Episode 7

Reva berjalan di trotoar dengan arah yang tak tentu. Pikirannya melayang entah kemana. Seperti ini biasanya perasaan yang ia rasakan saat ada kata-kata yang menampar sudut hatinya. Perih namun ia tak bisa mengingkarinya.

Di belakang Reva, tampak Raka yang mengikutinya dengan mobil dan berjalan perlahan. Sejak Reva pergi dari pesta, Raka memutuskan untuk mengikuti Reva. Entah untuk alasan apa, ia pun tak pernah tahu.

Semilir angin sore, menerbangkan helaian rambut Reva yang tergerai indah. Ia meliuk seolah melambai pada Raka untuk terus mendekat. Reva menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Pakaian minim yang dipakainya membuat ia merasa kedinginan. Berkali-kali ia bergidik.

Kakinya mulai terasa sakit karena heels yang dikenakannya. Di depan matanya ada sebuah taman yang dengan langit berwarna  kuning keemasan sebagai payungnya. Reva memilih untuk  berhenti sejenak, mendudukan tubuhnya di salah satu bangku yang saling membelakangi. Ia menengadah, menatap langit jingga yang akan segera di telan malam.

Melihat Reva yang tengah duduk sendirian, Raka segera menghentikan laju mobilnya. Ia berjalan mendekati Reva dan memasangkan jaketnya di bahu Reva. Reva hanya menoleh, tampak Raka duduk di sampingnya dan saling membelakangi.

“Mau minum?” tawar Raka yang menyodorkan botol air mineral pada Reva.

“Thanks…” Reva menerima air pemberian Raka. Ia memang membutuhkannya untuk sedikit menurunkan emosianya.

Reva mengusap air matanya kemudian meneguk minumannya tanpa ragu. Terlihat gerakan otot di tenggorokannya yang begitu seksi membuat Raka tersenyum.

"Lo gag perlu ngikutin gue sampe sejauh ini. Gue gag akan ngelakuin hal gila cuma karena omongan Theo.” Ujar Reva yang mulai bisa mengendalikan dirinya.

Ia tahu, sejak ia keluar dari rumah Alea, Raka mengikutinya diam-diam.

“Gag ada yang ngikutin lo, gue cuma pengen cari angin aja.” Kilah Raka seraya menoleh Reva.

Tak di sangka, Reva tengah menatapnya, pandangan keduanya bertemu dan berakhir dengan senyuman seketika sebelum keduanya memalingkan wajah.

“Gue terbiasa menemani, bukan di temani. Gue juga terbiasa mendengarkan, bukan di dengarkan. Tapi gue juga terbiasa dinilai, bukan menilai sesuatu. Jadi tidak ada yang bisa merubah kebiasaan gue selain gue sendiri.”

Terdengar hembusan nafas kasar dari bibir Reva. Ia berusaha tersenyum untuk dirinya sendiri. Mencoba kuat tentu tidak apa-apa baginya karena hal ini bukan kali pertama ia alami. Setelah ini, ia bisa kembali melupakan hal tidak menyenangkan ini, seperti biasa ia lakukan.

“Pernah gag lo berfikir bahwa, tampil sebagai seseorang yang baik-baik saja bukan berarti dia memang baik-baik saja dan tak berarti juga dia seseorang yang baik. Ironis memang, buat sebuah pencitraan baik-baik saja terkadang kita ada dalam posisi tidak baik. Dan itu sangat menyebalkan.” Lanjut Reva yang kemudian terkekeh.

“Apa sekarang lo mau merubah kebiasaan lo?” Raka menatap Reva dengan penuh kesungguhan.

Reva menggelengkan kepalanya. “Gue hanya butuh untuk menyediakan waktu buat diri gue sendiri. Gue terlalu sering mendengarkan cerita orang, keluhan orang, berpura-pura dan hal menjengkelkan lainnya. Sampai saat ini, gue ngerasa gue gag ngenalin diri gue sendiri.” Sampai pada titik ini, Reva masih bisa tersenyum, mengingat dirinya yang entah seperti apa saat ini.

“Setiap satu kumbang selesai bercerita sama gue, keesokan harinya gue akan berusaha melupakan cerita mereka, seperti cara mereka melupakan rasa sakit yang hilang setelah bercerita sama gue. Termasuk melupakan wajah dan nama mereka. Mereka bisa menganggap gue tempat sampah atau tempat persinggahan. Tapi, gue bukan pelac*r.”

Reva terpekik, untuk pertama kalinya ia meratapi semua yang telah ia lakukan. Raka membiarkan Reva melewati masa paling menyakitkan baginya. Mungkin, saat ini Reva hanya ingin di dengarkan.

Raka mengambil sapu tangan dari saku celananya dan memberikannya pada Reva. Reva menangis sesegukan , dengan Raka yang setia menemani di sampingnya.

