"Kenapa harus dia? Kenapa bukan aku? Aku ini putrimu, bukan dia!”, ujar seorang gadis yang baru menginjak usia 10 tahun dengan putus asanya.
“Hiks.. Apa yang harus aku lakukan agar kau menyukaiku, ayah?”, tambahnya dengan tubuh gemetaran dan air mata yang bercucuran deras. Ibarat hujan petir yang turun membasahi seluruh bangunan dari mansion besar itu.
Cuaca gelap saat itu menggambarkan suasana hati sang gadis belia yang telah hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak, takdirnya tengah dipertanyakan saat ini. Akankah, ia bisa memiliki kasih sayang dari ayahnya yang sangat ia idam-idamkan selama ini? Hanya itu yang ia harapkan, tak ada yang lain.
Namun sungguh disayangkan, hal itu pun tak dapat ia gapai di kehidupannya kali ini. Itu menjadi hal tersulit yang bisa ia dapatkan karena ia berhutang nyawa pada orang yang ia panggil dengan sebutan ayah itu.
“Jangan konyol, kau itu tak layak bahkan hanya untuk sekedar berbagi udara denganku”
Prakk..
Trakk..
“Ya?”, ucapnya spontan yang membuat tubuhnya diam membeku.
Perkataan menyakitkan yang disusuli oleh suara petir itu ikut menyambar hati sang gadis kecil, sungguh perkataan yang memilukan.
Namun kenyataan itu benar-benar hal yang dapat melukai setiap mata yang memandang dan setiap orang yang mendengar. Itulah takdir yang telah dilukiskan pada gadis yang baru menginjak usia 10 tahun ini.
Zahira Renata Hebarto, itulah nama yang diberikan oleh sang ibu sebelum dirinya lahir. Tapi sayangnya ia bahkan tak tau namanya sendiri, sebab sampai saat ini, ia hanya di panggil dengan sebutan ‘nona, nona itu, nona kecil atau anak itu’, bahkan terkadang ada yang memanggilnya dengan sebutan ‘hei’ saja.
Sungguh ia merasa terluka lantaran bunga yang ada ditaman masion itu saja memiliki namanya, lalu kenapa ia yang merupakan anak dari si pemilik masion malah tidak memiliki nama?
Mungkin itu semua terjadi lantaran ia adalah anak yang ditinggalkan oleh sang pemilik masion karena keberadaannya saat ini telah menjadi duri dalam daging si pemilik masion, begitulah pikirnya saat itu.
“Ck, apa yang kalian lakukan? Bawa benda ini keluar, keberadaan mu benar-benar merusak suasana hatiku!”, ucapnya pada anak yang hanya mengharapkan sebuah senyum hangat darinya.
“Ti-tidak, a-ayahh!!”, pekik sang gadis yang dipaksa keluar itu. Ia yang saat itu mendatangi ruang kerja sang ayah hanya untuk memberi salam dan menanyai akan namanya saja.
Namun siapa sangka, kedatangannya malah tidak disambut dan merusak suasana hati sang ayah yang tak lain adalah seorang Grand Duke satu-satunya dari kerajaan Agnor.
Gustaf Renata Hebarto, si pemilik nama lengkap itu menjadi Grand Duke sejak usianya 15 tahun mengantikan ayahnya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan terencana.
Tentu orang-orang yang terlibat dalam kasus itu semuanya hanya tinggal nama saja, bahkan keluarga mereka yang ditinggalkan pun tak dapat ampunan dari ke-kejaman sang Duke, yang disebut sebagai tiran kerajaan Agnor atau singa bermata emas dari kerajaan Agnor.
Itulah julukan yang dikenal oleh lawan maupun kawan, tentu itu semua bukanlah julukan kosong semata.
Kekejaman dan kebengisannya tidak hanya di canangkan pada kasus pembalasan dendamnya atas kematian orang tua dan saudara-saudaranya saat itu, melainkan ia juga telah membunuh dua orang istrinya.
