Episode 11

15 menit berlalu, Adrian masih belum keluar dari kamar mandi. Rekor mandinya mengalahkan Reva yang biasanya mentok di angka 10 menit.

“Lulur aku jangan kamu habisin ya bey…” seru Reva sambil tertawa geli.

Tidak ada jawaban dari Adrian. Tak lama, handle pintu kamar mandi terbuka. Adrian hanya mengenakan celana hitamnya tanpa atasan sehelai benangpun. Reva yang sekilas melihat barisan roti sobek tertata rapi di perut Adrian, segera memejamkan matanya. Ia tak ingin mata perawannya melihat sesuatu yang belum seharusnya ia lihat. Sambil menutup matanya Reva memberikan sweater yang menurutnya cukup untuk Adrian.

“Nih!”

Adrian mengambilnya dan segera memakainya.

“Aku udah bikinin minuman anget. Kamu udah makan?” Reva menyodorkan segelas besar minuman hangat untuk Adrian.

“Aku udah makan kok tadi sebelum ke sini.” Sahut Adrian yang masih mengeringkan rambutnya.

“Duduk sini, aku bantuin keringin, biar gag lama, nanti kamu masuk angin.”

Reva mendudukan Adrian di atas tempat tidurnya lalu berdiri di hadapan Adrian seraya mengacak rambut Adrian dengan handuk kecil. Adrian memandangi wajah Reva yang menyunggingkan senyuman manis di bibirnya. Perasaannya terasa hangat, seperti setiap saat Reva ada di sampingnya.

Tanpa Reva duga, Adrian memeluknya dan membenamkan wajahnya di perut Reva.

“Bey, jangan gini dong, susah nih ngeringin rambutnya..” protes Reva.

Namun Adrian tak menghiraukannya. Ia menarik tubuh Reva hingga telungkup di atas tubuhnya. Tak lama ia berguling, membuat tubuh Reva berada tepat di bawah tubuhnya. Mata Reva membelalak melihat wajah Adrian yang semakin dekat dengan wajahnya.

Adrian menyelipkan jemarinya di antara jemari Reva lalu mengcengkramnya dengan lembut. Sedetik kemudian, bibir keduanya bertemu, saling mengalirkan rasa hangat. Reva memejamkan matanya, nafasnya terasa sesak tak menentu. Adrian melepaskan kecupannya untuk beberapa detik, namun kemudian kembali menggigit lembut bibir Reva namun kali ini terasa begitu mendesak dan penuh gairah hingga tanpa terasa tangannya mulai menelusur perut Reva dengan lembut dan membuat tubuh Reva bergetar. Suara lenguhan Reva, membuat Adrian semakin bergairah.

Reva segera membalik tubuhnya.

“Bey! Jangan kelewatan!” uja Reva yang segera menjauh dari Adrian.

Ia merasa takut Adrian akan melewati batasnya.

Adrian segera berdiri mengimbangi Reva. Ia mengacak rambutnya frustasi.

“Maafin aku bey, maaf…” lirih Adrian seraya mengecup pucuk kepala Reva.

“Kamu kenapa sih, gag biasanya kayak gini.” Selidik Reva yang merasa ada kejanggalan dalam diri Adrian.

“Aku cuma kangen aja sama kamu. Maafin aku, aku janji gag akan ngulang hal kayak tadi.” Tutur Adrian dengan penuh kesungguhan.

Reva menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap Adrian yang tertunduk diam. Ia mengambil minuman yang telah di buatnya dan memberikannya pada Adrian.

“Bukannya ngusir, tapi setelah minum, kamu pulang ya… Hujannya juga udah reda. Aku gag mau ibu kost mikir yang macem-macem kalo kamu nginep di sini.” Terang Reva.

Adrian hanya mengangguk lalu menatap Reva dengan sendu. Reva berusaha memalingkan wajahnya, ia merasa tak tega juga menyuruh Adrian pulang selarut ini. Namun memang tidak ada pilihan lain.