“Reva, menangislah… Buang semua rasa sakit yang selalu ganggu lo. Tapi setelah itu, kuatlah seperti Reva yang pertama kali gue liat.” Batin Raka seraya menatap Reva yang masih berair mata.

Raka tidak pernah menyangka, ia akan melihat gadis ceria yang dikenal sebagai  fck girl ini akan menangis sesegukan di hadapannya. Ia hanya tau bahwa gadis ini melakukan semua kegiatannya hanya atas dasar suka atau hobby membuat para laki-laki bertekuk lutut. Hingga pada satu titik ia sadar, Reva saat ini adalah pilihan dari sebuah kenyataan yang harus ia hadapi.

****

“Gue turun di depan…” tunjuk Reva pada sebuah bangunan kost-kostan berlantai 3.

“Lo tinggal di sana?” Raka menepikan mobilnya dan menginjak pedal rem dengan segera.

“Ya, ini tahun ke empat gue tinggal di sana.” Reva melepas safety belt yang melingkari tubuhnya. “Makasih atas tumpangannya. Dan berapa biaya lo dengerin gue curhat?” sambung Reva dengan senyum manisnya.

“Gue bikinin dulu bill nya, nanti gue tagih.” Sahut Raka yang ikut tersenyum.

“Okey, gue tunggu tagihannya. Dan 1 lagi, lo ganteng jadi lo gag usah ngerasa insecure.” Tukas Reva seraya menepuk bahu Raka.

Raka tergelak, rupanya pertanyaan Fery benar-benar membekas di benak Reva.

“Thanks, lo bisa anggap kita impas karena udah ngehibur gue.”

“Okey, see you…”  Reva bergegas turun dan lambaian tangan menjadi akhir pertemuan mereka.

Raka masih tersenyum, memandang ke arah Reva berlalu. Ia mengusap dada kirinya yang bertalu tak menentu.

“Apa besok lo juga bakal lupain nama dan muka gue re?” gumam Raka dengan frustasi.

Ada ketidakrelaan dalam hatinya. Ia tidak ingin dilupakan ia pun tidak ingin melihat Reva kembali menangis. Untuk alasan apa?

"Gue tersentuh..." lirihnya lagi yang sudah tidak bisa melihat sosok Reva di hadapannya.

*****

Malam sudah terlalu larut bagi Reva. Setelah membersihkan wajah dari sisa riasan yang berantakan karena air mata, Reva segera berganti baju dengan piyama tidurnya. Ia menelentangkan tubuhnya di atas Kasur yang hanya muat untuk dirinya sendiri.

Putihnya langit-langit kamar menjadi pemandangan yang biasa ia lihat sesaat sebelum tidur. Pikirannya berputar, mengingat semua kejadian yang ia alami selama ini. 3  tahun lebih  ia menjadi pendengar dan teman bagi banyak kumbang, begitu ia menyebutnya.

Sudut hatinya meringis, tatkala mengingat alasan ia berada pada kondisi saat itu. Ia tak pernah bisa melupakan setiap rasa sakit yang ia rasakan saat mengingat kejadian paling menyakitkan baginya. Perasaannya masih sama, perih. Kalaupun lukanya telah sembuh, tapi ingatan tentang rasa sakit itu masih belum bisa ia lupakan.

Flash back On

Jatuh cinta, kata asing yang kini Reva rasakan saat melihat sosok Adrian yang santun. Setiap minggu, ia akan masuk ke kelas kuliah umum hanya untuk mendengarkan materi yang di sampaikan Dosen tamu yang menjadi idola banyak mahasiswi.

Seperti sebelumnya, hari ini pun Reva duduk di jajaran tengah baris ketiga dari depan, tempat paling strategis bagi dosen untuk menanyai mahasiswanya. Ia kembali teringat, saat pertama kali ia mengikuti kuliah umum karena ajakan sahabat barunya, Riana.

“Re, sarapan dulu. Nyokap gue bikinin roti isi buat kita sarapan.” Tawar Riana yang segera menjejalkan roti isi ke mulut Reva.

“Engak…” sahut Reva dengan mulut penuh makanan.

“Hem, habisin…” lagi-lagi Riana menjejalkan roti isi ke mulut Reva.

Reva mengunyah semua makanan yang sudah mengisi rongga mulutnya. Sementara tangannya masih sibuk mencatat materi dari dosen yang belum selesai ia rangkum.

“Lo yakin duduk di tengah gini? Jadi sasaran Prof Armand lo baru tau deh!” ledek Riana yang sangat tahu dengan cerita horror dosen kuliah umum yang terkenal killer.

Reva menelan paksa sisa makanan di mulutnya.

“Justru biar gag di tanya, kan kesannya gue siap banget di tanya apapun.” Sahut Reva dengan penuh percaya diri.

“Ya udah, gue duduk di belakang yaa, mau sambil nonton drakor, hahaha…”

"Kebiasaan..." Reva hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang sangat kecanduan nonton drama korea.

