Satu jam berlalu, kean yang mulai tenang kini terlelap di gendongan Reva. Dengan perlahan Reva membaringkan tubuh mungil tersebut. Wajahnya yang terlelap terlihat begitu polos. Reva menggeliatkan tubuhnya yang terasa ringkih karena lama menggendong Kean. Rio yang sejak tadi di sampingnya pun terlihat mengantuk.
“Bi, orangtuanya Kean udah sampe mana?”
“Oh ini katanya udah di jalan ke sini. Sudah keluar dari bandara.” Terang Bi asri yang kembali mengecek handphonenya.
“Kalo gitu, saya tinggal dulu ya Bi. Keponakan saya juga kayaknya ngantuk, saya mau bawa dia pulang dulu.”
“Iya non Rere, terima kasih banyak. Maaf sudah merepotkan.”
Reva hanya mengangguk. Setelah pamit dengan para guru, Reva bergegas pergi bersama Rio.
Selama perjalanan pulang, Reva tidak mendengar celotehan Rio sama sekali. Ia meliriknya dari kaca spion dan terlihat Rio yang sedang memeluknya dengan erat dengan mata yang hampir menutup.
“Rio, rio ngantuk nak?” Reva mengusap tangan Rio dengan perlahan.
“Aku laper tante Rere…” rengek Rio.
“Ya udah, kita makan ayam goreng dulu yaa, tapi Rio jangan bobo. Nanti jatuh dari motor.”
“Asyiiikkkk…. Iya tante Rere, Rio gag akan bobo.” Sahut Rio dengan semangat.
Reva hanya tersenyum mendengar jawaban rio. Dari kaca spion ia bisa melihat, ekspresi wajah Rio yang lebih semangat. Reva meneruskan perjalananya, menuju restoran cepat saji dan membiarkan Rio mengisi perutnya yang keroncongan.
****
Hari ini, hari terakhir Reva bekerja di pameran. Walau pameran masih berjalan 3 minggu ke depan, namun ia hanya bisa bekerja selama 1 minggu saja di tempat ini.
“Re, ada lo di sini penjualan kita tinggi banget. Lo beneran mau udahan? Lo bisa dapet bonus lebih banyak kalo lo mau lanjut di sini…” bujuk kemal yang merasa berat karena harus kehilangan Reva.
“Iya mas maaf, bukannya aku gag betah kerja di sini. Tapi, senin aku udah ada wawancara buat magang. Dan namanya anak magang gag mungkin bisa nyambil kerja juga.” Terang Reva yang juga ikut menyayangkan.
“Hemm.. oke deh kalo itu udah jadi pilihan lo. Tapi kalo lo masih sempat dan pengen kerja di sini, lo kasih tau Mela aja ya, lo bisa dateng kapanpun.” Tutur kemal dengan penuh kesungguhan.
“Iya mas makasih banyak tawarannya.”
“O iya, ini bonus lo selama kerja di sini. Makasih atas kerja keras dan kerjasamanya.” Kemal menyodorkan amplop coklat pada Reva.
“Makasih ya mas Kemal. Sampein makasih aku juga ke bos. Maaf kalo selama kerja di sini ada salah-salah.” Tukas Reva seraya tersenyum.
“Iya sama –sama. Sukses ya buat magang dan tugas akhir lo. Cepet dapet kerja juga.” Timpal kemal.
Reva terangguk dengan yakin.
Reva berjalan meninggalkan stan tempatnya bekerja. Ia memandangi 4 unit mobil yang baru datang untuk mereka promosikan. Ia tersenyum saat memandangi salah satunya.
“Semoga suatu saat gue punya yang kayak gini.” Batin Reva yang kemudian berlalu meninggalkan tempat tersebut.
*****
Seperti biasa, di tempat parkir sudah ada Raka yang menunggunya. Namun kali ini ia tidak melihat Reva berjalan ke tempat parkir melainkan ke arah sebaliknya. Raka bergegas turun dan menghampiri Reva.
“Re…” Panggil Raka yang setengah berlari. Namun Reva tak menjawabnya.
Ia tampak asyik senyum-senyum sendiri dengan telinga yang tertutup headset.
“Reva…” Raka mencolek bahu Reva perlahan.
“Eh Elo Ka?” sahut Reva yang segera melepas headsetnya.
“Dengerin apa sih, ko seneng banget?” tutur Raka yang penasaran melihat Reva tersenyum sedari tadi.
“Dengerin, lo juga pasti ketawa.” Ujar Reva seraya menyumbat telinga Raka dengan sebelah headsetnya.
Mereka saling bertatapan, Reva tersenyum simpul menahan tawa yang hampir meledak karena candaan Raditya Dika. Berbeda dengan Raka, ia tersenyum karena begitu senang bisa melihat Reva sedekat ini.
“Hahahaha… gokil kan?” Reva tertawa dengan lepasnya, membuat dada Raka terasa hangat.
Ia ikut tersenyum karena tawa Reva yang begitu renyah.
“Lo suka dengerin stand up komedi gini?” Raka terlihat tak percaya
“Iya, dia pinter banget ngerangkai kata-kata yang bisa bikin gue ketawa.” Puji Reva dengan penuh kesungguhan.
Tanpa sadar, mereka berjalan beriringan hingga ke pinggir jalan. Mereka duduk di salah satu halte dan menunggu bis tiba.