Istri pertamanya mati lantaran membelok atau menghianatinya, mungkin lebih tepatnya sang istri adalah mata-mata yang diutus oleh salah satu keluarga yang berselisih paham dengan sang duke.
Istri kedua dibunuhnya lantaran memanfaatkan seluruh aset putranya untuk kepentingan pribadi, bahkan istri kedua juga menyiksa anak-anaknya (anak pertama dari istri pertama, dan anak kedua yang merupakan anak kandungnya).
Meski pun ia merupakan orang yang bengis namun ia adalah orang yang akan membela darah dangingnya sendiri, walau ia tidak pernah memberi kasih sayang atau perhatian layaknya seorang ayah.
Namun, ia bisa memastikan anak-anak atau garis keturunannya hidup dengan layak, sekali pun ia tak mencintai anak tersebut. Mungkin karena hal itu pula, Zahira masih hidup hingga saat ini.
Zahira adalah anak ketiganya dari wanita yang sangat ia cintai, namun wanita itu lebih memilih mati demi bisa melahirkan Zahira.
Hal itulah yang membuat ia sangat membenci Zahira, bahkan ia tak pernah mengunjungi Zahira sejak dilahirkan lantaran, ia menganggap Zahira sebagai perempas hidup dari wanita pujaan hatinya. Itulah yang terlintas dalam benak Zahira, melihat perlakukan tak adil yang ia terima selama ini.
Mungkin karena hal itu pula, Zahira di sebut sebagai anak yang ditinggalkan. Tak cukup sampai disitu, bahkan para pelayan juga mengabaikannya. Meski tinggal di mansion duke, ia lebih sering merasa kelaparan dari pada kenyang.
Tapi ia juga tidak bisa dan tidak tau harus mengeluh pada siapa, ia hanya bisa berdamai dan menerima nasibnya saja. Hingga pada suatu hari Zahira merasa amat sangat terluka, setelah kehadiran gadis kecil yang seumuran dengannya di mansion itu.
Gadis yang entah muncul dari mana itu berhasil meluluhkan hati sang ayah, yang bahkan tak pernah mengunjunginya.
Berita akan kemunculan sang gadis yang bisa membuat sang duke tersenyum pun menyebar di kalangan para pelayan mansion, hingga terdengar di telinganya.
Pada suatu pagi, Zahira yang sangat penasaran akan siapa gadis kecil itu pun pergi untuk melihatnya. Dalam perjalanan menuju tempat para tamu tinggal, Zahira mendengar suara galak tawa yang indah di telinganya.
Tanpa sadar, kakinya pun melangkah mengikuti arah dari suara tawa yang belum pernah terdengar di masion yang layaknya seperti neraka itu, dimana-mana hanya tersebar hawa kesunyian dan kesepian padahal, masion besar itu di tempati oleh banyak orang.
Namun orang-orang takut membuat keributan, lantaran para tuan pemilik mansion ini menakutkan lakanya iblis neraka.
Hal ini terjadi lantaran duke dan kedua putranya yang tak pernah saling menyapa atau menunjukan keramahan, membuat mereka merasa merinding disetiap kali berhadapan.
Aura membunuh dan kewaspadaan yang selalu terpancarkan dari tiga orang ini, acap kali membuat orang sesak napas dibuatnya. Bahkan tak jarang terjadinya pertumpahan darah dimansion ini, apa bila menyinggung perasaan salah satu dari tiga orang yang paling dihindari itu.
Tapi, pengecualian pada Zahira yang selembut dan selemah kelinci itu. Ia adalah satu-satunya tuan rumah yang tidak memiliki aura membunuh. Oleh karenanya, ia pun sering menjadi makanan empuk para pelayan.