Riana segera pindah ke belakang dan meninggalkan Reva yang duduk sendirian di barisan tengah.

Sebaris Reva, memang tidak ada satupun mahasiswa lain yang duduk di sana. Barisan belakang adalah yang paling banyak di isi, sementara barisan depan di isi oleh mahasiswa tingkah 2 atau 3.

Prof Armand masuk ke kelas dan memulai materinya. Suasana hening dan mencekam mulai terasa di ruang yang luas tersebut. Sepertinya kalau di tambah suara gamelan akan lebih dramatis aura Prof Armand ini.

30 menit berlalu, banyak mahasiswa yang sudah mulai kendur semangatnya. Mata belel menjadi ciri khas dari kelas Prof Armand.

“Tok tok tok..”

Sebuah ketukan pintu menjadi perhatian baru para mahasiswa.

“Ya masuk!” sahut Prof Armand tanpa mengubah raut wajahnya.

Terlihat seorang laki-laki tampan masuk ruangan dengan tampilan rapi dan rambut klimis.

“Uuhhhh…..” seru para mahasiswi yang merasa seperti mendapatkan oase di tengah gurun yang kering.

Laki-laki itu mengangguk ke arah Prof Armand lalu berjalan menuju tempat duduk. Tak di sangka, ia berjalan ke arah Reva dengan gerakan slow motion, semua mata tertuju padanya dan duduk persis di samping Reva.

“Astaga, jantung gue…” dengus Reva sambil memegangi dadanya.

Laki-laki itu tersenyum dan menaruh beberapa buku di hadapannya.

“Siapa namamu?” bisik laki-laki tersebut dengan lembut.

“Hah?” Reva menganga tidak percaya dengan yang di dengarnya.

“Namamu siapa?” laki-laki itu mengulang pertanyaannya dengan jarak yang sangat dekat dengan wajah Reva.

Seketika jantung Reva rasanya mau copot. Wajahnya memerah melihat wajah rupawan dengan aroma tubuh yang wangi.

“Re,, va… kak…” sahut Reva yang segera menutup wajahnya dengan buku.

“Hem… Adrian…” sahutnya seraya menjabat tangan Reva.

Rasanya Reva akan mati sekarang karena jantungnya berdetak tak karuan. Selama materi Prof Armand Ia salah tingkah karena sosok Adrian yang begitu menganggu konsentrasinya.

“Menang banyak lo re!” begitu isi pesan yang dikirim Riana.

Reva kemudian berbalik menatap Riana yang tengah tersenyum sinis. Ia mengigit bibirnya sendiri sambil menggelengkan kepala, tak kuat menahan pesona Adrian di sampingnya.

“Baik anak-anak, mulai minggu depan, kuliah umum akan di isi oleh Dosen tamu. Ayo silakan perkenalkan diri dulu Pak Adrian…” ujar Prof Armand.

Dengan segera Adrian berdiri. Betapa Reva benar-benar akan mati hari ini, laki-laki yang ia panggil “Kak” ternyata adalah dosen tamu yang akan mengajar di kampusnya. Reva membenamkan wajahnya di balik buku yang di pegangnya. Semua mata tertuju pada Adrian dan dirinya.

“Baik, perkenalkan saya Adrian Ditya. Saya dosen tamu di kampus ini dan mulai efektif mengajar minggu depan. Ada yang ingin di tanyakan?”

“Status pak….” Seru Riana dari belakang yang di sambut riuh mahasiswi lain.

Adrian hanya tersenyum, ia tak menjawab sama sekali. “Baik terima kasih, mohon kerjasamanya agar proses belajar mengajar berjalan lancar.” Tukas Adrian.

“Ad ri an…” perlahan, tangan Reva menulis nama tersebut di bukunya, saat Adrian meliriknya, Reva segera menutup bukunya dan memasukannya ke dalam tas.

*****

Terpopuler

Comments

Kisti

Kisti

apa reva jln ama adrian dan dilabrak istrinys yaaa....yg bikin reva jadi gini 😅nebak2 ini crt nyaaa 🤦

2023-03-11

0

Bunda dinna

Bunda dinna

Adrian,,cinta pertama Reva kah?

2023-03-01

1

De'Ran7

De'Ran7

palingan dia dha ada yg punya

2022-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 179
179 Episode 180
180 Episode 181
181 Episode 182
182 Episode 183
183 Episode 184
184 Episode 185
185 Episode 186
186 Kamsahamnidaaa
187 announcement
188 Otor Menyapa
189 Coming up
190 Menjadi Dia
191 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 179
179
Episode 180
180
Episode 181
181
Episode 182
182
Episode 183
183
Episode 184
184
Episode 185
185
Episode 186
186
Kamsahamnidaaa
187
announcement
188
Otor Menyapa
189
Coming up
190
Menjadi Dia
191
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!