Berteman di sekolah saja

Shiza menghabiskan waktu pulang sekolahnya sambil melukis, ia punya ruang sendiri tempat menyalurkan bakatnya itu. Shiza tersenyum melihat hasil pekerjaannya. Ingatannya melayang saat disekolah tadi. Wajah penuh dendam Gita sangat terlihat jelas dan juga gurat kecewa seorang Karen. Namun Shiza bisa apa, mereka memulai semuanya. Jauh dalam lubuk hati gadis itu ia merasa lega karena hasil pemeriksaan Ryuga semuanya normal dan bagus. Mungkin beberapa hari lagi kulit kepala pemuda tampan itu akan menyatu.

"Za, ada Candra di depan."

Gadis itu tersentak dari lamunannya. Candra datang ke rumahnya tanpa kabar lebih dulu. Shiza bangkit dari tempatnya duduk dan membiarkan lukisannya mengering sendiri. Kaki gadis itu terayun menuju ruang tamu dari posisi saat ini Shiza bisa melihat Candra duduk di sofa ada segelas jus disajikan.

"Candra, kenapa nggak ngabarin dulu mau kesini syukur aku di rumah." Shiza mendaratkan tubuh di sebelah temannya itu.

"Sengaja." Candra tersenyum. "Malam ini nggak jualan bapak libur jadi aku punya waktu kesini."

"Mau belajar sepeda sekarang?" Shiza sangat antusias.

Candra mengangguk. "Ayo dimana sepedanya." Ia bangkit sambil merapikan bajunya.

"Garasi."

Mereka pergi ke garasi, untuk mengambil sepeda. Candra sempat tertegun melihat deretan mobil terparkir rapi disana. Seketika ia merasa rendah diri, pantaskah berteman dengan Shiza. Selangkah kakinya mundur bersamaan perasaan tidak nyaman

"Kamu aja yang ambil sepedanya." Candra tersenyum canggung.

"Kenapa?" Shiza terlihat bingung tadi Candra sangat semangat tapi kini seolah menghilang.

"Aku nggak enak takut ngerusak barang-barang disana."

Shiza terkekeh. "Emang kamu mau ngereok sampai rusak barang-barang. Ambil gih, nggak apa-apa."

Candra mengangguk lalu mengeluarkan sepeda. Ia menuntun sepeda milik Shiza yang di pastikan harganya tidak murah itu. Candra menoleh lalu memberi isyarat agar mereka menaiki sepeda bersama. Candra memilih lapangan yang tidak jauh dari rumah Shiza. Disana rumput hijau terbentang luas banyak anak-anak naik sepeda.

"Ayo naik."

Shiza terlihat ragu lalu menatap ke arah Candra. "Aku takut."

"Nggak apa-apa, nanti aku yang pegang."

Shiza menaiki sepeda sambil mengumpul keberanian. "Janji jangan di lepas ya."

"Iya cantik." Candra memegang boncengan sepeda lalu mendorong perlahan. "Goes..."

Shiza mengayuh sepeda sementara Candra setengah berlari memegang bagian belakang. Setelah merasa Shiza bisa mengimbangi Candra melepaskan sepeda tanpa gadis itu sadari. Candra berlari lagi mengejar untuk berjaga kalau gadis itu jatuh.

Merasa ringan Shiza menoleh ke belakang, ia tersentak kaget karena Candra melepaskan sepeda. Tiba-tiba ke seimbangan nya goyah beruntung Candra menangkapnya tepat waktu.

"Candra aku takut." Shiza turun dari sepeda.

"Kamu bisa, jangan takut ya tadi aku lepas kamu sudah bisa mengimbangi."

Shiza mengangguk, belajar bersepeda di lanjutkan. Tawa dan canda membersamai mereka. Sepintas mereka seperti sepasang kekasih yang romantis. Siapa pun bisa iri melihat kesabaran Candra mengajari Shiza bersepeda. Semangat Shiza membawa orang-orang yang belajar disana ikut membara.

Dikaki langit barat sudah muncul gores jingga bertanda petang siap menjemput. Sepoi anginnya mendayu lembut meniup rambut panjang Shiza Hafla Elshanum. Kecantikan itu menguar penuh pesona tersenyum senang duduk di atas boncengan sepeda. Kedua tangan ia rentangkan menikmati sapuan lembut angin senja. Tidak hanya Shiza, pemuda di depannya juga tak henti menarik senyum. Mengayuh sepeda tidak cepat, tidak juga lambat. Seolah menikmati kebersamaan itu serasa rinci.

"Aku pulang ya." Candra sudah bersiap melaju.