Selesai meneguk segelas minuman hangat, Reva membantu Adrian memakai jaket miliknya. Walau sedikit kekecilan, tapi paling tidak, tidak akan membuat Adrian kedinginan.

“Aku pulang ya bey, ketemu besok di kampus.” Pamit Adrian seraya mengecup pucuk kepala Reva.

“Iya, kabarin kalo udah sampe kostan…” Reva melambaikan tangannya ke arah Adrian yang berlalu pergi.

Setelah bayangan Adrian tidak lagi terlihat, Reva kembali ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Ia menyandarkan tubuhnya ke daun pintu, meraba dadanya yang masih berdetak tak menentu. Ia tersenyum tipis saat mengingat sentuhan lembut dari bibir Adrian, betapa kali ini sensinya terasa berbeda.

“Reva, lo baru 18 tahun, jangan terlalu mesum bisa gag sih!” batin Reva mengupati dirinya sendiri.

Sementara di luar sana, Adrian masih duduk di atas motornya, memandang ke arah kamar Reva yang lampunya masih menyala. Sudut bibirnya tersenyum, namun ada tangis yang ia coba tahan.

Adrian memekik, ia menekan sudut matanya yang tiba-tiba meneteskan butiran air mata. Pikiran dan perasaannya kalut tak menentu.

“Re, apa aku bisa tanpa kamu….” Lirih Adrian yang berusaha menengadahkan wajahnya , menahan deraian air mata yang masih menetes.

****

Suasana kelas masih senggang. Dari pintu masuk, Reva melihat Riana yang sedang berbicara dengan Linda. Melihat kedatangan Reva, Linda segera pergi dan duduk di bangku paling belakang. Matanya mengerling menunjukkan rasa tidak suka.

“Re,…” sapa Riana yang tiba-tiba menghampiri.

“Hay Ri, gimana kabar lo?” Reva berusaha tersenyum lalu duduk di kursinya.

Riana mengangguk. Ia meraih tangan Reva kemudian mengenggamnya dengan erat.

“Re, soal malem itu…” Riana terlihat ragu-ragu. Ia menoleh Linda yang duduk di belakang.

“Gue tau lo lagi mabok, jadi gue anggap lo gag pernah ngomong apapun. Tapi, gue harap lo tau, kalau gue gag pernah mencoba merebut siapapun dari lo. Kalo lo seneng , gue juga ikut seneng, jadi buat apa gue nyakitin lo.” Terang Reva seraya menatap Riana dengan hangat.

“Thanks Re… Maafin gue, mungkin gue banyak nyakitin lo.” Riana tertunduk malu di hadapan Reva.

“Udah lah Ri, lo gag salah apa-apa, gag perlu minta maaf juga.” Timpal Reva seraya mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas.

Riana hanya mengangguk, ia duduk di samping Reva dan sesekali melirik Reva yang mulai asyik dengan buku-bukunya.

“Re, lo di panggil ke ruangan Dekan.” Tutur Jeremy dengan nafas terengah.

“Gue di suruh ke ruang dekan? Ada apa?” Reva menatap Jeremy dengan bingung.

"Gag tau juga, coba aja lo ke sana dulu. Mau gue temenin?” tawar Jeremy.

“Gag usah, gue bisa sendiri. Lo temenin aja Riana.” Sahut Reva yang bergegas pergi.

Terlihat Riana menoleh Linda yang duduk di belakang, namun Linda hanya tersenyum seraya mengacungkan ibu jarinya.

“Si Reva ada urusan apa sama Dekan Ri?” tanya Jeremy yang juga kebingungan. Riana seperti menyembunyikan sesuatu.

Riana hanya menggelengkan kepala lalu bergegas menyusul Reva.

****

Reva sudah berada di depan Ruang Dekan dengan pintu yang terbuka lebar. Dari pintu terlihat Dekan dengan beberapa Dosen dan seorang wanita yang tidak ia kenali.

