Keesokan harinya pun tiba, kebaya Ana Avanti yang sudah menjadi mimpi Ava kini sudah dikenakan olehnya. Dia berdiri di depan cermin dengan riasan yang begitu cantik.
Bagi Ava,
Hari baru dimulai.
Sementara itu di luar ruangan tempat pengantin wanita, para tamu sudah berkumpul dan Elang juga berada di tengah-tengah mereka.
"Pak Elang ganteng banget!"
"Aku nggak nyangka, Ava nikah sama orang ini."
"Beruntungnya Ava menikah dengan dosen killer yang seksi ini."
Teman-teman Ava datang dan mengucapkan kekagumannya pada Elang.
"Sudah-sudah, dia itu sebentar lagi jadi suami teman kita, apa kalian mau mengagumi suami orang?" Siapa lagi yang akan berkata demikian jika bukan Lena.
"Ngomong-ngomong, bagaimana ya keadaan Ava?" tanya gadis itu dalam hatinya. "Aku harus melihatnya," ujarnya yang langsung menuju tempat pengantin perempuan.
"Masuk!" seruan dari dalam terdengar setelah Lena mengetuk pintu. Gadis dengan seragam bride's maid dan rambut sebahu itu menghampiri kawannya yang sedang duduk dengan anggun.
"Ava, kau baik-baik saja?" tanya Lena khawatir.
"Apa hari ini aku terlihat buruk?" Ava mencoba memberi senyum terbaiknya.
"Kau selalu cantik!" puji Lena dan kedua gadis itu pun berpelukan.
"Kau juga, nanti tangkap bunga dariku ya!" ujar Ava pada sahabatnya.
"Enak saja, aku masih belum mau menikah dalam waktu dekat," elak Lena dan keduanya pun saling tertawa.
"Kalau begitu, aku keluar dulu!" Lena pun meninggalkan Ava lagi sendirian.
Ekor mata Lena menangkap kembali raut sedih dari wajah Ava. Mengapa gadis sebaik Ava harus mendapat perlakuan seperti ini, begitu batinnya. Lena mengetahui apa yang nyonya Hans katakan pada Ava semalam sebelum hari pernikahan ini.
"Satu-satunya jalan, tidak ada lagi. Ya, dosen killer itu!" Lena menatap tajam pada punggung dosennya yang sebentar lagi akan menjadi suami dari sahabatnya.
"Satu-satunya jalan, tidak ada lagi. Ya, dosen killer itu!" Lena menatap tajam pada punggung dosennya yang sebentar lagi akan menjadi suami dari sahabatnya.
Dengan memberanikan diri gadis sembilan belas tahun dengan rambut sepundak itu mendekati Elang dan mengetuk punggung Elang menggunakan telunjuknya.
"Permisi," ujar Lena setelah Elang menoleh padanya.
"Ada apa?" tanya Elang saat melihat rekan Ava mendatanginya.
"A-ada yang harus saya bicarakan pada Pak Elang," gugup Lena saat berbicara dengan dosen killer yang berhidung setajam paruh elang tersebut.
"Kau ingin bicara denganku?" Elang malah balik bertanya dengan dahi berkerut. Dengan sedikit rasa penasaran akhirnya Elang berjalan ke sudut ruangan. "Mari bicara di tempat yang tidak terlalu bising!" perintahnya.
"Ini tentang Ava," ungkap Lena dengan lantang sambil mendongakkan kepala karena Elang lebih tinggi darinya.
Elang mengangkat alisnya dan bersiap mendengar perkataan Lena selanjutnya.
"Saya mohon, agar Pak Elang memperlakukan Ava dengan baik, jangan buat dia menangis." Lena berkata sambil membungkukkan badannya. "Saya mohon dengan sangat dari hati yang terdalam, sekalipun Ava ini membuat kesalahan, tegur dia dengan cara yang halus, jangan biarkan dia tersakiti lagi setelah pernikahan ini." Ternyata air mata telah menganak sungai di pipi Lena, gadis ini menangis sambil berkata demikian.
"Waw, persahabatan yang mengharukan!" Elang tersenyum dengan mengangkat ujung bibirnya. "Ini!" Elang menyodorkan sapu tangan agar Lena membersihkan air matanya.
"Terima kasih." Lena pun memberanikan diri mendongakkan lagi kepalanya setelah membersihkan wajahnya. "Bapak harus mengingat itu, kalau tidak saya akan mendatangi Pak Elang dan memarahi anda. Saya ini jago taekwondo." Lena menunjukkan lengan atasnya.
Elang malah tersenyum. "Setelah menangis di hadapanku, sekarang kau mengancamku?" Elang sedikit menundukkan badannya dan memberikan sorot mata tajamnya untuk Lena.
Bulu kuduk gadis itu pun meremang, ia mundur beberapa langkah. 'Ini menakutkan, dosen killer ini benar-benar menakutkan,' gumam Lena dalam hati. "Sebentar lagi acara pernikahan dimulai, sa-saya permisi." Lena pun berbalik dan langsung menjauh dari sisi Elang.
