“Astaga bro! Lo liat apaan sih?!” seru Fery saat tiba-tiba Raka menginjak pedal rem.
Raka masih menatap lurus ke depan dengan nafas terengah. Tidak ada sesuatu apapun yang menghalangi jalannya selain pikirannya yang tiba-tiba teralihkan.
“Lo liat setan, demit apa kuntilanak sih? Nginjek rem sampe habis gitu!” lanjut Fery seraya mengusap dadanya yang hampir kehilangan jantungnya.
“Gue liat pasangan mojok di mobil.” Jawab Raka dengan terbata-bata.
“Astagaaaaa…. Begituan doang? Bukannya di luar negri lebih banyak? Lo belum terbiasa liat begituan padahal lo 7 tahun di sana?” cerca Fery sambil mengusap wajahnya kasar.
“Sory bro, gue lagi gag konsen…” ujar Raka seraya menyandarkan tubuhnya ke jok mobil.
Perlahan ia mulai mengatur nafasnya dan mengembalikan fokusnya.
“Udah, sini gue yang nyetir! Gue gag mau mati muda gara-gara lo!” Fery segera turun dari mobil dan menghampiri Raka yang masih di balik kemudi.
Raka pasrah saja mengikuti permintaan Fery.
Setelah mengatur posisi duduknya, Fery mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melirik Raka yang duduk di sampingnya.
Raka memijit-mijit pangkal hidungnya yang terasa pening.
“Lo sebenarnya kenapa? Gag biasanya lo kayak begini.”
Fery tidak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya melihat sang sahabat yang sedari tadi tampak berfikir keras.
“Gag ada hal lain dalam hidup gue yang bikin gue mikir keras. Satu, bokap sakit, nyuruh gue cepet-cepet gantiin dia megang perusahaan. Dua, nyokap nyuruh cepet-cepet ngenalin calon, kalo nggak, gue bakal di jodohin. Gag mikir keras gimana coba gue?” sahut Raka dengan frustasi.
“Lah, kan emang begitu kalo jadi penerus satu-satunya. Cepat atau lambat lo harus siap.” cetus Fery dengan ringan.
“Haiisshh gag enak banget sih curhat sama lo! Malah nambah pusing kepala gue!” seru Raka yang kemudian menutup matanya rapat-rapat.
“Hahahha, gue ngomong apa adanya kali. Lagian, emang selama di LA lo gag punya pacar? Muke cakep, duit bejibun masa sih gag bisa deketin cewek 1 juga?” ledek Fery dengan wajah tengilnya.
“Sialan lo! Punya kali gue pacar. Cuma gue di putusin, katanya gue kelewat cuek.” ujar Raka, tak mau kalah.
“Hahahahaha.. Udah gue duga. Lagian bro, kalo masalah perusahaan, Lo emang harus mulai bantu bokap lo. Kasian, dia udah pengen istirahat. Terus masalah cewek, kenapa gag lo coba pake jasanya si reva buat ngulur waktu?” tutur Fery dengan wajah seriusnya.
“Reva? Cewek murahan itu maksud lo?” terka Raka dengan segera.
“Apa lo bilang reva cewek murahan? Kalo para kumbang denger, bisa habis lo!” Protes Fery tidak suka.
“Ya kalo bukan murahan apa namanya bisa seenaknya di ajak cowok gitu?!” kilah Raka dengan kesal.
Ia teringat kembali kebodohannya saat mengikuti Reva diam-diam.
“Eh, si reva tuh gag seperti yang lo pikirin. Dia tuh cuma mau nemenin kliennya doang. Nemenin nonton, makan, cerita-cerita, jadi pacar boongan dan gag pernah kontak fisik. Catet tuh!” Bela Fery dengan penuh semangat.
“Lah gitu doang mah kenapa gag ngobrol sama nenek-nenek aja?” ledek Raka yang tergelak renyah.
“Beda lah bro! Kalo sama nenek-nenek, cerita lo memang di dengerin tapi kagak di tanggepin. Kalo di ajak ngobrol, gag nyambung. Kalo sama si reva, lo bakal ngerasa jadi orang paling penting, karena fokus dia cuma lo. Terus kalo sama nenek-nenek, lo cuma liat keriputan, kalo sama si reva, lo liat packging lengkap. Cakep pasti, body aduhai, matanya teduh dan suaranya bikin nusuk ke sini nih!” terang Fery seraya menepuk dada kirinya.
