"Aku tidak ada maksud apapun menanyakan hal itu. Hanya saja apa tidak lebih baik kita berdua menikah?"
"Maksudmu?"
"Aku tidak jadi menikahi Salwa. Kamu juga tidak menikah dengan laki-laki itu. Aku ingin menikahimu," jawab Romeo.
"Atas dasar apa kamu mau menikahiku?!" desis Yumna.
"Sebagai bentuk rasa tanggung jawabku padamu. Aku pernah lihat beberapa orang berkomentar di medsos perihal kesucian seorang gadis. Bukankah daripada menikah dengan laki-laki baru, lebih baik dengan laki-laki yang sudah mengambil kesucianmu."
"Hellooo, apa kamu lupa dengan apa yang pernah kau ucapkan padaku setelah aku terbangun dalam kondisi syok berada satu ranjang denganmu di mana kondisi kita yang sama-sama tak pakai baju sama sekali dan kamu menindih tubuhku? Kamu enggak pikun kan?"
Faktanya saat mereka berdua terbangun di malam petaka itu, Romeo mengatakan padanya jika dalam 1-2 bulan ke depan Yumna tidak hamil, maka Romeo menganggap masalah yang terjadi sudah selesai detik itu juga.
Akan tetapi, jika Yumna hamil maka Romeo siap bertanggung jawab. Namun bentuk tanggung jawab lelaki itu bukan dengan cara menikahi Yumna. Romeo justru berkata akan mencarikan dokter terbaik untuk proses menggugurkan kan_dungan. Yumna tentu sakit hati mendengar hal itu.
Pada akhirnya setelah dua bulan dari malam kejadian tersebut, Yumna tidaklah hamil. Setelah itu Romeo dan keluarganya mendadak pindah keluar kota. Yumna tak tahu lelaki itu pergi ke mana.
Sejak itu Romeo mengganti nomor ponselnya. Begitu pun dengan Yumna. Keduanya sama-sama ingin mengubur ingatan masa lalu mengenai hal itu.
"Aku tahu, Yum. Kamu pasti marah dan kecewa dengan ucapanku dulu. Tolong maklumilah karena saat itu kita masih sama-sama duduk di bangku SMA. Kita berdua masih remaja waktu itu. Kita juga sama-sama belum dewasa dan masa depan masih panjang,"
"Bagimu masa depanmu masih sangat panjang. Tapi bagiku, masa depanku sudah hilang sejak malam itu. Dasar laki-laki brengsek! Aku enggak butuh tanggung jawabmu !!" pekik Yumna seketika bergegas pergi dari sana.
"Yum, tunggu." Romeo berusaha mengejar Yumna seraya memanggilnya.
Yumna pun berhenti, lalu menoleh. Ia menatap tajam wajah Romeo yang sudah dekat dengannya.
"Aku peringatkan, kamu jangan pernah sakiti Salwa. Jika memang kamu tidak ingin menikah dengannya, lebih baik segera putuskan hubungan kalian. Jika sampai terjadi sesuatu pada Salwa entah kamu menyakiti fisik atau hatinya, kamu bersembunyi di g0rong-g0rong pun aku bakal cari kamu sampai dapat. Setelah itu aku bikin kamu babak be3lur hingga rasanya hidup segan mati tak mau!" tegas Yumna.
Ia sudah tak sanggup berhadapan atau berbicara masa lalu dengan Romeo alias Yoga. Alhasil Yumna langsung memutuskan bergegas pergi tanpa mendengarkan Romeo yang memanggil dirinya.
Hal itu sangat menyakiti hatinya karena harus membuka luka lama yang ia tutupi selama ini. Kini luka itu terbuka kembali dan menganga lebar hingga menghujam sukmanya ketika ia ditakdirkan bertemu kembali dengan Romeo. Begitu perih.
☘️☘️
Sebelum kembali ke Jogja, Yumna mengajak Bu Ratih untuk jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan ternama di Bandung. Mereka hanya berdua saja karena Salwa tengah pergi entah ke mana.
"Aduh, Yum. Ini bajunya kemahalan buat ibu, mah. Biasanya ibu juga belanja baju di pasar kalau enggak ya di toko keliling kampung yang bayarnya nyicil," ujar Bu Ratih seraya tersenyum kecil pada Yumna.
"Enggak apa-apa, Bu. Toh belanja begini juga nggak tiap bulan. Kebetulan Yumna ada rezeki lebih jadi pengin belikan ibu baju,"
Mereka tengah sibuk memilih dan mencoba baju untuk Bu Ratih.
"Nah, ini ibu coba dulu di kamar ganti. Yumna mau ke sudut sana dulu buat lihat kemeja kerja,"
Bu Ratih pun akhirnya pergi ke area kamar ganti untuk mencoba baju. Setelah selesai, ia pun keluar dari kamar ganti tersebut. Mendadak Bu Ratih terkejut dengan sapaan seseorang di depannya.