Mulai dari membatasi pergerakannya di mansion, hanya tersedianya baju usang yang bewarna gelap, makanan yang tak layak, bahkan terjadinya korupsi pada akomodasi dana kehidupan Zahira yang disediakan oleh duke. Semua ini karena Sangat Ayah hanya menyediakan akomodasi tanpa pernah mengecek bagaimana anaknya hidup. Sungguh Ironi nasib Zahira.
Namun Zahira yang masih kecil ini tidak paham akan semua itu, bahkan nani atau pengasuhnya saja tidak bisa bersuara lantaran semua itu telah diatur oleh orang yang mengelola tempatnya. Dan hal itu juga tidak pernah terdengar ketelinga si tiran, yang membuat para pelayan ini semakin berani.
Langkah kaki kecil yang mengikuti arah suara itu pun berhenti di sebuah taman yang tak jauh dari sana, betapa terkejutnya Zahira saat melihat sang ayah melepaskan senyum hangat dari wajah kaku dan sangar yang selama ini ditunjukannya.
Dan itu pun bukan pada dirinya, melainkan pada sosok gadis yang ada disana saat itu. Serasa tubuhnya di sambar petir, Zahira pun terdiam membeku dan tanpa sadar kini dirinya telah mulai meneteskan air mata.
Ia yang bahkan tak tau nama aslinya itu pun terluka lagi dan lagi, seakan luka itu tak akan pernah bisa di obati. Zahira yang terus terbayang akan perlakuan tak adil yang ia terima selama ini pun mulai terasa sesak di dadanya.
“Hiks.. Hiks.. Kenapa? Kenapa harus begini?”, ucapnya sembari berlari meninggalkan tempat itu.
Sungguh, Zahira tidak bisa menerima perlakuan tak adil yang selama ini ia dapatkan, kenapa juga ia harus pergi dan penasaran akan siapa gadis yang berhasil meluluhkan hati sang tiran yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.
Sungguh tiada kebohongan yang tersebar di antara para pelayan, lantaran ia sudah melihat senyum hangat sang ayah pada gadis yang di izinkan tertawa lepas disana tadi, sementara dirinya bahkan tak di perbolehkan untuk sekedar berbagi udara dengan sang duke.
Hati anak mana yang tak tercabik-cabik melihat dan mendengarnya, sungguh luka yang amat teramat dalam yang ditanamkan.
Zahira yang dalam keadaan menangis itu pun berlari kedalam kamarnya, kamar yang sederhana itu merupakan satu-satunya tempat ternyaman yang dimiliki oleh Zahira di kediaman duke ini.
Lantaran para pelayan yang sering melakukan diskriminasi padanya hingga, ia tidak bisa bergerak bebas disana bahkan untuk sekedar mengunjungi taman di kediaman mewah itu pun tak pernah ia lakukan.
Begitu sampai di kamar, ia menghempaskan dirinya di atas kasur keras yang tak layak di gunakan oleh seorang putri dari keluarga ternama.
Kemudian, ia pun membenamkan wajahnya ke dalam selimut untuk menangis sejadi-jadinya, melepaskan rasa sesak didadanya hingga ia terlelap kelelahan di dalam selimut usang itu.
Kamar seorang putri yang seharusnya cerah dan dilengkapi oleh berbagai jenis perabotan mewah didalamnya. Namun sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi putri satu-satunya keluarga duke ini.
Ia malah tinggal dalam kamar paling sudut masion yang kecil dengan nuansa gelap dan semua isi di dalamnya sudah tua atau usang mulai dari perabotan hingga pakaiannya.
Penderitaan Zahira pun kian terasa sejak hari itu. Karena kelelahan menangis, ia yang tertidur pun terserang demam anak yang hampir merengut nyawanya.
Sang duke yang mendengar hal itu pun jadi marah lantaran berpikir, sang nani atau pengasuh Zahira telah mengabaikannya hingga sang pengasuh pun diusir keluar dari kediaman duke.
"Tuan, kumohon biarkan aku tetap disisi nona!", ucap sang nani dengan putus asanya. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana menderitanya nona yang ia layani sepenuh hati itu hidup sendirian di kediaman yang bak neraka ini.