“Lo pulang kemana?” tanya Reva yang tiba-tiba melepas headsetnya.
“Eemmm gue ke….”
Raka kebingungan sendiri. Ia baru sadar kalau ia meninggalkan mobilnya di tempat parkir.
“Lo gag bawa kendaraan?”
Raka menyeringai malu mengingat kelakuannya yang merasa terhipnotis oleh Reva. Ia menggaruk kepalanya walau tidak gatal.
“Gue ambil mobil dulu ya, lo tunggu di sini.” Pamit Raka.
“Eh gag usah, gue naik bis aja. Kalo lo mau pulang silakan.” Tutur Reva dengan penuh kesungguhan.
“Nggak lah, kita bareng aja. Gue juga masih mau nebeng dengerin Raditya dika. Jadi tunggu bentar.” Cetus Raka seraya berlari menuju tempat parkir yang lumayan jauh.
Reva hanya terdiam. Ia menikmati hembusan angin yang membelai wajahnya. Senyum di bibirnya masih terkembang, mendengar berbagai kekonyolan yang masuk dalam imajinasinya.
*****
“Beg*k\, beg*k \, beg*k!” umpat Raka sesampainya di mobil yang ia parkir di depan pintu masuk pameran.
Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang harus melepaskan kesempatannya untuk lebih lama bersama Reva.
Dengan kecepatan penuh, ia segera menuju ke halte tempat Reva menunggunya. Dari kejauhan, ia melihat Reva yang tengah duduk menunggunya. Lagi, senyuman itu seolah menjadi pemandangan wajib yang harus ia lihat setiap saat.
Raka menepikan mobilnya di hadapan Reva. Ia membunyikan klakson 2 kali dan Reva menyahutinya. Reva bergegas masuk ke mobil Raka dan duduk di sampingnya.
“Mau denger juga?” tawar Reva.
Raka mengangguk, ia memberikan kabel Usb pada Reva dan memintanya untuk menyambungkannya. Suara Raditya dika kembali menjadi pengisi kebisuan di antara keduanya. Mereka saling tertawa dengan renyahnya, seolah tidak ada beban apapun di pikirannya. Raka menatap Reva yang duduk di sampingnya. Wajahnya memerah karena tertawa hingga terpingkal-pingkal.
Raka melajukan mobilnya dengan perlahan, seolah ia tidak mau sampai ke tempat tujuannya.
“Bisa berhenti di depan?” tunjuk Reva
“Bukannya kost-an lo masih jauh?”
“Gue laper, mau beli nasi goreng. Hehe…” tutur Reva dengan wajah gemasnya.
“Oh ya ampun, ayo kita makan dulu.” Raka kembali menepikan mobilnya.
Raka memesan 2 porsi nasi goreng untuknya dan Reva. Mereka duduk berhadapan di bawah lampu yang sedikit redup.
“Lo gag pa-pa makan di tempat begini?” bisik Reva yang meyakini Raka bukan orang sembarangan.
“Gag ada masalah sama sekali.” Sahutnya dengan yakin.
Keduanya kembali terdiam. Pandangan keduanya tertuju pada tangan sang penjual nasi goreng yang tengah asyik membumbui masakannya.
“Re, gimana kerjaan lo , lancar?” tanya Raka dengan ragu-ragu.
“Lancar, tapi ini hari terakhir gue kerja. Soalnya besok gue harus ke kampus dan siangnya wawancara di tempat magang.” Terang Reva.
“Lo magang di mana?”
Raka menyeruput teh tawar hangat yang di sajikan penjual nasi goreng. Wanginya benar-benar lembut seperti vanila.
“Di Adiyaksa Corp.” sahut Reva yang ikut meneguk minumannya. “Lo magang juga kan?”
“Iya, tapi sambil ikut semester pendek beberapa mata kuliah yang gag sama waktu gue kuliah di luar.” Terang Raka. Reva mengangguk paham.
“Lo magang di mana?” tatapan hangat Reva terasa menelisik hati Raka.
Benar kata Fery, berbicara dengan orang yang fokus pada diri kita dan ada di dunia yang sama, itu sangat membuat nyaman. Dan Raka tengah berada dalam kondisi itu. Ia menikmati setiap kebersamaannya bersama Reva.
“Adiyaksa juga…” sahutnya.
“Hemm.. sama dong ya…” sahut Reva seraya tersenyum. Raka hanya terangguk.
Perbincangan mereka teralihkan saat dua porsi nasi goreng mulai hadir di antara keduanya. Reva meniupi sendokan pertamanya sebelum akhirnya masuk ke mulutnya.
Pertama kalinya bagi Raka makan di pinggir jalan dengan makanan grobak sebagai menunya. Dan ia tidak menyesal, karena datang ke tempat yang tepat. Setelah ini, mungkin ia akan mencari cara untuk bisa kembali ke tempat yang sama dengan orang yang sama.
****
Duuhhh sambil nulis jadi ngebayangin nasi goreng deh, enak kali yaaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Kisti
enak kayaknya thor itu nasgor 😀😅
2023-03-11
0
Bunda dinna
Raka pria yg baik,,mendekati Reva pun perlahan tapi pasti.
Semangat Raka
2023-03-02
1
Fafa Adieq Bosky
cerita sebagus ini ... knp yg like sedikit ... karakter tokoh reva dan raka keren
2022-09-08
3