Bab 4

Begitulah pikir tuan muda pertama kediaman sang duke yang sejak muncul sang gadis ini diperhatikannya, namun sayang ia tak bisa mengatakan apa pun lantaran ia lebih takut pada sang duke kala itu.

Namun tidak lagi kini, ia tidak peduli lagi pada sang duke yang ia tau tak punya hati nurani itu, mengabaikan semua anaknya namun begitu peduli pada orang asing. Mungkin juga itu bukan sekedar rasa benci melainkan iri, karena ia tak pernah mendapatkan perlakuan hangat apa lagi pengakuan sang ayah bahwa dirinya layak sebagai penurus keluarga ini.

“Sebenarnya siapa yang sedang dibicarakan anak itu?”, tanya duke kepada kepala pelayan yang terus berdiri disampingnya dengan diam mematung.

“Duke, yang sedang dikatakan oleh tuan muda pertama adalah nona muda Zahira”, ucap kepala pelayan disana yang mengigatkan pada sang duke yang telah melupakan putri satu-satunya itu.

“Oh, jadi anak itu masih hidup!”, ucap sang duke tanpa rasa bersalahnya.

Mendengar ucapan sang duke dengan nada ketus dan ekspresi datar itu lagi- lagi membuat mereka yang ada disana terkejut bukan main. Bagaimana mungkin sang duke tidak terkejut sedikit pun, bahkan ia mengira putrinya yang terabaikan itu telah lama mati.

“Du-duke..”, ucap kepala pelayan yang kemudian di potong oleh duke.

“Baiklah, aku akan melihatnya!”, ucap sang duke kemudian beranjak dari kamar gadis asing yang dianggap sebagai benalu oleh kedua putranya itu.

Melihat sang duke yang datang ke kamar putrinya itu membuat keributan diantara para pelayan, mereka mengatakan apakah duke kini telah teringat pada putri yang ia abaikan selama ini? Namun sayangnya itu hanya kunjungan yang berupa formalitas saja.

Ia yang tiba-tiba diingatkan memiliki seorang putri itu sangat penasaran akan wajahnya, sebab ia sendiri telah melupakan wajah nona muda satu-satunya yang sering kali disingung oleh kepala pelayan kala itu.

“Bagaimana keadaannya?”, tanya sang duke pada pelayan yang kini berdiri di depan pintu kamar Zahira.

“Dok-dokter sedang mengobatinya tuan besar”, jawab pelayan yang ditugaskan pada Zahir dengan terbata-bata.

“Hem, baiklah. Jika sudah selasai pemeriksaanya katakan padaku”, ucap sang duke yang acuh tak acuh.

Kemudian sang duke pun berlalu meninggalkan kamar Zahira yang kini sedang melawan maut, kepergian sang duke tanpa bertanya apakah Zahira luka parah atau tidak itu memicu gosip pada para pelayan lagi.

Sang duke yang mulai berubah lepas kedatangan nona asing itu entah kenapa membuatnya terlihat bak orang mati saja, seakan ia tunduk pada perkataan sang gadis.

Lebih tepatnya, kepala pelayan dan beberpa orang kepercayaan duke kini mulai meragukan otoritasnya, bahkan menganggapnya telah dicuci otak oleh sang nona asing seperti yang dikatakan oleh tuan muda kedua bahwa ayahnya telah di beri mantra dibalik sihir penyembuhan yang diberikan oleh sang nona muda asing itu.

“Duke, tidakkah seharusnya kau menunggu kabar akan nona muda?”, tanya kepala pelayan yang merasa kecewa akan sikap duke saat ini yang terbilang sudah sangat keterlaluan acuhnya pada sang nona muda satu-satunya yang dimiliki oleh keluarga duke.

“Balmo, ini bukan tempat mu untuk berbicara”, ucap sang duke yang sangat disayangkan oleh Balmo sang kepala pelayan. Balmo sendiri tau betapa kesepian para tuan muda dan nona muda yang bahkan tak pernah kelihatan sejak sang naninya diusir beberapa tahun yang lalu.