“Lo pernah pake jasa dia?” Raka terlihat mulai penasaran.
“Iya dua kali. Gara-gara dia juga gue putus sama pacar gue.” sahut Fery seraya mengusap tengkuknya.
“Hahahha.. Pasti lo dikira selingkuh?” Raka tergelak melihat ekspresi sedih Fery
“Bukan, gue jadi gag nyaman sama cewek gue. Gue lebih nyaman sama si reva. Kalo ngobrol sama dia, gue ngerasa kita hidup di dunia yang sama. Gue ngerasa gue tuh penting buat dia. Dia mau dengerin gue, gag pernah ngejudge. Kenal pertama aja gue gag ngerasa asing ato canggung gimana gitu. Ngobrol juga nyambung. Cuma sayangnya, gag ada yang pernah bisa masuk ke hati dia.” tutur Fery dengan serius.
“Sehebat itu?” Raka terbelalak tidak percaya.
“Hem…” sahut Fery seraya mengacungkan dua jempolnya.
“Berapa bayarannya sekali jalan? Terus lo beneran yakin dia gag pernah ada kontak fiisik gitu?” Raka terlihat semakin antusias. Badannya berbalik menghadap Fery yang tetap fokus membelah jalanan.
“Wah selow dong bro, semangat amat lo!” Fery terkekeh seraya menepuk-nepuk bahu Raka. Dengan segera Raka mengibaskannya.
“Si reva gag pernah ngasih tarif, suka-suka lo mau ngasih berapa. Dan soal kontak fisik, dia sabuk hitam di taekwondo, refleksnya lebih cepet dari lidah cicak ketemu nyamuk. Hobinya berenang sama hiking. Ngebayangin dia, bikin gue paham rasanya ngehalu kayak cewek kalo habis nonton drakor. Indah banget tapi cuma bisa di khayalin.” Terang Fery dengan senyum terkembang di bibirnya.
Kali ini Raka benar-benar terdiam. Fikirannya kembali tertaut pada Reva. Fery hanya tersenyum tipis melihat Raka yang sepertinya mulai tertarik.
“Umur 27 mantan Cuma 1? Sia-sia banget hidup lo!” Batin Fery sambil melirik Raka yang tampak terpaku. Garis bibirnya melengkungkan senyuman geli sendiri.
****
Pagi itu, Raka sudah standby di parkiran kampus. Ia duduk menyandar pada cap mobilnya dengan tangan menggenggam segelas kopi hangat. Beberapa mahasiswi melewatinya dan melambaikan tangan serta tersenyum padanya.
Sudah 30 menit ia berada di sana, namun yang di tunggunya tak kunjung datang. Ia mencoba menghubungi Fery namun tidak juga menjawab telponnya.
Dari kejauhan tampak pengendara motor dengan jaket hijau berhenti dari area parkir. Gadis yang di tunggu Raka turun dari motor dengan tangan memeluk beberapa buku. Terkembang senyum di bibir Raka. Dikenakannya kacamata hitam agar matanya tidak terlihat langsung memperhatikan Reva. Ia berusaha merapikan rambut dan pakaiannya melalui kaca jendela mobilnya. Ia juga tampak berlatih melapalkan beberapa kalimat untuk menyapa Reva.
“Ah sial, kenapa susah banget sih mulainya!” dengus Raka dengan frustasi.
Setelah mengembalikan helm yang dikenakannya, Reva segera pergi meninggalkan pengendara motor tersebut. Langkahnya terlihat sangat cepat dan mantap. Dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan, Raka segera menghadang Reva dan hendak menyapanya, namun ternyata tali sepatunya copot, membuatnya terpaksa membungkuk. Di waktu yang bersamaan, Reva tidak bisa menahan langkah kakinya, alih-alih menabrak Raka, ia segera memutar badannya melompati tubuh Raka dan menggunakan bahu Raka sebagai tumpuan. Kedua kakinya mendarat dengan sempurna di depan Raka.
“Soryy…” seru Reva seraya tersenyum. Tak lama berselang Reva berlari meninggalkan Raka.
Sejenak Raka terpaku. Benar kata Fery, refleksnya lebih cepat dari cicak menangkap nyamuk.
“Gila tuh cewek, mana sayapnya maen terbang gitu aja!” gumam Raka yang masih mematung tak percaya.
