Duke Bucin Anak

Duke Bucin Anak

Bab 1

"Kenapa harus dia? Kenapa bukan aku? Aku ini putrimu, bukan dia!”, ujar seorang gadis yang baru menginjak usia 10 tahun dengan putus asanya.

“Hiks.. Apa yang harus aku lakukan agar kau menyukaiku, ayah?”, tambahnya dengan tubuh gemetaran dan air mata yang bercucuran deras. Ibarat hujan petir yang turun membasahi seluruh bangunan dari mansion besar itu.

Cuaca gelap saat itu menggambarkan suasana hati sang gadis belia yang telah hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak, takdirnya tengah dipertanyakan saat ini. Akankah, ia bisa memiliki kasih sayang dari ayahnya yang sangat ia idam-idamkan selama ini? Hanya itu yang ia harapkan, tak ada yang lain.

Namun sungguh disayangkan, hal itu pun tak dapat ia gapai di kehidupannya kali ini. Itu menjadi hal tersulit yang bisa ia dapatkan karena ia berhutang nyawa pada orang yang ia panggil dengan sebutan ayah itu.

“Jangan konyol, kau itu tak layak bahkan hanya untuk sekedar berbagi udara denganku”

Prakk..

Trakk..

“Ya?”, ucapnya spontan yang membuat tubuhnya diam membeku.

Perkataan menyakitkan yang disusuli oleh suara petir itu ikut menyambar hati sang gadis kecil, sungguh perkataan yang memilukan.

Namun kenyataan itu benar-benar hal yang dapat melukai setiap mata yang memandang dan setiap orang yang mendengar. Itulah takdir yang telah dilukiskan pada gadis yang baru menginjak usia 10 tahun ini.

Zahira Renata Hebarto, itulah nama yang diberikan oleh sang ibu sebelum dirinya lahir. Tapi sayangnya ia bahkan tak tau namanya sendiri, sebab sampai saat ini, ia hanya di panggil dengan sebutan ‘nona, nona itu, nona kecil atau anak itu’, bahkan terkadang ada yang memanggilnya dengan sebutan ‘hei’ saja.

Sungguh ia merasa terluka lantaran bunga yang ada ditaman masion itu saja memiliki namanya, lalu kenapa ia yang merupakan anak dari si pemilik masion malah tidak memiliki nama?

Mungkin itu semua terjadi lantaran ia adalah anak yang ditinggalkan oleh sang pemilik masion karena keberadaannya saat ini telah menjadi duri dalam daging si pemilik masion, begitulah pikirnya saat itu.

“Ck, apa yang kalian lakukan? Bawa benda ini keluar, keberadaan mu benar-benar merusak suasana hatiku!”, ucapnya pada anak yang hanya mengharapkan sebuah senyum hangat darinya.

“Ti-tidak, a-ayahh!!”, pekik sang gadis yang dipaksa keluar itu. Ia yang saat itu mendatangi ruang kerja sang ayah hanya untuk memberi salam dan menanyai akan namanya saja.

Namun siapa sangka, kedatangannya malah tidak disambut dan merusak suasana hati sang ayah yang tak lain adalah seorang Grand Duke satu-satunya dari kerajaan Agnor.

Gustaf Renata Hebarto, si pemilik nama lengkap itu menjadi Grand Duke sejak usianya 15 tahun mengantikan ayahnya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan terencana.

Tentu orang-orang yang terlibat dalam kasus itu semuanya hanya tinggal nama saja, bahkan keluarga mereka yang ditinggalkan pun tak dapat ampunan dari ke-kejaman sang Duke, yang disebut sebagai tiran kerajaan Agnor atau singa bermata emas dari kerajaan Agnor.

Itulah julukan yang dikenal oleh lawan maupun kawan, tentu itu semua bukanlah julukan kosong semata.

Kekejaman dan kebengisannya tidak hanya di canangkan pada kasus pembalasan dendamnya atas kematian orang tua dan saudara-saudaranya saat itu, melainkan ia juga telah membunuh dua orang istrinya.