"Ratih," sapanya.
"Ehm, siapa ya?" tanya Bu Ratih dengan mimik wajah bingung. Terlihat lupa dengan orang yang menyapanya tersebut.
"Aku, Desi. Masa kamu lupa sih, Rat."
Bu Ratih mencoba mengingat sosok yang berdiri di hadapannya ini. Namun sepertinya ia masih belum jelas mengingatnya.
"Kita dulu kan pernah kerja bareng satu pabrik, Rat. Sebelum kamu menikah sama Mas Latif,"
"Ya ampun, Desi bagian packing?"
"Iya, betul."
"Apa kabarmu, Des?" tanya Bu Ratih seraya memeluk teman lamanya itu. Desi pun membalas pelukan Bu Ratih.
"Baik, Rat. Kamu sendiri apa kabar?"
"Kabarku sehat, Des. Lama ya kita nggak ketemu," ujar Bu Ratih.
"Iya, Rat. Puluhan tahun kita nggak bertemu. Setelah kamu menikah sama Mas Latif, aku ikut suamiku pindah tugas ke Kalimantan. Kebetulan sudah beberapa hari ini aku ke Bandung karena ada acara nikahan kerabat," jawab Bu Desi.
☘️☘️
Ratih dan Desi adalah teman baik. Dahulu keduanya pernah bekerja cukup lama di sebuah pabrik yang sama di Bandung. Namun sudah lama hilang kontak dan tak saling bertemu.
Akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali secara tak sengaja di Bandung. Bu Ratih dan Bu Desi memutuskan duduk sejenak di kursi yang berada di depan area kamar ganti sambil berbincang penuh rindu.
"Kamu belanja sendiri atau sama Mas Latif?" tanya Desi.
"Mas Latif sudah meninggal, Des." Bu Ratih menjawabnya lirih dan terdengar sendu.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," ucap Bu Desi yang memang tak tahu jika suami Bu Ratih telah meninggal dunia. "Kapan Mas Latif meninggal?"
"Sudah beberapa tahun yang lalu karena sakit," jawab Bu Ratih.
"Aku turut berduka ya, Rat. Maaf aku nggak tahu kalau Mas Latif sudah meninggal dunia,"
"Enggak apa-apa, Des. Makasih sebelumnya,"
Obrolan kedua teman lama itu terhenti sejenak karena seruan Yumna.
"Bu, gimana bajunya?" tanya Yumna seraya berjalan ke arah tempat duduk Bu Ratih.
Bu Desi dan Bu Ratih pun seketika berdiri.
"Ini siapa, Rat?" tanya Bu Desi didera penasaran.
"Baju buat ibu, sudah pas Yum." Lalu, Bu Ratih menoleh ke arah Bu Desi. "Kenalkan, Des. Ini putriku, Yumna."
"Yum, ini teman lama ibu. Namanya Tante Desi. Beliau pernah kerja di pabrik yang sama dengan ibu dahulu pas belum nikah sama bapakmu," ucap Bu Ratih pada Yumna seraya memperkenalkan Bu Desi.
Yumna seketika tersenyum penuh hormat dan memperkenalkan dirinya seraya mencium telapak tangan Bu Desi dengan takzim. Bu Desi menerimanya dengan baik.
Tak berselang lama, Bu Desi sedikit mengerutkan dahinya ketika melihat wajah Yumna.
"Perasaan aku lihat-lihat, wajah putrimu kok nggak mirip kamu atau Mas Latif ya, Rat. Malahan lebih mirip Yulia,"
"Hah, Yulia? Memangnya Yulia itu siapa?" tanya Yumna dengan mimik wajah terkejut sekaligus bingung.
Deg...
Bersambung....
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💗 AR Althafunisa 💗
Tuhkan benar, kalau perempuan mah sampai berasa bersalah banget. Tapi kudu harus cerita juga krna calon kamu kan Casanova jadi biar dia ga kaget juga kan krna ga jujur. Kalau takut ga diterima kan dia lebih parah, jadi jujur aja deh Yumna. Jangan takut kamu ditinggalin, biar itu jadi pilihan calon suami kamu. Mau lanjut apa ngga 😥
2024-12-08
8
Nena Anwar
jahat banget sih kamu Romeo Yumna perempuan baik malah kamu jadikan dia taruhan, tapi balasannya kamu akan tersiksa dan tersakiti jika Salwa yg menjadi istrimu,,,,siapa yg menjebak Yumna dan Romeo ya 🤔🤔
2024-12-08
2
Nurlaela
harusnya jangan jujur sama Alden sebelum nikah,,,biar ngank jadi bumerang nanti Yumna...
2024-12-08
2