Zean Hilang
56
Bertemu orang tua Rama
57
Bulan depan
58
Gercep
59
Kenapa kamu kembali?
60
Tuduhan
61
Sah
62
Merasa tidak pantas
63
Mendadak punya istri
64
Freya tak sadarkan diri
65
Panik
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Keras kepala
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!