"Ck, bersyukurlah aku tidak membunuhmu!", ucap sang duke yang menyentak alam kesadaran sang nani.
Bagaimana ia lupa bahwa tuan utama dari masion ini adalah seorang tiran yang akan membunuh siapa saja yang dia inginkan untuk mati, tentunya pernyataan itu membuat pupus harapannya untuk tetap tinggal disisi nona yang ia cintai itu.
Ia yang merupakan anak Baroness dan kesalahannya tak terlalu fatal, sebab dirinya menunjukan perhatian penuh cinta pada sang putri maka, lepas lah ia dari hukuman mati sang duke.
Namun sayangnya sang duke salah paham, sebab Zahira dilanda demam yang parah itu bukan karena di abaikan oleh sang pengasuh melaikan gejolak hati yang terluka, fisik mau pun mental yang terus terluka dari waktu ke waktu.
Di tambah kurangnya asupan gizi selama ini pun memuncak hingga, stamina tubuhnya tak bisa membendung rasa sakit itu lagi.
“Apa katamu, nani sudah di usir?”, tanya Zahira begitu sembuh dari demam tinggi itu.
Ia yang sudah sadar sejak beberapa hari lalu namun tak melihat satu-satunya orang yang bersikap baik nan lembut, yang penuh penjagaan pada dirinya selama ini, tak pernah sekali pun menunjukkan batang hidungnya.
Tentu ia sangat penasaran akan apa yang telah terjadi pada sosok yang amat ia hormati itu, sandaran satu-satunya yang tak mungkin berpaling darinya dan tentu itu terbukti.
“Ia, duke sendiri yang mengusirnya! Sudahlah, anda makan saja nona. Saya masih banyak pekerjaan lain”, ucap tidak sopan dari seorang pelayan yang baru ditugaskan untuk melayani dirinya itu.
"Ba-baik!", ucap Zahira dengan perasaan cemas tak karuan.
Namun demikian, meski pun saat ini ia diberi makanan yang layak akan tetapi, ia malah tidak nafsu makan lantaran orang yang melayaninya bersikap kurang ajar.
Berbeda dengan nani yang selama ini menemaninya, meski makanan yang terasa hambar penuh lada pun terasa nikmat. Dan tentu, ia berpikir makanan enak ini datang hanya karena ia masih dalam kondisi pemulihan, setelahnya pasti ia akan mendapat makanan hambar dengan roti keras di kali berikutnya.
Hari pun kian berlalu, Zahira mulai terlupakan dalam masion itu. Tak jarang perlakuan kurang ajar ia terima, namun ia hanya bisa diam dan pasrah lantaran tak pernah ada yang mau membelanya dan tak tau harus mengadu atau mengeluh pada siapa di masion itu.
Bahkan sejak kejadian itu, dirinya yang tak pernah mengunjungi atau pun memperlihatkan batang hidungnya pada sang duke. Begitu pula sebaliknya, bahkan sang duke melupakan keberadaan Zahira di mansionnya.
Kini Zahira menjadi gadis dewasa yang berusia 17 tahun, sesuai dengan kebiasaan atau tradisi di kerajaan Agnor, anak-anak yang sudah menginjak usia dewasa maka akan mengadakan hari upacara kedewasaan.
Dengan mengadakan pesta mewah, dan semakin besar keluarga seorang anak yang akan melakukan perayaan atau debutannya, maka semakin mewah pula pestanya.
“Mari lupakan upacara kedewasaanku, karena itu tak akan pernah terjadi dalam hidupku!”, ucap Zahira pada beberapa hewan yang berkumpul didekatnya.
Zahira yang terbiasa mencari makanan yang berupa buah-buahan untuk mengurangi rasa laparnya di halaman belakang masion itu pun sering kali di hampiri oleh beberapa kelinci, anak rusa dan burung kecil lantaran ia tidak terlihat akan menyakiti hewan-hewan yang tampak imut dan mengemaskan itu.
