Shiza itu milik aku

Shiza terkejut dan mematung melihat kondisi Candra, pucat dan menggigil. Selimut tebal seolah tidak berfungsi memberikan kehangatan pada tubuhnya, mata terpejam dan rintihan kecil terdengar samar di bibir. Shiza berdiri di sisi ranjang kedua tangan bertaut cemas dengan obsidian terperangkap kaca-kaca kristal bening. Perasaan bersalah semakin membatu di dada meski kemarin ia tidak meminta Candra menemani nya. Bibir pink itu bergetar disertai telaga air tumpah perlahan membasahi pipi. 

“Ibu, kita bawa dia ke rumah sakit saja.” Usul Mama Adina. “Demamnya tinggi sekali, takutnya bertahan disini membuat Candra dehidrasi.” 

“I—iya, Narin telpon bapak bilang ibu bawa abang ke rumah sakit.” 

“Iya Bu.” Narin gegas keluar dari kamar membawa ponsel Candra. 

“Candra.” Ibu Niken berusaha tenang. “Kamu dengar ibu, nak. Kita ke rumah sakit ya…” 

“Pusing Bu.” Candra bergumam kecil.

Shiza mengusap jejak air matanya, lalu menjongkok di sisi kasur memberikan pijatan pelan di kepala Candra. Ia bisa merasakan kulit pemuda itu panas. Sementara Mama Adina merapikan isi mobil supaya bisa membuat Candra nyaman. Setelahnya Mama Adina tergesa masuk. 

“Sudah siap.” 

“Iya, ayo !” Ibu Niken membangunkan Candra.

“Shiza bawa selimutnya, Nak.” Mama Adina mengambil alih membantu memapah Candra. 

Shiza meraih bantal, selimut dan tas yang disiapkan oleh ibu Niken. Candra setengah sadar merasa sakit berpijak di lantai. Ngilu di telapak kakinya membuat rintihan kembali terdengar. Lagi, kristal rapuh itu mengalir dari sudut mata seorang Shiza. Ibu Niken, masuk lebih dulu lalu Candra dibaringkan berbantal pangkuannya. Shiza menyelimuti seluruh tubuh Candra yang masih menggigil. Mama Adina bersiap di depan. 

“Narin hati-hati di rumah ya Nak.” 

“Iya Bu.” Gadis kecil itu mengangguk wajahnya tegang bercampur cemas melihat kondisi kakak laki-laki nya itu. 

Mobil Mama Adina melaju cepat membelah jalanan. Mencari di google map rumah sakit terdekat. Kondisi Candra memang parah ia merasa bersyukur karena datang kesana untuk menjenguk. Shiza sesekali menoleh ke belakang sejak tadi ia tidak banyak bicara. 

Rumah sakit sudah di depan mata, mobil mama Adina berhenti di depan IGD. Ia turun cepat memanggil perawat. Candra diangkat dan di naikan ke atas brankar. Semua bergerak cepat detik selanjutnya Candra sudah dapat penanganan. Shiza dan ibu Niken menunggu sementara Mama Adina memarkirkan mobil. Shiza menunduk menatap lantai yang dingin. Ini pertama kalinya, ia melihat orang dalam keadaan seperti itu. 

“Keluarga pasien.” 

Ibu Niken berdiri. “Saya, ibu nya.” 

“Nama anaknya.” 

“Candra, usia tujuh belas.” Ibu Niken tetap menenangkan diri meski di dalam sana perasaannya bergelut cemas. 

“Sejak kapan demam nya? Obat apa saja yang diberikan dan jam berapa?” 

“Tadi malam, kemarin dia kehujanan lalu malamnya ikut berjualan di pasar. Obat penurun panas tiga jam lalu.” 

Perawat itu mengangguk lalu membawa kertas yang di isinya ke dalam. Ibu Niken kembali duduk bersama Shiza dan Mama Adina. Mereka masih menunggu hasil pemeriksaan Candra. Infus sudah terpasang di tangan pemuda itu, beberapa obat sudah disuntikkan. Shiza menarik nafas panjang lalu menoleh ke samping. 

“Candra ikut jualan di pasar.” 

“Iya, Bapaknya jualan ikan di sana dari sore. Para penjual sayur biasanya membeli ikan malam hari untuk di ecer keliling lagi saat pagi.” 

“Nggak apa-apa, Candra sudah dalam perawatan.” Mama Adina mengurangi rasa cemas ibu Niken. 

“Terimakasih sudah membawa Candra kesini, saya tidak menduga dia demam parah.” 

“Sama-sama Bu, nanti setelah bapaknya datang saya dan Shiza baru pulang.” Mama Adina tersenyum mengurai rambut panjang putrinya. 

“Nggak apa-apa Bu, kasian Shiza belum pulang ke rumah.” 

“Saya nggak masalah tante.” Shiza melemparkan senyum manis. 

