Zahira adalah korban dari itu semua, kini dirinya yang bahkan tak di beri kesempatan untuk membela diri itu pun terkurung dalam penjara bawah tanah milik sang duke. Penjara gelap dan dingin itu menusuk hatinya, pikirannya melayang pada dosa yang tak pernah ia lakukan itu bahkan ia tak tau jelas tuduhan apa yang telah dirinya terima.
“Hem, bagaimana rasanya tinggal di tempat ini?”, ucap seseorang yang baru datang.
Orang yang awalnya tak terlihat itu perlahan melangkah mendekati Zahira hingga dikenali olehnya. Ya, pemilik suara itu tak lain dan tak bukan adalah nona asing yang ia selamatkan kala itu, nona asing yang saat ini mengincar posisinya.
“Kau siapa? Apa mau mu?”, ucap Zahira yang masih tak mengerti itu.
“Ahahaha.. kau masih bertanya apa mau ku, baiklah! Akan ku katakan pada mu apa mau ku, mau ku adalah semua milik mu menjadi milik ku. Ayahmu, saudaramu bahkan kediaman ini”, ucap sang nona asing itu sambil memperlihatkan ekspresi mengerikan akan keserakahan pada sesuatu yang bukan miliknya.
“Kau tau kenapa, karena kua anak terbuang yang telah merebut wanita yang sangat dicintai oleh duke. Kau lah penyebab penderitaan sang duke saat ini. Kau itu benalu kehidupannya”, tambahnya sambil menyeringai yang membuat Zahira terluka dan ketakutan akan fakta yang selama ini ia pikirkan adalah kebenaran yang hakiki.
Namun, perkataan yang tak enak itu pula yang membuat Zahira sadar bahwa dirinya kini masuk dalam permainan kotor dari sang nona asing. Zahira yang tak tahan akan semua hinaan itu pun tersulut emosinya hingga mengamuk dan hal itu pun dimanfaatkan lagi oleh sang nona asing.
Kini ia pula yang menangis lantaran tau bahwa para penjaga dari penjara yang telah ia suap itu akan datang menolongnya yang saat ini tengah dijambak oleh Zahira.
“Hiks.. hiks.. aku hanya ingin melihat dan membawa makanan untuk mu. Jika aku membuatmu marah, aku minta maaf!”, ucapnya lirih nan lembut. Dalam waktu singkat ia pun berubah menjadi korban yang tersakiti lagi dan lagi.
Ibarat semuanya telah di atur sedemikian rupa, sang duke pun tiba di waktu yang tepat untuk menyaksikan kekejaman Zahira. Kini Zahira semakin di benci oleh sang duke.
“Seret dia keluar dari penjara ini”, ucap sang duke yang tak ingin bertanya akan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Duke yang terlanjur marah itu pun meminta Zahira untuk di keluarkan dari penjara detik itu juga tanpa mau mendengar perkataan siapa pun termasuk Zahira sendiri. Naasnya, ia yang awalnya berniat memberi hukum cambuk pada Zahira malah berakhir pada kematian tak terduga Zahira.
“Za-zahira”, ucap sang tuan muda kedua yang tak pernah menyebut nama Zahira sebelumnya itu.
Tubuhnya gemetar ketakutan saat sang adik yang ia awasi secara diam-diam itu kini tak bergerak lagi, tak terasa juga detak jantung pada tubuh yang basah dan terikat itu, sungguh pemandangan yang memilukan. Penyesalan pun tak bisa ia pendam, ia berharap waktu pun bisa terulang hingga ia memiliki kesempatan untuk memangil nama Zahira.
“Ke-kenapa dia tidak bergerak?”, tanya sang tuan muda kedua dengan tubuh gemetaran.
***
Flashback
2 jam sebelum kejadian, perpustakaan kediaman duke.
“Tuan muda pertama, gawat!”, ucap seorang pelayan kepercayaan tuan muda pertama. Dia yang berlari terengah-engah itu sambil memasang wajah penuh khawatir membuat sang tuan berfirasat hal buruk pasti telah terjadi di masionnya.
“Ada apa? Kenapa kau berlarian begitu”, ucap sang tuan muda sambil menyembunyikan ekspresi gelisah akan tebakannya.
“Tuan duke mengamuk!”, ucap sang pelayan.
“Apa? Kenapa lagi, apa yang akan terjadi kali ini?”, ucap sang tuan muda yang kemudian mendengar sedikit informasi lalu berlari melihat Zahira.
Disisi lain, kamar tuan muda kedua. Berita tentang tuan duke mengamuk pun disampaikan yang membuat putra keduanya itu terkejut bukan main, baru tadi siang sang duke memasukan Zahira kepenjara lalu masalah apa lagi yang kini muncul?
“Sebaiknya tuan pergi menghentikan duke, sebelum dia membunuh nona muda!”, ucap bawahan kepercayaannya.
“Ck, sial. Apa lagi yang dilakukan oleh iblis itu!”, ucapnya yang kemudian berlari ketaman mansion.
Sungguh betapa terkejutnya kedua putra duke ini yang melihat kondisi Zahira yang terikat pada tiang eksekusi itu, ia di cambuk dalam hujan deras dengan tumbuh yang masih dalam kondisi penyembuhan.
Suasana yang mengabarkan langit ikut menangis pilu atas kekejaman seorang ayah itu menyakiti hati setiap mata yang memandang, suasana dingin nan sendu itu mengambarkan kesedihan hati Zahira yang tak terbantahkan.