Istri pertamanya mati lantaran membelok atau menghianatinya, mungkin lebih tepatnya sang istri adalah mata-mata yang diutus oleh salah satu keluarga yang berselisih paham dengan sang duke.

Istri kedua dibunuhnya lantaran memanfaatkan seluruh aset putranya untuk kepentingan pribadi, bahkan istri kedua juga menyiksa anak-anaknya (anak pertama dari istri pertama, dan anak kedua yang merupakan anak kandungnya).

Meski pun ia merupakan orang yang bengis namun ia adalah orang yang akan membela darah dangingnya sendiri, walau ia tidak pernah memberi kasih sayang atau perhatian layaknya seorang ayah.

Namun, ia bisa memastikan anak-anak atau garis keturunannya hidup dengan layak, sekali pun ia tak mencintai anak tersebut. Mungkin karena hal itu pula, Zahira masih hidup hingga saat ini.

Zahira adalah anak ketiganya dari wanita yang sangat ia cintai, namun wanita itu lebih memilih mati demi bisa melahirkan Zahira.

Hal itulah yang membuat ia sangat membenci Zahira, bahkan ia tak pernah mengunjungi Zahira sejak dilahirkan lantaran, ia menganggap Zahira sebagai perempas hidup dari wanita pujaan hatinya. Itulah yang terlintas dalam benak Zahira, melihat perlakukan tak adil yang ia terima selama ini.

Mungkin karena hal itu pula, Zahira di sebut sebagai anak yang ditinggalkan. Tak cukup sampai disitu, bahkan para pelayan juga mengabaikannya. Meski tinggal di mansion duke, ia lebih sering merasa kelaparan dari pada kenyang.

Tapi ia juga tidak bisa dan tidak tau harus mengeluh pada siapa, ia hanya bisa berdamai dan menerima nasibnya saja. Hingga pada suatu hari Zahira merasa amat sangat terluka, setelah kehadiran gadis kecil yang seumuran dengannya di mansion itu.

Gadis yang entah muncul dari mana itu berhasil meluluhkan hati sang ayah, yang bahkan tak pernah mengunjunginya.

Berita akan kemunculan sang gadis yang bisa membuat sang duke tersenyum pun menyebar di kalangan para pelayan mansion, hingga terdengar di telinganya.

Pada suatu pagi, Zahira yang sangat penasaran akan siapa gadis kecil itu pun pergi untuk melihatnya. Dalam perjalanan menuju tempat para tamu tinggal, Zahira mendengar suara galak tawa yang indah di telinganya.

Tanpa sadar, kakinya pun melangkah mengikuti arah dari suara tawa yang belum pernah terdengar di masion yang layaknya seperti neraka itu, dimana-mana hanya tersebar hawa kesunyian dan kesepian padahal, masion besar itu di tempati oleh banyak orang.

Namun orang-orang takut membuat keributan, lantaran para tuan pemilik mansion ini menakutkan lakanya iblis neraka.

Hal ini terjadi lantaran duke dan kedua putranya yang tak pernah saling menyapa atau menunjukan keramahan, membuat mereka merasa merinding disetiap kali berhadapan.

Aura membunuh dan kewaspadaan yang selalu terpancarkan dari tiga orang ini, acap kali membuat orang sesak napas dibuatnya. Bahkan tak jarang terjadinya pertumpahan darah dimansion ini, apa bila menyinggung perasaan salah satu dari tiga orang yang paling dihindari itu.

Tapi, pengecualian pada Zahira yang selembut dan selemah kelinci itu. Ia adalah satu-satunya tuan rumah yang tidak memiliki aura membunuh. Oleh karenanya, ia pun sering menjadi makanan empuk para pelayan.

Mulai dari membatasi pergerakannya di mansion, hanya tersedianya baju usang yang bewarna gelap, makanan yang tak layak, bahkan terjadinya korupsi pada akomodasi dana kehidupan Zahira yang disediakan oleh duke. Semua ini karena Sangat Ayah hanya menyediakan akomodasi tanpa pernah mengecek bagaimana anaknya hidup. Sungguh Ironi nasib Zahira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!