Cukup Unik

Candra merebahkan daksa di atas kasurnya meluruhkan segala lelah yang bergelayut. Masih menyisakan nafas tersengal usai mengayuh sepeda. Tanpa peduli bau matahari mengurung tubuhnya. Candra hanya ingin istirahat sejenak sebelum kembali bergerak. Bayang kesedihan wajah Shiza masih berputar dalam tempurung kepalanya, binar indah itu redup tenggelam dalam kaca-kaca rapuh. Helaan nafas panjang menandakan Candra begitu lelah sambil menimbang langkah selanjutnya. Pemuda itu meraih benda pipih dari laci meja di samping kasur. Sesaat menatapnya lamat, tidak ada gelembung pesan dari aplikasi hijau seperti biasanya. Rasa hampa menyusup ke dalam ruang rasa memusnahkan warna yang terisi sesaat. Berpikir sedikit lama Candra menghapus semua obrolan chat bersama Shiza.

"Candra makan dulu, Nak."

"Iya Bu aku ganti baju dulu." Candra bangkit dari tepi kasur menanggalkan pakaian yang masih melekat. Pandangannya jatuh pada botol air mineral yang masih tersegel. Senyum mengembang Shiza saat memberikannya menarik sudut bibir Candra untuk tersenyum saat teringat.

"Kenapa nggak langsung makan." Ibu Niken menuang air putih ke dalam gelas.

"Istirahat sebentar."

Ibu Niken mendekat berdiri di samping Candra. "Perkataan bapak tadi malam jangan di ambil pusing. Ibu sudah lebih kuat dari sebelumnya. Shiza anak baik begitu juga keluarganya."

Candra hanya tersenyum lalu melanjutkan makannya. Apa yang sudah jadi keputusannya maka tidak akan ia ubah dalam sekejap. Kalau ibu nya lebih kuat makan belum tentu Pak Umar.

Kilas Balik...

Empat tahun lalu...

Di kota sebelumnya Candra yang duduk dikelas tiga SMP memiliki banyak teman dari kalangan manapun. Kepribadian Candra yang baik dan ramah tidak memilih teman dekat dengannya. Sampai suatu ketika ada seorang anak laki-laki berteman akrab dengannya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama hingga anak itu betah bersama Candra dan keluarganya. Entah kenapa anak itu menjadikan Candra dan keluarganya sebagai pelarian bila di marahi orang tuanya. Disaat hampir lulus sekolah, Candra di fitnah oleh temannya itu mencuri jam tangan sang papa saat Candra bermain disana. Candra di pukul habis-habisan karena memberikan pengaruh yang tidak baik. Melihat Candra babak belur temannya itu pucat pasi padahal jam tangan itu dia sendiri yang mencurinya karena tekanan anak-anak di lingkungannya yang sering memalak minta uang kalau tidak di berikan maka teman Candra itu akan di pukul. Karena ketahuan jam tangan hilang disaat papanya ingin memakai. Temannya langsung memasukan jam itu ke dalam tas milik Candra. Dengan bukti yang ada Candra di hakimi sendiri oleh keluarga itu. Dia di antar pulang dengan kondisi tidak baik. Ibu Niken dan Pak Umar tidak menyangka jika putranya mendapatkan perlakuan kasar dari orang tua temannya. Cibiran tetangga berdatangan sampai ibu Niken jatuh sakit. Sebab itu setelah kelulusan Keluarga Candra langsung memilih pindah.

🌷🌷🌷🌷🌷

Ryuga baru menyelesaikan makan malamnya, di dalam genggaman benda pipih miliknya tidak terlepas. Dalam aplikasi hijau terbuka room chat bersama Shiza. Senyum tanpa henti mengembang, binar bahagia tercetak jelas. Padahal isi obrolan tidak ada yang berlebihan tapi Ryuga ingin menggulung bumi saking senangnya.

"Kamu yakin, dia nggak cinta sama Shiza?" Ujar Dariel yang jengah melihat tingkah menggemaskan sahabatnya itu.

"Nggak, dari awal si Ryu sebenarnya udah ada rasa cuma ketutup gengsi aja. Karena Shiza cuek sama dia jadi rasa penasarannya besar mungkin setelah mendapatkan Shiza dia merasakan memenangkan peperangan negara." Tambah Chio

Dariel terkekeh sambil mengerjakan tugasnya. "Kalau di lihat dari tingkahnya dia jatuh cinta."

"Apalagi tadi pakai nemuin si Candra segala."

"Kalian ngomongin apa?" Ryuga merubah posisi menjadi duduk satu pun tugasnya belum ada yang dikerjakan.