Namun lebih dari itu hanya para tuan mudalah yang sadar betapa terluka dan kejamnya perlakuan tak adil yang di dapatkan Zahira dalam kediaman mewah nan megah dari luar namun mengerikan bak neraka dari dalam itu.

Hari pun terus berlalu sejak kejadian di taman belakang kediaman duke, Zahira yang hampir mati itu pun tak pernah melihat duke datang mengunjunginya. Bahkan setelah hari duke berkujung ibarat angin lewat saat Zahira sedang diselamatkan oleh para dokter kala itu hingga kini, sang duke tak pernah berniat untuk mengunjunginya mungkin ia sudah terlupakan lagi.

Pikir Zahira, kenapa pula ia diselamatkan, bukankah lebih baik ia mati saja saat itu. Kini hidup Zahira semakin mengerikan, ia yang mendapat luka dibagian wajahnya dari para serigala itu mendapat julukan baru yaitu si buruk rupa yang terbuang.

Tentunya gelar itu di beri oleh para pelayan yang menelantarkannya dan mengabaikan tugas sang duke untuk menjaga Zahira.

“Cih, dia malah tidak mati!”, ucap nona muda asing itu.

Niatnya untuk menyingkirkan Zahira gagal lagi, lalu bagaimana mungkin ia bisa menjadi putri angkat dan satu-satunya nona muda dari keluarga Hebarto. Namun ia tak menyerah kini ia mulai menebari asap dalam kediaman duke yang akhirnya memunculkan api besar, yaitu dengan kematian Zahira.

Hal itu bermula saat ia tersadar dari pingsannya kala itu, ia yang terlihat menyedihkan di mata para pelayan dengan memanfaatkan kasih sayang duke itu pun mulai mengarang cerita aneh.

Cerita yang awalnya sederhana itu pun kian parah dan aneh sejak bangunnya Zahira dari koma, ia mulai mengatakan fakta bahwa semua bukti mengarah pada Zahira yang polos itu, yang saat itu berniat baik untuk membantunya.

Duke yang mendengar bisikan para pelayan pun menaruh kecurigaan pada putri kandungnya sendiri, hingga akhirnya ia menyelidiki semua peristiwa yang tampak aneh kala itu.

Sungguh kesal dan kecewanya duke lantaran semua bukti mengarah pada Zahira. Zahira yang tak tau apa-apa ini pun di panggil oleh duke dalam kondisi lemah.

Ia yang masih dalam keadaan penyembuhan itu pun tak dapat mengelak kemarahan sang duke yang merupakan ayah kandungnya sindiri, ia diseret paksa untuk menerima hukuman atas dosa yang tak pernah ia lakukan.

Zahira yang saat itu tak tau apa pun hanya bisa mengatakan ‘tidak, bukan aku, aku tidak mengerti, apa salah ku, maafkan aku’ hanya kata-kata itu yang bisa di ucapkan oleh gadis polos ini.

Namun tuduhan bahwa Zahira melakukan semua perbuatan itu lantaran rasa benci dan irinya pada sang nona asing membuat sang duke kecewa, ia pun tak bisa mengampuni nyawa Zahira yang padahal akan melakukan upacara kedewasaannya dua hari lagi.

“Seret dia ke penjara”, ucap sang duke dengan perasaan tak karuan.

“Ayah!!”, pekik para tuan muda serempak.

“Tuan_”, ucap kepala pelayan yang ingin mengeluh namun dipotong oleh duke.

“Cukup, aku tidak ingin mendengar apa pun lagi!”, ucap sang duke yang kemudian mengusir semua orang dari ruangannya.

Para tuan muda dan pelayan setia sang duke yang waktu itu menyaksikan kekejaman sang duke pada putri satu-satunya itu mulai menjauh dari sang duke, mereka tak habis pikir bagaimana mungkin semua perbuatan jahat itu dilakukan oleh nona muda yang bahkan tak mengenali dunia tempat ia tinggal itu, sungguh kenyataan yang memilukan nan penuh luka dan air mata.

Terpopuler

Comments

Fisee

Fisee

brengeseekk dasar otaknabiii 🧠🧠🧠🧠🐽🐽🐽🐽🐽🦠🦠🦵🦵🦵

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!