Namun perjuangan belum berakhir. Dengan segera Raka mengejar Reva setengah berlari. Di area kampus tidak terlihat sama sekali bayangan Reva.
“Bisa ngilang juga nih cewek!” dengus Raka dengan frustasi.
Alih-alih mencari Reva, Raka memutuskan untuk berdiam diri di pintu masuk jurusan Reva. Berharap gadis itu akan masuk ke kelasnya dan ia bisa segera menemuinya.
****
Di tempat lain, Reva tengah menemui dosennya untuk menyerahkan tugas-tugas yang telah selesai ia kerjakan.
“Wah, cepet banget kamu ngumpulin tugas.” Puji Wisnu, dosen salah satu mata kuliahnya.
Ia membuka satu per satu tugas yang telah di kerjakan Reva.
“Kamu mau hiking lagi re? Kali ini mau kemana?” Sepertinya hoby Reva sudah menjadi ilmu pengetahuan umum di antara para kumbang termasuk dosen laki-lakinya.
“Oh enggak pak, saya belum tau mau kemana.” Sahut Reva sekenanya.
“Oh gitu. Tapi kalo kamu ada waktu,..”
“Mohon maaf pak, saya harus ketemu bu intan dulu. Saya permisi, mari pak…” dengan segera Reva pamit meninggalkan pria berwajah indo tersebut.
Wisnu kembali kehilangan kesempatannya untuk mendekati Reva.
“Ya kali gue jalan sama suami orang! Ogah gue!” gerutu Reva dalam hatinya.
Meski Reva tidak pernah memilih menemani siapa, tapi pergi dengan suami orang adalah satu-satunya pantangan bagi Reva. Ia tidak ingin masa lalunya terulang. Berbagai tipe laki-laki pernah jalan bersamanya, mulai dari yang apik, jorok, pecicilan, pendiam, pemarah bahkan cuek, namun suami orang bukan teman yang bisa ia ajak jalan meski orangnya sangat menyenangkan.
“Pagi Bu…” sapa Reva pada wanita setengah baya yang tengah membereskan meja kerjanya.
“Pagi Reva, ada apa?” sahutnya dengan dingin.
“Maaf bu, ini saya mau menyerahkan tugas-tugas saya.” Reva menaruh beberapa file tugas yang telah selesai ia kerjakan.
“Masih belum deadline kok..” sahut Intan sambil memperhatikan wajah cantik Reva.
“Gag pa-pa bu, biar sayanya lebih tenang.”
“Ya sudah, makasih.” Tukas Intan tanpa melirik Reva.
“Baik bu, saya permisi.” Reva bergegas pergi meninggalkan Intan.
“Eh Reva, tunggu!” dengan cepat Intan menghampiri Reva dan berdiri di sampingnya.
“Iya bu?”
“Skincare kamu apa?” bisik intan dengan hati-hati sambil memperhatikan lingkungan sekitar, memastikan tidak ada siapapun yang mendengar pembicaraannya.
“Skincare?” Reva mengulang inti pertanyaan Intan. Intan mengangguk dengan segera. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Reva dan memberi kode Reva untuk membisikkannya. Revapun mendekat. “Minum yang banyak, tidur yang cukup, cuci muka yang bersih.” Jawab Reva dengan diiringi senyum.
“Itu mah saya juga tau…” terlihat raut kecewa di wajah Intan.
“Pantesan ibu glowing banget.” Puji Reva dengan senyum manisnya.
“Beneran saya glowing?” Intan menyentuh wajahnya sendiri tak percaya. Reva mengangguk dengan yakin.
“Hihihi… Makasih Reva. Saya kasih kamu nilai A!” seru intan dengan senang hati.
“Makasih bu…” seru Reva tak kalah senang. Ia pun bergegas meninggalkan Intan yang masih memperhatikan wajahnya di kamera depan handphonenya dengan filter “No pore”
“Heemm… Reva aja yang paling cantik di kampus bilang aku glowing, rugi mas hari mutusin aku!” tegas Intan dengan senyum penuh kemenangan.
****
Jangan lupa like dan comment ya para Reader yang budiman... Happy reading ;D
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Kisti
bu intan ada2 aja 😅
2023-03-11
0
Bunda dinna
Wajah glowing ibu2 lebih tinggi nilainya..
Gimana g glowing,,habis masak,nyapu,ngepel,nyuci dll
Wkwkwk
2023-03-01
1
Salma Asyura
cerdas Reva👏👏😅
2022-10-25
1