Hati siapa yang tak tercabik melihat pemandangan itu? Bagaimana seorang ayah bisa menyakiti putri yang baru selamat dari maut itu? Sungguh luka yang ditanam duke pada dua putranya ini terus terulang dan berulang lagi dan lagi dengan menyaksikan kekejaman terhadap Zahira saat ini.
“Hentikan apa yang kau lakukan?”, ucap tuan muda pertama yang menghentikan sang duke dengan penuh emosi.
Sungguh ia tidak mengerti hati sang ayah ini terbuat dari apa, bagaimana ia tega mencambuk Zahira yang masih dalam keadaan sakit itu dengan cambuk yang terbuat dari akar kayu roh, bahkan para tentara saja terkelupas kulitnya bila terkena cambuk itu.
Sungguh kejam nan kejinya perbuatan sang duke saat ini, hal itu juga di rasakan oleh orang-orang yang setia pada dirinya.
“Apa yang kau lakukan? Beraninya kau menghentikan aku?”, ucap sang duke yang terlihat gila dimata kedua putranya ini.
Ia benar-benar marah lantaran hukumannya pada Zahira belum usai namun malah di hentikan oleh putranya. Namun sayangnya, itu bukanlah hukuman melainkan pelampiasan dari kemarahannya yang entah marah karena apa.
Jelas satu hal yang pasti, saat itu sang duke tidak menjadi dirinya sendiri lagi, ia seperti kerasukan sesuatu yang kejam atau lebih tepatnya kerasukan raja iblis.
***
Saat Ini
“A-apa maksudmu?”, tanya sang tuan muda pertama yang mendengar tuturan dari tuan muda kedua.
“Di-dia kenapa tidak bernapas?”, ucap sang tuan muda kedua yang tanpa sadar mulai menitikan air mata.
“Apa? Apa yang kalian lakukan, cepat lepaskan ikatannya”, perintah sang tuan muda pertama.
“No-nona, hiks.. hiks.. nona buka matamu. Ku mohon bangunlah nona!”, ucap kepala pelayan yang menangis penuh sesal saat itu.
Ditengah tangisan mereka itu terdengar dengan sayup pada Zahira yang saat ini sedang berjalan dalam kegelapan penuh kesedihan. Ia yang merasa tak berharga itu melangkah dengan beratnya dalam kegelapan yang bahkan tak terlihat secuil cahaya pun. Namun ia malah mendengar suara yang seakan memanggilnya.
“Nona bangunlah, hiks.. kumohon nona sadarlah!”, suara berat nan lirih itu terdengar oleh Zahira.
Tanpa sadar kakinya pun mengikuti suara tangis penuh harap nan tulus itu, ia sangat penasaran untuk bisa melihat siapa pemilik dari suara itu. Ia terus berjalan mendekati arah suara itu hingga terlihat cahaya di ujung kegelapan, namun langkahnya pun memudar. Ia dengan berat untuk pergi mengikuti arah suara itu hingga terdengar suara aneh.
“Tidak apa sayang, temuilah kebahagianmu dibalik cahaya itu!”, pesan dari suara yang samar-samar itu.
Namun anehnya kaki Zahira malah melangkah tak ragu memasuki cahaya yang menyilaukan matanya, dan saat ia membuka matanya terlihat sosok yang tak asing tengah menangis disamping ranjangnya.
“Hiks.. nona kau sudah bangun?”, ucapnya penuh syukur melihat sang majikan yang telah sadar dari demam tingginya itu.
Namun Zahira malah kebingungan melihat sosok yang tak lain dan tak bukan itu adalah nani yang telah diusir oleh sang duke di kehidupan sebelumnya, lalu bagaimana kini ia berada disamping dirinya?
Pikir Zahira, bukankah saat itu dirinya tengah menerima hukum cambuk tanpa ampun dari sang duke, lalu apa semua ini? Kenapa dia bisa berada di kamarnya begini bahkan ada sang nani yang menemaninya?.
“Apa ini? Bukankah aku sudah mati”, ucap Zahira yang tak percaya.
“Apa maksud nona? Jangan berkata begitu, nona pasti akan sembuh. Hiks.. hiks..”, ucap sang nani yang tak mengerti maksud dari perkataan nonanya itu.
Hilda Grafo, merupakan anak dari Baron wilayah Hebarto. Ia yang sejak kecil adalah sahabat dari ibunya Zahira akhirnya memilih mengikuti sang ibu untuk masuk ke kediaman duke yang sejak saat itu sudah terkenal mengerikan, orang-orang mengatakan hidup dimasion itu sama ibarat hidup dalam neraka lantaran kalian bisa mati kapan saja.
“Tidak, tunggu. Kenapa tubuh ku mengecil?”, ucap Zahira yang tidak percaya bahwa kini tubuhnya mengecil. Kemudian ia pun berlari kearah kaca yang sudah terpajang disana.
Akhh..
“Nona..”
Zahira yang penuh semangat pun berlari kearah kaca untuk membuktikan diri bahwa bukan hanya perasaannya saja jika kini tubuhnya mulai mengecil. Namun sayangnya, belum sampai ke kaca besar yang berdiri di sudut kamar lesuh itu Zahira malah terjatuh.
Hal itu dikarenakan tubuhnya saat ini tengah demam tinggi yang membuat kakinya kesusahan menompang bagian atas tubuhnya. Melihat Zahira yang terjatuh itu sang nani mengangkatnya kembali keatas tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Fisee
cuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhhcuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhhcuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhhcuiiiiiiiihhhh💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦 cuiiiiiiiihhhhcuiiiiiiiihhhh cuiiiiiiiihhhh
2025-04-14
0