Ibu Niken membalas sambil mengangguk. Sungguh, gadis di sampingnya ini sangat cantik dan baik. Ia kembali melihat ruang IGD sambil menunggu kedatangan orang berseragam putih keluar dari sana. Hari semakin sore, Shiza masih mengenakan seragam. Tidak dipungkiri ia merasa lelah bercampur gerah. 

“Ibu, sementara anaknya kita observasi dulu ya kalau misalkan masih panas maka kita rawat inap saja tapi kalau sudah membaik boleh pulang dan rawat jalan aja. Tunggu sebentar lagi hasil tes nya keluar.” 

Ibu Niken mengangguk sambil mengucapkan terimakasih. Tidak lama langkah terdengar mendekat, disana ayah Candra datang dengan wajah panik. Ia gegas meninggalkan tempat penyuplai ikan setelah mendapat telepon dari Narin. 

“Gimana Candra Bu?” 

“Masih nunggu, ah ini Ibu Adina dan Shiza teman sekelas Candra. Mereka yang bawa Candra ke sini.” 

“Terimakasih Bu sudah bawa anak saya kesini.” 

“Sama-sama Pak.” Adina tersenyum menyambut uluran tangan pria paruh baya itu. “Karena Bapak sudah datang, kami pamit dulu ya, nanti kabarin aja kondisi Candra selanjutnya.” 

“Iya Bu terimakasih sekali lagi sudah mengantar kami kesini.” 

🌷🌷🌷🌷🌷

Shiza baru saja selesai membersihkan tubuhnya, mengenakan pakaian rumahan gadis itu duduk di tepi kasurnya. Ia sejak tadi memantau ponselnya menunggu kabar dari adik Candra yang memegang ponselnya. Shiza belum tenang sebelum tahu kabar selanjutnya.

Hai

Shiza gegas meraih ponselnya lalu membuka chat yang baru masuk. Bahunya luruh karena bukan dari orang yang ditunggu. Alisnya terangkat melihat nomor baru yang mengirim pesan padanya. 

Kok di read doang 

Shiza menghela nafas panjang. Lalu mengetik cepat di layar ponselnya. 

Siapa

Calon masa depan kamu

Shiza menutup chat room meletakan ponselnya di atas kasur. Merebah tubuh sejenak ia memejamkan mata mengurai lelah yang bergelayut di tubuh. Perlahan kelopak mata Shiza tertutup dinginnya AC bercampur lelah mengantarkannya ke alam mimpi. 

Sementara di tempat lain. Ryuga menunggu pesan balasan tapi sayang nya belum ada. Ia kesal karena hanya dibaca saja. Beberapa kali helaan nafas kasar terdengar. Sungguh Ryuga tidak suka situasi ini. 

“Sok cantik banget sih ! Tapi memang cantik ! Bikin kesel aja, kurang apa coba ? Aku tampan, kaya ! Nggak mungkin katarak ‘kan ? Masa spek kaya aku gini nggak terlihat.” 

“Kamu kenapa sih ?!” Akhirnya Chio merasa kesal juga karena sejak tadi sahabatnya itu ngedumel tanpa henti. 

“Aku chat Shiza tapi nggak di balas.” Ryuga merebahkan tubuh di sofa. 

“Emang apa isi chat nya.” Dariel sedikit penasaran. 

Ryuga memberikan ponselnya yang menampilkan isi chat untuk Shiza. Tawa Chio pecah bersama Darel. Tidak menyangka jika Ryuga seaneh itu. Selama ini sahabat mereka itu jarang mengirim pesan pada gadis-gadis. Ryuga memang sepemilih itu. 

“Kenapa ketawa !” Ryuga merampas ponselnya. “Apa dia lagi telponan sama di Candra-Candra itu !” Tanpa sadar hawa panas menjalar ke dalam dada. 

“Bisa jadi, atau mungkin sekarang mereka lagi cekikikan bersama. Shiza ‘kan. Lagi jenguk Candra sama Mama nya. Wah bakalan dapat restu cepat nih si Candra.” Kompor Chio sambil bermain game. 

“Nggak, Shiza itu milik aku !” Ryuga mendudukan tubuhnya di kursi. Gumpalan panas itu semakin membesar menguasai ruang dada. 

“Garis bawahi, Shiza bebas nggak milik siapa-siapa.” Sahut Dariel. 

“Sekarang aku tanya, kamu beneran suka sama Shiza.” Chio menoleh ke belakang. 

“Nggak. Aku cuma penasaran aja sampai kapan dia menolak pesona aku.” 

“Jangan sampai kamu yang tenggelam dalam pesona Shiza.” Ujar Dariel serius. 

“Nggak bakalan.” 