“Permisi pak, bapak manggil saya?” sapa Reva saat memasuki ruangan Dekan.

“Oh Reva, ayo masuk.” Ujar pak Amri seraya tersenyum.

Reva masuk ke ruang Dekan tanpa ragu, namun tiba-tiba wanita yang tidak ia kenali menghampirinya.

“Jadi kamu yang namanya Reva?” tanya wanita tersebut dengan mata membulat.

“Iya bu, ada apa ya?”

“PLAK!” sebuah tamparan menjadi jawaban ambigu bagi Reva.

Reva menyentuh wajahnya yang terasa panas. Semua pandangan tertuju pada Reva yang sesaat begitu terintimidasi dengan tatapan orang-orang di sekitarnya.

Wanita di hadapannya menatap dengan sinis dan lelehan air mata di pipinya.

“Ibu kenapa nampar saya? Saya salah apa sama ibu?”

Reva merasa tidak terima dengan perlakuan wanita tersebut. Terlebih ia tidak mengenal wanita ini sedikitpun.

“Aaww…” Tanpa memberi jawaban wanita tersebut memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri, membuat seorang wanita paruh baya segera menghampirinya.

“Arini, duduk dulu. Kita bicarakan baik-baik.” Tutur wanita itu dengan tatapan tak kalah sinis pada Reva.

“Reva, duduklah..” Intan, salah satu dosennya menarik tangan Reva dan memintanya untuk duduk.

Dengan diliputi kebingungan Reva duduk di samping Intan. Pipinya masih terasa perih dan kemerahan.

“Reva, saya akan bertanya dengan  baik-baik, kamu tolong jawab dengan jujur.” Suara pak Amri terasa penuh penekanan.

Reva mengangguk, mencoba berdamai dengan kondisi yang dihadapainya.

“Saya mendapat pengaduan, kamu sering menggoda seorang dosen yang sudah beristri, pergi jalan bersama dan mengiriminya pesan-pesan cinta, apa itu benar?” tanya Amri dengan tatapan tajamnya.

“Saya? Enggak pak…” kilah Reva dengan wajah polosnya.

“Jangan bohong kamu, kemaren malem saya liat kamu kirim pesan cinta buat suami saya. Bilang kangen lah, ngajak jalan lah, dasar perempuan gag tau diri!” teriak Arini dengan air mata yang tidak bisa ia tahan.

“Maaf bu, ibu jangan asal bicara. Saya tidak pernah menganggu suami orang! Masih banyak laki-laki lajang yang mau sama saya.” Sahut Reva dengan angkuh. Bagaimanapun ia harus menjaga harga dirinya.

“Oh begitu? Terus ini apa?” teriak wanita itu seraya melemparkan beberapa lembar foto ke hadapan Reva.

Reva mengambil salah satu foto yang ia yakini adalah dirinya. Disampingnya laki-laki yang tidak asing baginya. Terlihat senyuman kelu di bibir Reva yang mulai bergetar.

“Arini!” seru seorang laki-laki yang tak lain adalah Adrian.

Ia mengambil semua foto yang terserak di atas meja termasuk yang di genggaman Reva.

“Apa maksud kamu? Kamu ingin mempermalukan saya?!” teriak Adrian.

Arini hanya terpaku. Ia menjatuhkan tubuhnya di samping sang ibu.

Reva menghela nafasnya perlahan. Ia berusaha menahan tangis yang hampir meledak di dadanya.

“Sudah berapa lama ibu menikah dengan pak Adrian?” tutur Reva seraya menatap Arini dan tersenyum selebar mungkin.

“2 bulan, dan sekarang saya sedang mengandung anaknya mas Adrian!” sahut Arini dengan suara bergetar.

Reva terangguk, ia menatap Adrian yang berdiri di hadapannya. Wajah Adrian terlihat pucat pasi, dengan mata yang kemerahan.