"Iya hati-hati." Shiza menunjuk kotak kue yang tergantung di depan. "Kue nya jangan lupa kasih Narin."

"Siap Neng." Candra meninggalkan pekarangan rumah itu.

Shiza memutar tumitnya untuk masuk, senyum masih mengembang merasa senang. Ternyata belajar bersepeda tidak ngeri seperti yang terpikirkan.

"Senyum terus lagi senang ya." Tegur Papa Rajendra dari dapur. Pria tampan itu membawa tempat kue bikinan sang istri.

"Senang banget Pa, aku sudah bisa naik sepeda." Shiza ikut mencomot kue itu. "Enak."

"Senang bisa naik sepeda atau senang sama yang ngajarin."

"Papa, apaan sih ?" Shiza mencomot satu lagi. "Senang naik sepeda lah."

"Papa lihat dia cukup baik meskipun gantengan papa."

"Candra memang baik kok."

🌷🌷🌷🌷🌷

Ryuga tengkurap di atas kasur. Pemuda itu sejak tadi mencari refrensi untuk mengungkapkan perasaan. Melihat gelagatnya seakan dia memang sungguh-sungguh dengan perasaannya. Entah kenapa segala sesuatunya harus sempurna untuk seorang Shiza.

"Kalau confess besok, di terima nggak ya?"

"Ck." Chio menatap lelah. "Sudah sepuluh kali kamu nanya itu loh Ryu. Gimana kita tahu jawabannya di mulai aja belum dari tadi kaya buaya aja di atas kasur." Omel si ketua osis.

"Ngapain pakai refrensi segala, kamu cuma main-main." Sahut Dariel masih kesal tentang itu. "Kasian Shiza gimana kalau dia punya perasaan sama kamu trus serius nanti dia sakit hati kalau tahu kamu deketin dia untuk taruhan aja.

"Tanggung sendiri." Ryuga tidak ambil pusing. "Di tengah lapangan atau cuman berdua ya." Sambungnya lagi. "Nanti kalau berdua, Shiza bisa nolak aku dan nggak malu juga tapi aku kalah. Masa seorang Ryuga nggak bisa menaklukan Shiza. Kalau di lapangan dia nggak punya kesempatan nolak pasti dia nggak mau jadi bulan-bulanan pemuja aku 'kan? Jadi solusinya dia harus nerima aku dong. Kalau nggak mau di cibir sok cantik nolak aku. Aish ! Kenapa tuh cewek bisa cantik banget sih."

Dariel dan Chio saling tatap seolah bicara 'mungkin dia sudah gila' Mereka mengabaikan urusan hati sahabatnya itu.

🌷🌷🌷🌷

Candra selesai membersihkan dirinya lalu bergabung di ruang tengah. Ia meletak satu toples kue buatan Mama Adina. Dari aromanya sudah menggugah selera.

"Kue." Narin berbinar melihat kue seperi bolu itu.

"Iya di kasih mama nya Shiza. Katanya toplesnya nggak usah di kembalikan disana banyak." Candra mengambil satu dan memakannya. Kue itu pecah di lidah dan enak.

"Enak banget bang, kak Shiza bisa bikin kue juga?"

"Abang nggak tahu." Candra membersihkan remahan kue di bibir sang adik.

"Kamu ketemu sama orang tuanya Shiza?" Ibu Niken juga menikmati kue itu.

" Iya ketemu semua nya baik bu, rumahnya besar mobilnya juga ada berapa biji." Cerita Candra. "Dia benar teman aku Bu, tadi aku lihat foto Shiza waktu kecil terus papanya aku juga masih ingat yang ngasih aku uang pas mereka mau pulang."

"Syukurlah, kalian bisa ketemu lagi. Semoga Shiza nya juga ingat sama kamu." Ibu Niken ikut senang.

"Iya Bu."

"Jangan terlalu dekat sama gadis itu, Candra." Keadaan tiba-tiba hening setelah pak Umar bersuara. Atensi teralihkan pada pria paruh baya itu. "Mereka pasti orang kaya jangan sampai kita dapat omongan yang nggak baik. Berteman di sekolah saja."