Meski ia mengatakan itu dengan senyuman hangat, namun hatinya penuh harap dan luka. Mana mungkin seorang anak yang mengetahui akan adanya tradisi yang di selenggarakan oleh setiap anak di kekaisaran itu, bisa menerimanya begitu saja.
Terlebih lagi kedua saudara laki-laki yang tak pernah ia temui itu pun, mendapatkan perayaan dari sang duke. Lalu, bagaimana mungkin ia tidak memiliki harapan walau hanya satu orang saja, yang mengingat akan hari perayaan kedewasaannya di mansion itu.
Tidak hanya itu, bahkan gadis kecil yang membuat sang duke tersenyum hangat dulu itu pun di rumorkan akan menjadi anak angkat duke, dan melakukan upacara kedewasaannya di kediaman duke. Tentu berita itu menambah luka yang terbenam di lubuk hati Zahira.
Sungguh ia sangat ingin menghilang dari kekaisaran itu, namun ia yang tak pernah keluar masion dan selalu takut akan orang lain lantaran mentalnya yang selalu di tekan itu pun merasa amat ketakutan untuk pergi keluar dari kediaman yang menurutnya, walau pun penuh luka namun ia masih bisa hidup aman dan makan secukupnya.
Mungkin karena alasan itu pula ia memilih untuk tetap tinggal disana, meski ia sangat menderita saat ini. Hari yang tampak akan segera gelap itu pun membuat langkah kakinya dengan berat untuk kembali ke mansion yang suram layaknya neraka, di tengah perjalanan kembalinya ia malah mendengar suara gadis minta tolong.
Tanpa pikir panjang, ia pun menelusiri arah suara yang awalnya samar di dengar, namun semakin ia mengarah kesuara itu maka semakin jelas pula pendengarannya.
“To-tolong! Hiks.. Siapa pun aku mohon tolong aku!”, ucap suara itu yang terdengar putus asa di telinga Zahira. Gadis yang kini tengah dikepung oleh beberapa serigala itu pun membuat Zahira terbelalak ketakutan, namun ia lebih takut jika gadis itu terluka.
Entah siapa dan darimana sang gadis muncul malah tak terpikirkan oleh Zahira, sebab yang ada dalam benaknya saat ini adalah bagaimana cara menolong sang gadis dari rombongan kecil serigala yang tampak lapar dimata Zahira kala itu.
Gadis polos yang tak kenal dunia ini pun mengambil kayu yang terlihat didepan matanya, kemudian kayu itu ia ayunkan pada serigala yang tengah mengepung mangsanya hingga ia membuat rombongan serigala itu kesal.
Kini, mangsa buruan serigala telah berubah kearahnya. Dua ekor serigala yang terkena pukulan Zahira pun melompatinya hingga, ia terluka pada bagian wajah dan lengan bahkan, serigala itu tak berhenti untuk mengigit lengan dan kaki Zahira hingga terluka parah.
Disaat serigala itu menyerang Zahira tanpa ampun, sekilas Zahira melihat terbesit senyum pada sang gadis yang tadinya menangis ketakutan, kini malah diam dan menatap dirinya dengan tajamnya.
Entah apa maksud dari sorotan mata sang gadis, namun satu hal yang pasti, Zahira merinding dibuatnya. Zahira merasa begitu dalam rasa kebencian dan dendam pada mata sang gadis yang tak ia kenal itu.
“To-tolong hiks.. hiks.”, ucap sang gadis yang kemudian mulai memasang wajah penuh takut.
Namun anehnya yang terpikirkan oleh Zahira kenapa lagi dia minta tolong, bukankah seharusnya Zahira yang kini telah melawan para serigala itu yang minta tolong. Bahkan gadis itu malah meninggikan nada suaranya bukan membantu Zahira yang kini tengah melawan para serigala kelaparan itu.
Brukk..