“Reva, apa benar kamu menjadi selingkuhan pak Adrian? Kalau kamu benar menjadi selingkuhannya, beasiswa kamu akan di cabut dan Pak Adrian akan di berhentikan sebagai Dosen tetap di sini.” Ujar Intan dengan perlahan.

Reva menarik nafas dalam-dalam. Ia berusaha menguasai emosinya yang tak bisa ia jelaskan. Di pintu masuk, ia melihat Riana, Linda dan Jeremy yang juga menunggu jawaban Reva.

“Saya memang menggoda Pak Adrian.” Kalimat itu yang pertama keluar dari bibir tipis Reva yang masih tetap tersenyum. Seisi ruangan menggeleng tidak percaya, termasuk Adrian. “Saya menggodanya untuk  mendapatkan uang. Saya wanita cantik, bisa menarik siapapun yang saya inginkan. Tapi pak Adrian tidak tertarik pada saya, bahkan ia tidak pernah berpaling dan tidak meninggalkan ibu bukan? Itu berarti, pak adrian benar-benar mencintai ibu.” Tutur Reva yang berusaha menegakkan kepalanya menatap Arini yang menatapnya dengan penuh kebencian.

“Plak!” lagi, satu tamparan mendarat di pipi Reva, kali ini tangan Ibunya Arini yang memberikan tanda merah di pipinya.

“Wajah kamu cantik, tapi hati kamu busuk! Berapa harga kamu semalam hah? Berapa banyak uang yang pernah Adrian berikan sama kamu hah? Jawab saya!” Teriak wanita tersebut sambil memukul Reva dengan tas tangannya.

“Bu, sudah bu… Masalah ini akan kami selesaikan.” Intan berusaha menahan tangan yang kembali hampir menghabisi Reva.

“Saya mohon maaf atas kesalahan saya. Semoga ibu dan bayi dalam kandungan ibu selalu sehat. Saya permisi.” Ujar Reva yang bergegas pergi meninggalkan orang-orang yang memandangnya rendah.

“Reva!” Adrian menghadang langkah Reva. Matanya terlihat merah dan berkaca-kaca. Ia sadar, yang Reva lakukan adalah demi melindunginya.

Reva hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Butiran air matanya hampir jatuh. Kenapa orang yang ia cintai harus memilih menikah dengan wanita lain? Dimana kata-kata cinta yang selama ini Adrian ucapkan untuknya? Namun pada akhirnya, teka-teki Reva selama ini terjawab sudah. Urutan waktu yang tidak ia lewati bersama Adrian, itu karena Adrian tengah mengukir janji sehidup sematinya dengan wanita lain.

“Permisi Pak Adrian, saya mau lewat.” Ucap Reva dengan penuh ketegasan. Ia berusaha untuk kuat, ya sekuat yang ia bisa.

“Mulai saat ini, kita adalah dua orang asing yang hanya ditakdirkan bertemu tanpa pernah bisa bersatu.” Batin Reva. Dengan langkah pastinya ia meninggalkan Adrian yang masih mematung.

****

Terpopuler

Comments

Kisti

Kisti

mungkin memang bneran adrian cinta,tapi takdir tdk berpihak pd cinta kalian....revaaaaa smg raka pelindungmu yaaa 🥰

2023-03-11

0

Ririn

Ririn

duhhh nyeseg beud

2023-03-02

1

Bunda dinna

Bunda dinna

Adrian sudah menikah tp masih mendekati Reva

2023-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 179
179 Episode 180
180 Episode 181
181 Episode 182
182 Episode 183
183 Episode 184
184 Episode 185
185 Episode 186
186 Kamsahamnidaaa
187 announcement
188 Otor Menyapa
189 Coming up
190 Menjadi Dia
191 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 179
179
Episode 180
180
Episode 181
181
Episode 182
182
Episode 183
183
Episode 184
184
Episode 185
185
Episode 186
186
Kamsahamnidaaa
187
announcement
188
Otor Menyapa
189
Coming up
190
Menjadi Dia
191
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!