Kaki Raka sudah terasa kebas dan kesemutan karena berdiri di depan fakultas Reva. Namun hingga saat ini bayangan Reva tidak sekalipun terlihat.
Terdengar handphone Raka berbunyi dengan nyaring. Ia segera mengambilnya dan menjawab panggilan tersebut.
“Lo dimana bro?” terdengar suara lantang Fery menggetarkan gendang telinga Raka.
“Lagi ada urusan. Lo dimana?” Raka berusaha menutupi kemalangannya yang sudah hampir sejam menunggu Reva.
“Lo ada urusan apa? Bukannya lo mau nemuin si Reva?” solot Fery dengan segera
“Emang lo ketemu dia?”
“Nih lagi di kantin, sama cowok-cowok!” seru Fery.
Tanpa menjawab apapun, Raka segera mengakhiri panggilannya dan bergegas menuju kantin. Ia sudah lupa dengan kakinya yang kebas dan kesemutan.
Dari kejauhan, terlihat Fery melambaikan tangannya pada Raka. Raka menghentikan langkahnya dan mencoba berjalan segagah mungkin saat melewati Reva.
Terlihat Reva sedang berbincang dengan 4 orang laki-laki. Mereka saling tertawa dan melempar candaan. Raka meliriknya dan berusaha berdehem, namun tak berhasil memancing reaksi Reva sedikitpun. Melihat Raka yang mati kutu, Fery segera menarik tangan Raka dan mendudukannya di sampingnya.
“Re, camping bareng gue lah. Gue nemu spot yang bagus daerah lembang. Gue jamin lo pasti suka.” Ajak salah satu laki-laki pada Reva.
“Wah boleh juga tuh, seru pasti. Tapi sayang banget, gue ada kerjaan yang gag bisa gue tinggalin, jadi kayaknya campingnya lain waktu deh.” Sahut Reva dengan senyum manisnya.
“Gag pa-pa deh gag sekarang-sekarang, tapi kalo lo ada waktu tinggal hubungin gue aja.” Tutur laki-laki tersebut dengan semangat.
“Pasti! Makasih loh ajakannya.” Ujar Reva seraya meneguk minuman di depannya.
Obrolan demi obrolan berlalu begitu saja, yang intinya mengajak Reva untuk jalan, namun Reva kukuh pada pendiriannya, ia tidak bisa pergi dengan siapapun.
“Tuh, lo liat kan cara dia ngomong. Asyik banget! Jarang cewek di ajak ngobrol asyik gitu. Biasanya kalo gag megang hape, buka olshope atau ngomongin temennya. Beda sama si reva, dia fokus sama yang di obrolin. Makanya gue nyaman sama Dia.” Tutur Fery dengan terus terang.
Tanpa Fery sadari, pembicaraannya hanya ibarat backsound bagi Raka. Ia asyik memperhatikan setiap gerakan bibir dan ekspresi Reva yang begitu menyenangkan baginya. Sudut bibirnya melengkungkan senyuman tipis dengan mata yang fokus menatap Reva.
“Jangan di liatin terus, entar lo jatuh cinta!” bisik Fery.
Raka terhenyak mendengar suara Fery. Ia masih berusaha menyembunyikan rasa tertariknya pada Reva. Fery hanya tersenyum geli melihat ekspresi sahabatnya.
“Gue panggil dia dulu, nanti gue ajak ke sini. Lo siapin mental, jangan sampe baper.” Fery memperingatkan Raka dengan serius. Raka hanya terangguk paham.
Fery memberanikan diri mendekati Reva. Dimatanya, Reva seperti halnya mawar merah dengan banyak duri di sekitarnya. Sangat indah, sangat menggoda, tapi durinya sangat menyakitkan.
“Hay re… Masih inget gue? Gue fery…” tutur Fery seraya mengulurkan tangannya.
“Oh hay, gimana ada yang bisa gue bantu?” Reva menyambut uluran tangan Fery dengan ramah.
“Gue perlu ngobrol bentar, bisa?” pinta Fery dengan senyuman lebarnya seolah tidak peduli pada tatapan sini para kumbang yang mengelilingi Reva.
Pandangan Reva teralih pada keempat laki-laki yang ada di hadapannya. “Kita ngobrol lagi lain waktu bisa?” pamit Reva dengan hati-hati.
“Oh okey re, nyantai aja. Pokoknya nanti kita kontek-kontekan deh.” Sahut laki-laki tersebut seraya mendelik tak suka pada Fery.
“Okey, makasih yaa…” Reva memberi anggukan pada Fery. Keempat laki-laki tersebut pun pergi begitu saja.
*****
Di meja terpisah, terlihat Raka yang sedang menunggu Reva dan Fery. Dadanya berdegub kencang tiba-tiba saat melihat Reva yang berjalan mendekat ke arahnya.
“Re , kenalin, ini temen gue namanya Raka. Raka kenalin, ini Reva.” Fery memulai pembicaraannya.
“Hay, gue reva…” Reva mengulurkan tangannya dan Raka menyambutnya. Sejenak mereka saling berjabat tangan. Tangan Raka terasa sangat dingin.
“Raka…” sahutnya dengan perlahan. "Ayolah, grogi sama cewek bukan lo bangeeettt." batinnya mengingatkan.
