Ajeng tak sadarkan diri

"Mas, kepala aku kenapa pusing banget ya." Ucap Ajeng yang baru saja bangun dari tempat tidur dan hendak pergi ke dapur, namun baru berdiri kepalanya terasa berputar, hingga ajeng hanya bisa berpegangan pada tembok.

"Kok bisa? apa semalam kamu kurang tidur?" Tanya Damar yang langsung berlari menghampiri Ajeng lalu memapahnya untuk duduk kembali ke ranjang.

"Ngga Mas, Aku tidur seperti biasanya." Jawab Ajeng.

"Apa mungkin kamu kecapean sayang?" Tanya Damar duduk di samping Ajeng sembari memijat kepalanya.

"Iya sepertinya begitu Mas." Jawab Ajeng

"Ya sudah kamu istirahat lagi saja." Ucap Damar menghentikan memijat kepala Ajeng.

"Tapi Mas, aku mau Shalat." Ucap Ajeng.

"Iya sayang, nanti aku bantu kamu wudhu setelah itu kita Shalat berjamaah, tapi aku mau bangunkan Shasa dulu ya." Ucap Damar segera bangun dan keluar dari kamar menuju kamar Shasa.

"Iya Mas." Ucap Ajeng yang tengah memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

"Shasa Sayang, bangun Yuk, kita shalat Subuh dulu, nanti keburu lewat waktunya." Damar mencoba membangunkan anaknya yang masih tertidur dengan menepuk pundaknya pelan.

"Hemmmmmm, Iya Yah." Sahut Shasa menggeliat kan tubuhnya lalu perlahan membuka matanya.

"Kamu mandi ya terus langsung ke tempat shalat, kalau kamu kesana Ayah belum datang tunggu sebentar, soalnya Ayah mau bantu Bunda wudhu dulu." Ucap Damar.

"Emang Bunda kenapa yan, kok wudhunya sampe di bantuin?" Tanya Shasa sembari mengucek matanya.

"Bunda sakit sayang." Jawab Damar.

"Apa yah? Bunda sakit?" Kaget Shasa.

"Iya sayang, tadi kepala Bunda pusing, makanya Ayah mau bantu Bunda wudhu, takutnya nanti Bunda jatuh." Ucap Damar.

"Shasa mau bantu Bunda juga yah." Ucap Shasa yang langsung melipir lari ke kamar orang tuanya. Damar hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum dengan sikap anaknya.

"Bunda sakit?" Tanya Shasa saat masuk ke dalam kamar orang tuanya dan melihat Bunda nya masih memijat kepalanya.

"Ngga sayang, Bunda hanya pusing aja kok." Jawab Ajeng menghentikan memijat kepalanya.

"Tapi Bunda beneran ngga apa apa kan?" Tanya Shasa meyakinkan.

"Iya, Bunda ngga apa apa sayang." Jawab Ajeng.

"Udah sana Shasa mandi, terus kita Shalat. Udah jam berapa ini, nanti waktu shalat subuhnya lewat." Jawab Ajeng.

"Iya Bunda." Ucap Shasa lalu mencium pipi Bundanya sebelum akhirnya keluar kamar dan masuk ke kamar mandi.

"Ayo sayang, Mas bantu kamu wudhu dulu setelah itu baru Mas mau mandi." Ucap Damar segera membawa istrinya ke tempat wudhu yang ada di samping mushola kecil di dalam rumahnya.

"Terimakasih Mas." Ucap Ajeng lalu segera berwudhu setelah itu Damar kembali memapahnya masuk ke mushola itu.

"Mas mandi dulu ya sayang, ini mukena kamu, kamu mau pakai sendiri atau perlu Mas bantu?" Tanya Damar.

"Aku bisa sendiri Mas." Jawab Ajeng.

"Ya sudah, Mas mandi dulu." Pamitnya lalu pergi ke kamar mandi.

"Sini Bunda, biar Shasa bantu." Ucap Shasa segera membantu Bunda nya memakai mukena.

"Terimakasih Sayang." Ucap Ajeng.

Beberapa menit kemudian, Damar masuk ke Mushola kecil itu dengan mengenakan baju koko dan sarung yang memang biasa di gunakannya untuk Sholat lengkap dengan peci hitamnya.

"Sayang, kalau ngga kuat berdiri sholatnya sambil duduk saja." Ucap Damar saat melihat Ajeng yang masih memegangi kepalanya.

"Iya Mas." Jawab Ajeng.

Ketiganya pun mulai bersiap untuk shalat, Damar sebagai Imam di depan, serta Shasa dan Ajeng di belakangnya. walau Ajeng harus shalat sambil duduk karena memang kepalanya masih sangat pusing, namun ketiganya tetap shalat dengan khusyuk.

***

Selesai Shalat, seperti biasa Damar membaca Ayat suci Al Quran, tak lupa Ia mengajarkan Shasa untuk mengaji. Ajeng hendak pergi ke dapur untuk memasak, namun pusing di kepalanya kembali menyiksa dan akhirnya...

Bruk

Ajeng jatuh tak sadarkan diri.

