Bab 7

Zahira, setelah sadar dari sakit nya kini menjadi pribadi yang sangat berbeda. Dia yang dulu adalah anak pemalu dan penakut, selalu bersembunyi di balik rok pengasuhnya.

Ekspresi wajahnya menjadi sangat berbeda. Kadang tatapannya menjadi acuh tak acuh. Dia juga sering pergi ke perpustakaan meminta buku dan pena. Padahal Zahira belum diajarkan menulis sama sekali .

Untuk ukuran anak bangsawan, penanganan pendidikannya sangatlah terlambat. Itu karena dia kurang diperhatikan. Pengabaian yang terlalu kentara itu membuat semua orang menjadi semena mena.

Zahira mulai menulis semua hal yang akan dia lakukan.

Siang ini dia memiliki janji dengan Balmo, sang kepala pelayan. Alasan bertemu adalah untuk membuang semua pelayan yang kurang ajar dari kediamannya. Zahira yakin bahwa Ayahnya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Tepatnya dia lebih tidak perduli dengan yang Zahira Lakukan . Membuang duri dari sekarang akan sangat membantunya. Pelayan yang kurang lainnya akan tahu bahwa Zahira kini tidak akan tinggal diam.

Hukum di kekaisaran ini sangatlah tidak adil bagi kaum perempuan untuk itu Zahira harus bertahan hidup dan menjadi mandiri mulai sekarang. Karena usianya sudah 10 tahun, setidaknya 2 tahun lagi, jika dia sudah berusia 12 tahun, dia bisa mendaftar di akademi sampai lulus. Tidak ... Jika perlu sampai dia dewasa, lalu mencari pekerjaan dan meninggalkan rumah ini. Begitulah rencana Zahira.

"Klek....." suara pintu terbuka. Zahira memang pergi ke perpustakaan untuk menyendiri. Tak disangka dia bertemu dengan Nicolas, Tuan Muda pertama.

Zahira langsung beranjak dari kursinya. Dia menunduk seperti memberikan salam tanpa bicara. Lalu membawa bukunya dan beranjak pergi.

"Tunggu... Kamu bisa disini, aku yang akan pergi!" Ucap Nicolas.

Zahira ingin sekali menjawabnya, tapi mulutnya entah kenapa rasanya seperti ada lem yang menempel. Dia tidak sanggup untuk berbicara . Yang dia lakukan adalah melambaikan tangannya ke kanan dan kekiri. Lalu pergi dengan sedikit berlari.

Melihat pemandangan tersebut, Nicolas sedikit kaget.

Adiknya yang paling kecil itu, terlihat seperti seorang yang syok dan takut akan dirinya.

Memang selama ini Nicolas tidak pernah memperhatikan adiknya. Kadang kadang dia hanya melihatnya sekilas. Dia hanya mengamati adiknya dari kejauhan. Tidak pernah mendekat, memberikan perhatian atau bahkan mengajaknya berbicara . Melihat adiknya yang tidak mau berbicara dengannya itu entah kenapa membuat dadanya sakit.

***

Zahira terus berlari ke paviliun tempat dia tinggal. Perpustakaan yang dia kunjungi itu bukanlah perpustakaan utama, jadi jarang sekali dipakai, di dalamnya juga hanya ada buku umum yang tidak menarik. Tepatnya hanya digunakan sebagai gudang penyimpanan buku yang tidak menarik. Zahira pikir tidak akan ada orang yang memakainya. Dia malah bertemu dengan kakak pertamanya. Nicolas Renata Hebarto .

Huh...huh... huh... Nafasnya tersengal sengal. Melarikan diri lebih baik dari pada terjebak dalam satu ruangan yang sama.

Secara umum, yang Zahira ingat. Kedua Kakaknya itu tidak pernah menyakiti dirinya. Tapi pengabaian selama belasan tahun itu membuat luka yang sederhana itu menjadi sebuah luka besar yang terus menggerogoti pikiran Zahira. Sungguh dia hanya tidak ingin terlibat dengan siapa pun dalam rumah ini, kecuali Nani nya , Hilda Grafo.

"Sialan!" Kata umpatan itu keluar dari mulutnya. mulut anak kecil berusia 10 tahun.

Kebetulan dia tadi menyuruh Nani nya pergi untuk mengambilkan minuman. kenapa malah saat dia sendiri dia harus bertemu dengan Nicolas. Sungguh hari yang tidak beruntung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!