Suara benturan yang terdengar oleh Zahira mengalihkan pandanganya hingga ia pun di terkam oleh serigala yang membuat tubuhnya jatuh tersungkur.
Dalam detik pertahanan Zahira agar tidak kehilangan kesadaran itu, Zahira melihat sang gadis mulai menyakiti dirinya sendiri dari pada memukuli para serigala kelaparan yang hendak memakan Zahira. Tak lama setelah aksi sang gadis para prajurit pun tiba, mereka sangat terkejut melihat apa yang telah terjadi.
Keributan pun mulai terjadi di kediaman duke yang tenang namun menakutkan, bagaimana mungkin para rombongan serigala jinak itu bisa mengamuk, bahkan melukai majikannya sendiri? Pasti ada sesuatu di balik itu semua!.
"Benuh para serigalanya", ucap salah satu prajurit penjaga kediaman duke.
Zahira dan gadis itu pun di bawa kembali ke kediaman duke, yang membuat semua orang heboh akan berita itu. Dan tentu kejadian itu merupakan awal dari kisah Zahira yang sesungguhnya.
Berita akan dua gadis ini yang di lukai oleh para serigala itu pun terdengar hingga ke telinga duke dan para tuan muda disana, salah satu tuan muda itu membantai semua serigala yang ada disana tanpa ampun.
Sedangkan duke malah pergi melihat gadis aneh yang muncul di hutan, dari pada pergi melihat Zahira yang terluka parah bahkan kondisinya mulai kritis.
“Tidakkah ayah seharusnya dikamar anak itu sekarang?”, ucap salah satu dari tuan muda.
“Setidak suka apa pun ayah padanya, bukankah ayah harus tetap bertangung jawab akan hidupnya?”, tambahnya tanpa ekspresi yang jelas entah itu rasa kesal atau rasa kecewa akan sikap ayahnya sendiri.
“Sebenarnya, siapa yang sedang kau bicarakan saat ini?”, ucap sang duke yang membuat semua orang disana terkejut bukan main.
Bagaimana mungkin seorang ayah bisa melupakan putri dari wanita yang amat ia cintai itu, bahkan rasa cintanya pada ibu Zahira waktu itu bukanlah cinta yang bisa terpisahkan, apa lagi terlupakan, begitulah pikir mereka semua.
Namun apa kini, bukankah rasa cinta itu adalah kebohongan semata? Sebab, ia bahkan melupakan keberadaan anak yang menjadi bukti cintanya kala itu. Benar, bahwa ia mengabaikan anak itu selama ini, bahkan ia juga mengabaikan keberadaan para tuan muda.
Namun, sangat menyakitkan apa bila ia sampai lupa akan keberadaan anak yang sering kelaparan dari pada kenyang ketika tinggal di sudut rumahnya. Lebih parahnya, wanita itu merupakan satu-satunya nona muda yang dimiliki oleh keluarganya sendiri.
“Heh, aku tidak percaya kebencianmu melupakan anak tak berdosa itu. Tapi, kau harus tau bahwa fakta kalau anak itu adalah satu-satunya nona muda yang dimiliki oleh keluarga yang sangat kau banggakan ini. Duke Hebarto, jangan lupa gelar Hebarto juga disandangkan pada nama anak itu!”, ucap sang tuan muda.
Tuan muda yang sangat kesal atas sikap sang ayah pun pergi meninggalkan kamar yang di tempati oleh nona muda asing yang terus merangkak masuk ke dalam rumahnya, nona asing yang telah mencuri ayah dan segalanya di rumah itu bahkan kini menargetkan apa yang dimiliki oleh satu-satunya nona muda sah dari keluarganya.
Niat jahat sang nona muda itu terpancar jelas dari matanya, namun entah bagaimana ia bisa menyihir sang duke itu hingga mau menerima kehadirannya di dalam keluarganya itu hingga ketenangan pun perlahan lenyap dari mansion yang bak neraka itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!