"Bunda." Teriak Shasa saat Ajeng tergeletak di di sampingnya.

Damar segera menghampiri Ajeng dan membopong tubuhnya masuk ke kamar.

"Bunda." Panggil Shasa dalam tangisnya.

"Ayah, Bunda kenapa?" Tanyanya kemudian pada Damar.

"Shasa, Bunda tidak apa apa, Bunda hanya perlu istirahat, sekarang Shasa siap siap untuk berangkat sekolah ya? Takut telat nanti." Jawab Damar lalu meminta sang anak untuk berganti pakaian.

"Tapi Yah, Bunda..."

"Bunda biar Ayah yang urus, Shasa harus sekolah, katanya ada perlombaan di sekolah. Ingat ya, Shasa harus fokus biar menang, buat Bunda bangga memiliki anak seperti Shasa, oke?" Tutur Damar.

"Iya Ayah, Shasa ganti baju dulu." Ucap Shasa berlalu.

"Sayang, kamu kenapa sih? Jangan bikin aku cemas seperti ini." Ucap Damar terus berusaha membangunkan Ajeng dengan minyak angin, sembari memijat kepala, tangan dan kakinya.

"Apa sebaiknya aku panggil Bu Bidan dekat rumah saja ya untuk memeriksa Ajeng." Ucap Damar saat ingat tetangganya ada yang bekerja sebagai Bidan di puskesmas.

"Ya udah aku panggil saja deh, semoga saja Bidan Erina mau datang kesini untuk memeriksa Ajeng." Ucap Damar.

***

Tok tok tok

"Assalammualaikum." Ucap Damar.

"Wa'alaikumsalam." Sahut seseorang dari dalam rumah lalu pintu pun terbuka.

"Permisi Bu Bidan, apa saya boleh meminta tolong? Istri Saya pingsan, apa Bu Bidan berkenan untuk memeriksa istri saya, saya tidak tau harus meminta tolong pada siapa? puskesmas juga jam segini belum buka." Ucap Damar menyampaikan maksud kedatangannya pada Bidan Erina.

"Oh ya, Bisa Pak, sebentar saya ambil peralatannya dulu ya Pak." Ucap Bidan Erina kembali masuk ke dalam.

Damar menunggu di depan rumah Bidan Erina dengan perasaan cemas karena meninggalkan Ajeng sendirian.

"Mari Pak Damar." Ucap Bidan Erina yang sudah membawa perlengkapan medisnya.

Damar pun berjalan di depan Bidan Erina, jarak antara rumah Damar dan Bidan Erina memang berdekatan hingga tak butuh waktu lama, mereka sampai di rumah Damar.

"Ayah, Shasa berangkat sekolah dulu ya." Pamit Shasa saat berpapasan di depan rumah dengan Ayahnya.

"Iya Nak, Shasa hati hatinya, maaf Ayah belum sempat masak jadi Shasa ngga sarapan, nanti shasa beli aja di kantin sekolah ya, ini uangnya." Ucap Damar memberikan uang saku pada Shasa.

"Iya Ayah, Assalamualaikum." Ucap Shasa mencium tangan Ayahnya dan juga Bidan Erina.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Damar dan Bidan Erina.

Damar dan Bidan Erina masuk menghampiri Ajeng, Bidan Erina pun segera memeriksa suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan Ajeng, kemudian menggunakan stetoskop untuk memeriksa detak jantung dan juga perut Ajeng, Bidan Erina sedikit mengerutkan keningnya saat tangannya menyentuh perut Ajeng.

Setelahnya dia berusaha membangunkan Ajeng menggunakan wewangian yang Ia bawa, tak lama Ajeng mengerjapkan matanya dan perlahan membukanya.

"Alhamdulillah, kamu sadar sayang." Ucap Damar.

"Bu Ajeng, apa yang ibu rasakan?" Tanya Bidan Erina.

"Kepala saya pusing sekali Bu, dan perut saya tadi tiba tiba sakit." Jawab Ajeng dengan suara yang sangat pelan.

"Apa tidak ada keluhan lain seperti mual muntah atau apa gitu Bu?" Tanya Bidan Erina.

"Ngga ada Bu, saya cuma merasa pusing dan perut sakit." Jawab Ajeng.

"Oh baik. Apa ibu ingat kapan terakhir ibu datang bulan?" Tanya Bidan Erina lagi.

"Terakhir haid? udah lama seperti nya Bu, saya ngga mengingatnya karena haid saya memang sering tidak teratur." Jawab Ajeng yang memang mengalami siklus haid yang tidak teratur setelah melahirkan Shasa, hingga Ajeng berpikir dirinya akan sulit kembali untuk hamil.

Terbukti, sudah sebelas tahun dirinya tidak kunjung hamil lagi, padahal dia tidak menggunakan KB apapun.

"Hmmmm, begini Pak, Bu, dari pemeriksaan saya, sepertinya Bu Ajeng ini tengah berbadan dua, dan usia kandungannya sudah lebih dari dua bulan." Terang Bu Bidan.

"Ma.. maksud Bu Bidan Istri saya hamil Bu?" Tanya Damar.