"Ngomongin kamu." Chio menoleh menatap sinis.

"Aku." Ryuga menunjuk dadanya sendiri. "Kenapa ngomongin aku?"

"Kamu yakin nggak cinta sama Shiza?" Dariel bertanya serius.

"Nggak?" Dengan polosnya Ryuga menggeleng.

"Kalau nggak cinta ngapain kamu repot-repot nyamperin Candra segala ?!" Chio ingin sekali mencakar wajah sok tampan itu yang sialnya memang sangat tampan. Bahkan ia pun mengagumi ketampanan seorang Ryuga.

"Aku kesal oleh Shiza nangis pas di bentak sama si Candra. Hati mungil aku nggak terima Shiza digituin jadi jiwa-jiwa sebagai pacar mendorong aku untuk nemuin cowok itu."

Dariel dan Chio saling pandang sambil menarik nafas lelah. Kenapa dia tercipta hanya tampan dan pintar bidang akademik saja harusnya juga pintar non akademik. Ingin rasanya Dariel melepas otak Ryuga lalu mencucinya. Chio tidak bisa berkata-kata mendengar penjelasan itu.

"Sekarang 'kan kamu sudah mendapatkan Shiza terus sepeda sama perangkat game terbaru sudah ada, jadi kapan kamu putusin Shiza." Dariel mengabaikan rasa kesalnya. "Jangan terlalu lama jangan sampai Shiza berharap penuh sama hubungan kalian karena itu bisa menyakitinya."

"Nanti dulu, baru juga sebentar pacaran. Kapan lagi coba punya cewek secantik itu."

"Kalau kalian putus aku bisa deketin Shiza, aku pastikan bukan buat taruhan tapi jadi pasangan nyata di masa depan."

Hidung Ryuga kembang kempis menahan kesal, bisa-bisanya Chio berkata seperti itu. Tidak kah pemuda berwajah cantik itu memikirkan perasaannya. Ah, Ryuga merasa terluka.

"Kalau begitu aku nggak bakalan putusin Shiza. Aku nggak biarin kamu deket sama dia. Shiza cuma punya aku."

"Kaya gitu di bilang nggak cinta ?" Dariel bergumam pelan sambil melanjutkan mengerjakan tugas.

"Di putusin nanti nangis." Timpal Chio mendelik kesal.

Ryuga kembali berbaring telentang, kenapa Shiza menggemaskan sekali. Ah rasanya ia ingin menyelinap ke dalam rumah Shiza menghabiskan waktu mengobrol dan bercanda. Seprai di atas kasurnya sudah tidak berbentuk karena posisi Ryuga yang berubah-ubah.

🌷🌷🌷🌷🌷

Shiza mengisi waktu sebelum ngantuk di depan kanvas beberapa kuas berjejer rapi di sampingnya. Di kepalanya kejadian di sekolah tadi masih terngiang meski kata-kata penenang dari sang mama sudah di terima. Jari-jarinya lincah menggores kuas membentuk warna dasar. Bulu mata lentiknya berkedip cantik penuh konsentrasi. Bulan yang tergantung dinding langit menjadi objek lukisan. Hembusan angin menampar melalui jendela mengirim rasa dingin menembus pori-pori. Tapi semua itu tidak membuat Shiza terganggu karena melukis adalah bagian dunianya yang nyaman dan tenang. Segala afeksi tertuang disana, setiap goresan mengandung makna dan percampuran warna memiliki arti. Sentuhan terakhir menandakan kalau lukisan Shiza sudah selesai. Gadis itu membersihkan tangannya dari jejak cat lukis. Perasaannya sedikit ringan dan tenang.

"Aku nggak marah dan aku mencoba menempatkan diri pada situasi kamu, Candra." Gumam Shiza sambil menutup jendela ruangan lukisnya.

Gadis itu meraih ponselnya membuka room chat bersama Ryuga. Sudut bibirnya tertarik membaca gombalan pemuda itu. Ryuga cukup unik meskipun banyak menyebalkan. Bisa-bisanya ia terjebak bersama pemuda itu.