Fery menarikkan kursi untuk Reva di samping dirinya.
“Re, lo inget gag kapan kita jalan?” tanya Fery yang ingin mengetahui apakah Reva mengingatnya atau tidak.
“Eemm… kapan ya? Muka lo sih familiar, tapi tepatnya kita jalan kapan, sory gue lupa.” Sahut Reva dengan terus terang.
“Kita jalan 2 kali loh Re. Satu kali waktu lo nemenin gue makan bebek panggang dan yang kedua, waktu lo bilang lo lagi PMS jadi agak jutek.” Terang Fery seraya terkekeh.
“Oh ya ampun, iya gue inget. Terus lo beliin gue es krim dan eskrimnya malah kesenggol bocah dan kena laptop lo kan?” sambung Reva yang mulai mengingat kejadian konyolnya bersama Fery.
“Hahaha.. iya lo bener banget. Untung itu bocah gag gue pites.” Sahut Fery seraya tertawa terpingkal-pingkal.
Raka berdehem, ia serasa melihat 2 sahabat yang sedang reuni dan ia hanya sebagai penonton.
“Terus gimana kabar tugas kuliah lo? Masih bisa lo buka kan? Apa kena omel prof Armand?”
Fery malah ternganga. Ia tidak menyangka Reva mengingat kejadian naas yang dialaminya.
“Berkat sohib gue ini, gue ngumpulin tugas tepat waktu.” Terang Fery seraya menepuk pundak Raka dengan bangga.
“Uhuk-uhuk!” Raka terbatuk mendapat tepukan yang tiba-tiba dari Fery.
“Astaga, lo gag pa-pa? Minum dulu deh…” Reva menyodorkan botol minum dari dalam tasnya.
Raka menatap tak percaya dengan yang dilakukan Reva.
“Tenang aja, ini botol baru gue isi, belum gue minum juga dan gag gue kasih apa-apa okey…” terang Reva yang melihat keraguan Raka.
Raka segera meraih botol yang disodorkan Reva dan menenggaknya hingga tandas.
“Lo haus bro?” Fery tercengang tak percaya.
Raka tak menyahuti, ia segera mengembalikan botolnya pada Reva.
“Thanks..” tuturnya perlahan.
Reva terangguk seraya tersenyum. “Jadi apa yang bisa gue bantu nih?” Reva kembali mengingatkan Fery akan maksudnya.
“Em… jadi gini Re, temen gue ini yang butuh bantuan Lo. Tapi gue mau nanya dulu, menurut lo sebagai cewek, temen gue ini ganteng gag?” tanya Fery tiba-tiba membuat Raka menyikutnya cukup kuat.
“Lah kenapa nanya ganteng apa nggak? Temen lo lagi ngerasa HDR atau Insecure gituu?” Reva balik bertanya membuat Raka salah tingkah.
“Ya enggak juga sih, gue cuma mau tau pendapat lo aja.” Pancing Fery dengan senyum tertahan melihat ekspresi kesal sekaligus malu Raka.
Reva memalingkan wajahnya menatap Raka. Ia tersenyum sejenak dan menghembuskan nafasnya perlahan. “Gag ada cowok yang gag ganteng dan gag ada cewek yang gag cantik. Semua terlihat indah dengan caranya sendiri. Hidung mancung dan wajah mulus bukan patokan seseorang terlihat ganteng atau cantik. Itu menurut gue.” Terang Reva seraya tersenyum.
“Terus kalo lo pura-pura jadi pacar dia dan ketemu orang tuanya lo bisa?” lanjut Fery dengan segera.
Raka kembali terbatuk mendengar ucapan Fery yang terlalu terus terang menurutnya. Reva terkekeh lirih.
“Kenapa harus nanya dengan pertanyaan pertama dulu kalo lo bisa langsung nanya dengan pertanyaan kedua?”
Tatapan Reva beralih pada Raka yang seolah kehabisan kata.
“Apa lo bisa?” Raka mengulang pertanyaan Fery dengan ragu.
Terlihat lengkungan senyum di bibir Reva. Perlahan ia menggelengkan kepalanya.
“Hari ini, hari terakhir gue bantuin seseorang. Setelah itu, gue akan fokus sama masalah gue dan urusan hidup gue. Jadi maaf, gue gag bisa bantu lo.” Terang Reva dengan tenang.
“Re, gue mohon sekali ini aja… Bantuin temen gue.” Fery kepalang merajuk pada Reva.
Hanya sebuah senyuman yang menjadi jawaban Reva.
“Sory, gue duluan…” tutur Reva yang kemudian berlalu.
Fery tak habis pikir, Reva benar-benar menolak permintaannya. Sementara Raka, masih terpaku dengan tatapan nanar melihat Reva pergi tanpa pernah berbalik sedikitpun hingga ia tak lagi melihat bayangannya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Kisti
kejar dan deketin reva buat calon istri rakaaaa.bukn buat pacar boongan.
2023-03-11
0
Bunda dinna
Raka lagi apes saja,,tapi Reva bisa di kejar buat jadi cewek beneran atau istri Raka
2023-03-01
1
Shaima TV
teguh pendidirian bngt
2022-09-19
1