Lena kembali dari tempat Elang menuju ke teman-temanya. Sementara teman-temannya sibuk dengan gaun brides maid mereka.
"Apa yang telah kau bicarakan dengan dosen killer itu?"
"Lena tadi kau telah menghampiri pak Elang, ada apa?"
"Kau habis berbicara dengan dosen itu, menyeramkan!"
Teman-teman perempuan itu langsung menyerbu Lena dengan berbagai pertanyaan karena mereka baru saja melihat, jika Lena telah berbicara empat mata dengan Elang.
"Bukan hal yang penting," jawab Lena sambil mengendikkan bahunya. Lena tak ingin teman-teman yang lain tahu atas fakta dari pernikahan Ava dan Elang ini. Yang mereka tahu hanyalah, keberuntungan Ava memperoleh suami seperti Elang.
"Kau seperti habis menangis?" ujar salah seorang saat melihat Lena melakukan touch up pada riasannya.
"Ah bukan, tadi aku kelilipan sehingga berair mata," elak Lena sambil terus menggoreskan kuas pada pipinya untuk meratakan bedak.
"Tapi kenapa seluruh make up wajahmu seperti hampir luntur? Kau menggosoknya? Lebih baik kau di-make up ulang," saran teman Lena tersebut.
"Biarlah, aku ini mudah berkeringat." Lena lagi-lagi harus mengelak dan menjauhi kerumunan temannya.
Saat memisahkan diri dari teman-temannya, Lena menuju ke meja tamu seorang diri. Kemudian seorang wanita bertubuh tinggi yang wajahnya tak asing mendekati Lena.
Dengan tergugup Lena memberi salam dan membungkukkan badan pada wanita tersebut. Dia lupa jika keluarga Ava dan Elang adalah pebisnis yang sangat terkenal, sehingga para tamu undangan banyak dari kalangan pejabat dan artis.
"Hai gadis kecil yang manis," sapa wanita itu dengan senyumannya.
Lena membungkukkan badannya lagi. "Hai, tante Azwa!" sapa Lena sopan.
"Jangan panggil tante, panggil kakak." Perempuan itu tersenyum dengan halus.
"Ah, iya. Kak Azwa." Lena memperbaiki panggilannya.
"Anak manis," ungkap Azwa sambil mengusap pucuk kepala Lena. "Kau tau kan, aku adalah seorang pengacara?" tanyanya pada Lena.
"Ya, anda adalah pengacara kondang yang sering muncul di tivi. Apa anda rekan orang tua Ava?" tanya Lena antusias.
"Lebih tepatnya, aku teman SMA nya Elang!" jelas wanita bernama Azwa tersebut.
"Oooh." Lena membulatkan mulutnya.
"Kau tau, aku minta maaf karena mendengar sedikit percakapanmu dengan Elang," bisik wanita itu pada telinga Lena.
Lena pun membulatkan matanya karena terkejut.
"Tak usah terkejut, aku memang punya pendengaran yang lebih tajam dari orang biasa. Aku yakin orang lain tidak ada lagi yang menguping kalian tadi selain aku," jelas Azwa seakan mengerti kekhawatiran Lena.
Lena mengembuskan napasnya dengan sedikit lega.
"Kau tau jika ada kesalahan sedikit saja, kita akan susah melawan keluarga Lee, keluarganya Elang," jelas pengacara tersebut. "Jadi jika terjadi sesuatu, jangan sampai temanmu dirugikan!" seru Azwa pada gadis polos yang sama sekali tak mengerti maksudnya. "Baiklah, kuperjelas! Jika temanmu ingin bercerai, hubungi aku!" Kini Azwa menawarkan tanpa basa-basi.
"Jangan meracuni pikiran anak-anak dengan hal yang tidak baik Azwa!" Tiba-tiba Elang menghampiri mereka berdua.
Azwa sedikit terkejut. Dia pun mengeluarkan secarik kertas bertuliskan data diri miliknya dari tas. "Ini kartu namaku, hubungi aku jika perjaka tua ini melakukan sesuatu. Oke!" Azwa mengedipkan matanya.
Lena meraih kartu nama itu dengan perasaan bingung.
Sementara Elang menggelengkan kepalanya.
***
Bersambung ...
Part ini gimana guys, aku sengaja tidak menjelaskan secara rinci prosesi pernikahan mereka. Bayangkan sendiri ya guys, buat cerita versi kalian tentang bagaimana pernikahan Elang dan Ava.
Jangan lupa follow ig ku ya para readers kesayangan.
@kak.ofa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
ko cwe ini g tau malu bettt 😏
2023-02-21
0
EMI aja
berasa nonton Drakor karna d Korea Korea ny 🤭🙏
2022-02-02
0
Rose_Ni
disini....keahlian imajinasi kita diuji
2021-12-12
0