Episodes
1 Ada gadis cantik di sekolah
2 Idola sekolah
3 Rasa penasaran
4 Deal
5 Hujan
6 Kita belum kenalan
7 Ryuga salting
8 Shiza itu milik aku
9 Denial
10 Ryuga tantrum
11 Masuk fanbase sekolah
12 Jahitan di kepala
13 Kesepian
14 Definisi dari kata indah
15 Di keluarkan
16 Berteman di sekolah saja
17 Confess dan perubahan
18 Ingin sendiri
19 Cukup Unik
20 Gelang dari Shiza
21 Ryuga dengan segala kesepian
22 Fira Alesha
23 Segenap pengertian
24 Di tinggalkan
25 Pick me
26 Dua kata maaf
27 Shiza gadis taruhan
28 Shiza si antagonis
29 Ryuga galau
30 Jujurnya Fira
31 Di anggap Adik
32 Tinggal sendiri
33 Biar kita punya cerita
34 Obrolan random
35 Rasa canggung
36 Pelukan Rindu
37 Selalu ada dimana-mana
38 Membangun ke bersamaan
39 Tentang mimpi
40 Tamparan dari Fira
41 Liburan selesai
42 Kabar untuk Candra
43 Air mata duka
44 Niat berhenti
45 Tentang Ray
46 Tidak bisa bergerak
47 Cedera
48 Bukan Shiza
49 Terlambat
50 Keputusan
51 Aku pasti jemput kamu
52 Ryuga tanpa Shiza
53 Tujuh Tahun kemudian
54 Boleh bepergian
55 Postingan pertama
56 Undangan
57 Pulang
58 Kekasih Shiza
59 Tantrum lagi
60 Cinta & Obsesi
61 Rumah kita
62 Jangan benci aku
63 Biar saja
64 Secantik apa
65 Bagaimana kalau kita menikah?
66 Apa aku bisa?
67 Menepi sejenak
68 Aku siap
69 Jangan berubah
70 Ayo ke rumah ku !
71 Aku yang akan menikahi nya
72 Seperti mafia menyelesaikan misi
73 Aku sadar diri
74 Keindahan pagi hari
75 Dia masa lalu kamu masa depan
76 Ryuga cerewet
77 Di tangani ahli nya
78 Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79 Berusahalah lebih keras
80 Bukan pengganti tapi penetap
81 Aku bukan selebriti
82 Di pinggiran kota
83 Koma unresponsive
84 Suamiku bukan mati otak
85 Kami sudah di persimpangan
86 Kamu duniaku Ryuga
87 Enam bulan kemudian
88 Bonus bab
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ada gadis cantik di sekolah
2
Idola sekolah
3
Rasa penasaran
4
Deal
5
Hujan
6
Kita belum kenalan
7
Ryuga salting
8
Shiza itu milik aku
9
Denial
10
Ryuga tantrum
11
Masuk fanbase sekolah
12
Jahitan di kepala
13
Kesepian
14
Definisi dari kata indah
15
Di keluarkan
16
Berteman di sekolah saja
17
Confess dan perubahan
18
Ingin sendiri
19
Cukup Unik
20
Gelang dari Shiza
21
Ryuga dengan segala kesepian
22
Fira Alesha
23
Segenap pengertian
24
Di tinggalkan
25
Pick me
26
Dua kata maaf
27
Shiza gadis taruhan
28
Shiza si antagonis
29
Ryuga galau
30
Jujurnya Fira
31
Di anggap Adik
32
Tinggal sendiri
33
Biar kita punya cerita
34
Obrolan random
35
Rasa canggung
36
Pelukan Rindu
37
Selalu ada dimana-mana
38
Membangun ke bersamaan
39
Tentang mimpi
40
Tamparan dari Fira
41
Liburan selesai
42
Kabar untuk Candra
43
Air mata duka
44
Niat berhenti
45
Tentang Ray
46
Tidak bisa bergerak
47
Cedera
48
Bukan Shiza
49
Terlambat
50
Keputusan
51
Aku pasti jemput kamu
52
Ryuga tanpa Shiza
53
Tujuh Tahun kemudian
54
Boleh bepergian
55
Postingan pertama
56
Undangan
57
Pulang
58
Kekasih Shiza
59
Tantrum lagi
60
Cinta & Obsesi
61
Rumah kita
62
Jangan benci aku
63
Biar saja
64
Secantik apa
65
Bagaimana kalau kita menikah?
66
Apa aku bisa?
67
Menepi sejenak
68
Aku siap
69
Jangan berubah
70
Ayo ke rumah ku !
71
Aku yang akan menikahi nya
72
Seperti mafia menyelesaikan misi
73
Aku sadar diri
74
Keindahan pagi hari
75
Dia masa lalu kamu masa depan
76
Ryuga cerewet
77
Di tangani ahli nya
78
Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79
Berusahalah lebih keras
80
Bukan pengganti tapi penetap
81
Aku bukan selebriti
82
Di pinggiran kota
83
Koma unresponsive
84
Suamiku bukan mati otak
85
Kami sudah di persimpangan
86
Kamu duniaku Ryuga
87
Enam bulan kemudian
88
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!