Terpopuler

Comments

Ayuwidia

Ayuwidia

Ryuga PD amat yak, dahal Amat aja nggak PD lho 😄

2024-11-14

0

Ayuwidia

Ayuwidia

Diksinya cantik, Kak Ririn 🥰

2024-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Ada gadis cantik di sekolah
2 Idola sekolah
3 Rasa penasaran
4 Deal
5 Hujan
6 Kita belum kenalan
7 Ryuga salting
8 Shiza itu milik aku
9 Denial
10 Ryuga tantrum
11 Masuk fanbase sekolah
12 Jahitan di kepala
13 Kesepian
14 Definisi dari kata indah
15 Di keluarkan
16 Berteman di sekolah saja
17 Confess dan perubahan
18 Ingin sendiri
19 Cukup Unik
20 Gelang dari Shiza
21 Ryuga dengan segala kesepian
22 Fira Alesha
23 Segenap pengertian
24 Di tinggalkan
25 Pick me
26 Dua kata maaf
27 Shiza gadis taruhan
28 Shiza si antagonis
29 Ryuga galau
30 Jujurnya Fira
31 Di anggap Adik
32 Tinggal sendiri
33 Biar kita punya cerita
34 Obrolan random
35 Rasa canggung
36 Pelukan Rindu
37 Selalu ada dimana-mana
38 Membangun ke bersamaan
39 Tentang mimpi
40 Tamparan dari Fira
41 Liburan selesai
42 Kabar untuk Candra
43 Air mata duka
44 Niat berhenti
45 Tentang Ray
46 Tidak bisa bergerak
47 Cedera
48 Bukan Shiza
49 Terlambat
50 Keputusan
51 Aku pasti jemput kamu
52 Ryuga tanpa Shiza
53 Tujuh Tahun kemudian
54 Boleh bepergian
55 Postingan pertama
56 Undangan
57 Pulang
58 Kekasih Shiza
59 Tantrum lagi
60 Cinta & Obsesi
61 Rumah kita
62 Jangan benci aku
63 Biar saja
64 Secantik apa
65 Bagaimana kalau kita menikah?
66 Apa aku bisa?
67 Menepi sejenak
68 Aku siap
69 Jangan berubah
70 Ayo ke rumah ku !
71 Aku yang akan menikahi nya
72 Seperti mafia menyelesaikan misi
73 Aku sadar diri
74 Keindahan pagi hari
75 Dia masa lalu kamu masa depan
76 Ryuga cerewet
77 Di tangani ahli nya
78 Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79 Berusahalah lebih keras
80 Bukan pengganti tapi penetap
81 Aku bukan selebriti
82 Di pinggiran kota
83 Koma unresponsive
84 Suamiku bukan mati otak
85 Kami sudah di persimpangan
86 Kamu duniaku Ryuga
87 Enam bulan kemudian
88 Bonus bab
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ada gadis cantik di sekolah
2
Idola sekolah
3
Rasa penasaran
4
Deal
5
Hujan
6
Kita belum kenalan
7
Ryuga salting
8
Shiza itu milik aku
9
Denial
10
Ryuga tantrum
11
Masuk fanbase sekolah
12
Jahitan di kepala
13
Kesepian
14
Definisi dari kata indah
15
Di keluarkan
16
Berteman di sekolah saja
17
Confess dan perubahan
18
Ingin sendiri
19
Cukup Unik
20
Gelang dari Shiza
21
Ryuga dengan segala kesepian
22
Fira Alesha
23
Segenap pengertian
24
Di tinggalkan
25
Pick me
26
Dua kata maaf
27
Shiza gadis taruhan
28
Shiza si antagonis
29
Ryuga galau
30
Jujurnya Fira
31
Di anggap Adik
32
Tinggal sendiri
33
Biar kita punya cerita
34
Obrolan random
35
Rasa canggung
36
Pelukan Rindu
37
Selalu ada dimana-mana
38
Membangun ke bersamaan
39
Tentang mimpi
40
Tamparan dari Fira
41
Liburan selesai
42
Kabar untuk Candra
43
Air mata duka
44
Niat berhenti
45
Tentang Ray
46
Tidak bisa bergerak
47
Cedera
48
Bukan Shiza
49
Terlambat
50
Keputusan
51
Aku pasti jemput kamu
52
Ryuga tanpa Shiza
53
Tujuh Tahun kemudian
54
Boleh bepergian
55
Postingan pertama
56
Undangan
57
Pulang
58
Kekasih Shiza
59
Tantrum lagi
60
Cinta & Obsesi
61
Rumah kita
62
Jangan benci aku
63
Biar saja
64
Secantik apa
65
Bagaimana kalau kita menikah?
66
Apa aku bisa?
67
Menepi sejenak
68
Aku siap
69
Jangan berubah
70
Ayo ke rumah ku !
71
Aku yang akan menikahi nya
72
Seperti mafia menyelesaikan misi
73
Aku sadar diri
74
Keindahan pagi hari
75
Dia masa lalu kamu masa depan
76
Ryuga cerewet
77
Di tangani ahli nya
78
Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79
Berusahalah lebih keras
80
Bukan pengganti tapi penetap
81
Aku bukan selebriti
82
Di pinggiran kota
83
Koma unresponsive
84
Suamiku bukan mati otak
85
Kami sudah di persimpangan
86
Kamu duniaku Ryuga
87
Enam bulan kemudian
88
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!