"Iya Pak, istri bapak hamil, tapi untuk lebih memastikannya kita bisa melakukan testpack terlebih dahulu." Jawab Bidan Erina memberikan testpack pada Pak Damar.

"Baik Bu Bidan." Sahut Pak Damar lalu segera membantu Ajeng untuk melakukan testpack di kamar mandi.

Karena takut Ajeng kembali tak sadarkan diri, Damar pun ikut masuk ke kamar mandi. Setelah Ajeng menampung air kencingnya, Damar segera mencelupkan alat tes kehamilan itu.

Damar memapah Ajeng kembali ke kamar dan membaringkan nya di ranjang.

"Sebentar Bu Bidan, saya ambil testpack nya dulu." Pamit Damar kembali ke kamar mandi.

Damar mengambil alat tersebut lalu membawanya ke kamar dan memberikannya pada Bidan Erina.

Bidan Erina segera melihatnya, dan benar saja hasilnya dua garis merah.

"Selamat ya Pak, Bu Ajeng positif hamil." Ucap Bidan Erina.

"Alhamdulillah, sayang, akhirnya kamu hamil lagi." Ucap Damar segera memeluk sang istri, tanpa sadar Damar meneteskan air matanya.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Sosuit pak Damar, suami yg baik bijk pnuh cinta dan kasih sayg👍👍👍❤️❤️❤️

2024-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Tragedi
3 Memulai penyelidikan
4 Mual muntah
5 Positif
6 Benih siapa
7 kedatangan Ayah mertua
8 Itu cucu Papah
9 Penangkapan
10 Di usir
11 Aku benci anak ini
12 Persalinan
13 Alesha Almahyra Azzahra
14 Bangga
15 Ajeng tak sadarkan diri
16 Rencana ke Jakarta
17 Laki laki terhebat
18 Transferan dari papah mertua
19 Keluarga yang enak di lihat
20 Ruang ICU
21 Siapa dia?
22 Coffe shop Kevin
23 Cemburu
24 Bicara berdua
25 Anakku
26 Bukan cinta tapi obsesi
27 Penyejuk hati
28 Belum ketemu jodoh
29 Merindukan
30 Hanya masa lalu
31 Curiga
32 Demi sebuah rencana
33 Impian Damar
34 Menjelaskan
35 Mengurusi
36 Mencari Ajeng
37 Rekaman CCTV
38 Ajeng pendarahan
39 Harus segera di lahirkan
40 Ruang perinatologi
41 Zeandra Davi Adhitama
42 Introgasi
43 ASI untuk Zean
44 Adik bayi Shasa
45 Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46 Menjenguk Zean
47 Sudah Tau
48 Kebahagiaan Ajeng
49 Pernikahan Riko
50 Bertemu Jihan
51 kebahagiaan Kevin
52 Belanja keperluan Zean
53 Kamar Zean
54 Rama melamar Freya
55 Takut Zean Hilang
56 Bertemu orang tua Rama
57 Bulan depan
58 Gercep
59 Kenapa kamu kembali?
60 Tuduhan
61 Sah
62 Merasa tidak pantas
63 Mendadak punya istri
64 Freya tak sadarkan diri
65 Panik
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Keras kepala
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pernikahan
2
Tragedi
3
Memulai penyelidikan
4
Mual muntah
5
Positif
6
Benih siapa
7
kedatangan Ayah mertua
8
Itu cucu Papah
9
Penangkapan
10
Di usir
11
Aku benci anak ini
12
Persalinan
13
Alesha Almahyra Azzahra
14
Bangga
15
Ajeng tak sadarkan diri
16
Rencana ke Jakarta
17
Laki laki terhebat
18
Transferan dari papah mertua
19
Keluarga yang enak di lihat
20
Ruang ICU
21
Siapa dia?
22
Coffe shop Kevin
23
Cemburu
24
Bicara berdua
25
Anakku
26
Bukan cinta tapi obsesi
27
Penyejuk hati
28
Belum ketemu jodoh
29
Merindukan
30
Hanya masa lalu
31
Curiga
32
Demi sebuah rencana
33
Impian Damar
34
Menjelaskan
35
Mengurusi
36
Mencari Ajeng
37
Rekaman CCTV
38
Ajeng pendarahan
39
Harus segera di lahirkan
40
Ruang perinatologi
41
Zeandra Davi Adhitama
42
Introgasi
43
ASI untuk Zean
44
Adik bayi Shasa
45
Alasan Pak Adhi ingin bercerai
46
Menjenguk Zean
47
Sudah Tau
48
Kebahagiaan Ajeng
49
Pernikahan Riko
50
Bertemu Jihan
51
kebahagiaan Kevin
52
Belanja keperluan Zean
53
Kamar Zean
54
Rama melamar Freya
55
Takut Zean Hilang
56
Bertemu orang tua Rama
57
Bulan depan
58
Gercep
59
Kenapa kamu kembali?
60
Tuduhan
61
Sah
62
Merasa tidak pantas
63
Mendadak punya istri
64
Freya tak sadarkan diri
65
Panik
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Keras kepala
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!