Episodes
1 Ada gadis cantik di sekolah
2 Idola sekolah
3 Rasa penasaran
4 Deal
5 Hujan
6 Kita belum kenalan
7 Ryuga salting
8 Shiza itu milik aku
9 Denial
10 Ryuga tantrum
11 Masuk fanbase sekolah
12 Jahitan di kepala
13 Kesepian
14 Definisi dari kata indah
15 Di keluarkan
16 Berteman di sekolah saja
17 Confess dan perubahan
18 Ingin sendiri
19 Cukup Unik
20 Gelang dari Shiza
21 Ryuga dengan segala kesepian
22 Fira Alesha
23 Segenap pengertian
24 Di tinggalkan
25 Pick me
26 Dua kata maaf
27 Shiza gadis taruhan
28 Shiza si antagonis
29 Ryuga galau
30 Jujurnya Fira
31 Di anggap Adik
32 Tinggal sendiri
33 Biar kita punya cerita
34 Obrolan random
35 Rasa canggung
36 Pelukan Rindu
37 Selalu ada dimana-mana
38 Membangun ke bersamaan
39 Tentang mimpi
40 Tamparan dari Fira
41 Liburan selesai
42 Kabar untuk Candra
43 Air mata duka
44 Niat berhenti
45 Tentang Ray
46 Tidak bisa bergerak
47 Cedera
48 Bukan Shiza
49 Terlambat
50 Keputusan
51 Aku pasti jemput kamu
52 Ryuga tanpa Shiza
53 Tujuh Tahun kemudian
54 Boleh bepergian
55 Postingan pertama
56 Undangan
57 Pulang
58 Kekasih Shiza
59 Tantrum lagi
60 Cinta & Obsesi
61 Rumah kita
62 Jangan benci aku
63 Biar saja
64 Secantik apa
65 Bagaimana kalau kita menikah?
66 Apa aku bisa?
67 Menepi sejenak
68 Aku siap
69 Jangan berubah
70 Ayo ke rumah ku !
71 Aku yang akan menikahi nya
72 Seperti mafia menyelesaikan misi
73 Aku sadar diri
74 Keindahan pagi hari
75 Dia masa lalu kamu masa depan
76 Ryuga cerewet
77 Di tangani ahli nya
78 Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79 Berusahalah lebih keras
80 Bukan pengganti tapi penetap
81 Aku bukan selebriti
82 Di pinggiran kota
83 Koma unresponsive
84 Suamiku bukan mati otak
85 Kami sudah di persimpangan
86 Kamu duniaku Ryuga
87 Enam bulan kemudian
88 Bonus bab
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ada gadis cantik di sekolah
2
Idola sekolah
3
Rasa penasaran
4
Deal
5
Hujan
6
Kita belum kenalan
7
Ryuga salting
8
Shiza itu milik aku
9
Denial
10
Ryuga tantrum
11
Masuk fanbase sekolah
12
Jahitan di kepala
13
Kesepian
14
Definisi dari kata indah
15
Di keluarkan
16
Berteman di sekolah saja
17
Confess dan perubahan
18
Ingin sendiri
19
Cukup Unik
20
Gelang dari Shiza
21
Ryuga dengan segala kesepian
22
Fira Alesha
23
Segenap pengertian
24
Di tinggalkan
25
Pick me
26
Dua kata maaf
27
Shiza gadis taruhan
28
Shiza si antagonis
29
Ryuga galau
30
Jujurnya Fira
31
Di anggap Adik
32
Tinggal sendiri
33
Biar kita punya cerita
34
Obrolan random
35
Rasa canggung
36
Pelukan Rindu
37
Selalu ada dimana-mana
38
Membangun ke bersamaan
39
Tentang mimpi
40
Tamparan dari Fira
41
Liburan selesai
42
Kabar untuk Candra
43
Air mata duka
44
Niat berhenti
45
Tentang Ray
46
Tidak bisa bergerak
47
Cedera
48
Bukan Shiza
49
Terlambat
50
Keputusan
51
Aku pasti jemput kamu
52
Ryuga tanpa Shiza
53
Tujuh Tahun kemudian
54
Boleh bepergian
55
Postingan pertama
56
Undangan
57
Pulang
58
Kekasih Shiza
59
Tantrum lagi
60
Cinta & Obsesi
61
Rumah kita
62
Jangan benci aku
63
Biar saja
64
Secantik apa
65
Bagaimana kalau kita menikah?
66
Apa aku bisa?
67
Menepi sejenak
68
Aku siap
69
Jangan berubah
70
Ayo ke rumah ku !
71
Aku yang akan menikahi nya
72
Seperti mafia menyelesaikan misi
73
Aku sadar diri
74
Keindahan pagi hari
75
Dia masa lalu kamu masa depan
76
Ryuga cerewet
77
Di tangani ahli nya
78
Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79
Berusahalah lebih keras
80
Bukan pengganti tapi penetap
81
Aku bukan selebriti
82
Di pinggiran kota
83
Koma unresponsive
84
Suamiku bukan mati otak
85
Kami sudah di persimpangan
86
Kamu duniaku Ryuga
87
Enam bulan kemudian
88
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!