Jahitan di kepala

Karen dan Gita berdiri di pagar pembatas lantai tiga sekolah. Berita pagi tadi yang masuk fanbase sekolah membuat keduanya meradang. Sejak kedatang Shiza, nama Karen dan Gita tenggelam begitu saja. Dimana setiap hari di puji-puji dan dikagumi kini tidak terdengar lagi. Dada mereka terasa panas karena emosi. Karen sudah melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan perhatian Ryuga, sayangnya tidak mendapatkan balasan. Karena Ryuga bersikap seadanya. 

“Siapa yang mengelola fanbase sekolah ?” Gita menggenggam erat pagar besi di hadapannya. “Suruh takedown aja, ngeselin tahu nggak.”  

“Jangan dulu, biarin aja cewek gatel itu di atas angin.” Karen menyipitkan mata saat pandangannya tertuju pada seorang gadis cantik melangkah ke arah kantin yang bertepatan di bawah lantai kelasnya. Seketika emosinya naik begitu saja melihat senyum tertarik dari bibir Shiza. 

“Kenapa, Ren ?” 

“Biar saja dia tersenyum dulu nanti juga menangis.” 

Gita mendapati yang menjadi pusat perhatian sahabatnya. Entah dorongan dari mana tangannya tiba-tiba mengangkat pot dekat kakinya lalu menjatuhkannya. Karen tersentak lalu menarik tangan Gita untuk bersembunyi. Jantungnya berdebar kencang bercampur rasa panik. 

Sementara dibawah sana, Shiza membeku masuk ke dalam pelukan seseorang. Seluruh tubuhnya bergetar hebat dan bibirnya seputih kapas. Belum lagi merasakan tetesan hangat jatuh di pipinya. Waktu seolah terhenti hanya deru nafas tidak teratur mengisi ruang rungu. Seluruh aliran darah seakan terhenti beriringan jantung berdegup hebat. 

“Ryuga.” 

Waktu berputar kembali, Shiza merasakan pundaknya berat. Tetesan hangat terasa lagi mengalir di pipi Shiza. Dariel mendekat setelah terhenti melangkah. Pusat perhatian jatuh pada Ryuga dan Shiza. Mereka masih di posisi yang sama, Ryuga memeluk Shiza dari belakang. 

“Kenapa ini ?” Guru laki-laki datang menghampiri. 

“Ryu…” Chio melihat pecahan pot berserakan bercampur tanah. “Kamu berdarah.” 

Shiza refleks memutar tubuh, kini posisinya saling berhadapan. Ia bisa melihat bibir Ryuga pucat pasi iris matanya sayu dan kosong. Shiza menyentuh tetesan darah yang mengalir dari ujung kening Ryuga. Jari-jari lentiknya bergetar bersamaan kristal rapuh pecah meleleh di sudut matanya. 

“Shiza.” Aysela mendekat baru bangun dari rasa terkejutnya. “Ada yang luka?” 

“Ryu… dia luka,” 

“Ayo ke UKS.” Dariel mengambil alih memapah tubuh Ryuga. 

Sementara Chio membereskan kekacauan itu. Guru mereka juga mengikuti langkah Dariel dari belakang. Chio melirik ke atas tidak ada siapa-siapa disana. Seingatnya pot bunga ada di lantai tiga, tidak mungkin ‘kan pot itu terbang sendiri kalau tidak ada yang mengangkatnya dan sengaja menjatuhkannya. 

“Seragam kamu kotor Za.” Adel membersihkan debu-debu tanah dari pundak sahabatnya. 

“Kita ke UKS.” Ujar Aysela langsung menggandeng lengan Shiza. 

Shiza mengayunkan langkahnya, dengan pandangan kosong. Dibenaknya masih memikirkan kejadian beberapa detik lalu. Kalau bukan Ryuga bisa saja ia yang tertimpa pot itu. Shiza tersadar dari lamunannya, langkah dipercepat untuk sampai di UKS. Di ambang pintu Shiza tertegun melihat Ryuga dibersihkan kepalanya. Darah kepala memang banyak meski lukanya kecil. Tidak hanya dibersihkan, rambut Ryuga juga dipotong pendek, kulit kepalanya harus di jahit karena sobek. 

Ryuga membuka kelopak mata yang terpejam saat mengenali aroma parfum yang di kenalinya. Manik mata pemuda itu terpaku pada wajah cantik Shiza. Di pipi gadis itu masih ada tetesan darahnya belum diseka. Tangan Ryuga terangkat lalu menyeka darah itu dengan ibu jarinya. Shiza masih menatap lekat membiarkan jari-jari panjang itu menyentuh pipinya. 

“Sekarang kita jahit ya.” Petugas UKS bersiap menyuntik. 

Shiza dapat merasakan raut tegang di wajah Ryuga. Ia meraih tangan pemuda itu lalu menggenggamnya. Sambil mengangguk tipis menyalurkan keberanian. Ryuga memejamkan mata merasakan ujung jarum menyentuh kulit kepalanya. Menunggu beberapa menit, penjahitan kulit dilakukan. Meski tidak merasakan apa-apa, tetap saja Ryuga merasa takut karena ini pertama kalinya. Shiza memahami itu semakin mengeratkan genggaman. Seolah berkata ‘aku disini’. Tidak memakan waktu lama, luka di kepala Ryuga sudah dijahit dan di tutup perban. 

“Jangan basah dulu ya sampai menyatu, setelah makan minum obat pereda nyeri kalau gatal jangan digaruk nanti jahitannya lepas.” Petugas UKS meletak satu pil ke dalam wadah. “Ini rekomendasi ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut dan kontrol.” 

“Terimakasih.” Sahut Shiza. “Kamu makan ya, aku ke kantin dulu beli makanannya.”

“Aku sudah beli makanan, ini teh manis.” Dariel datang membawa kantong plastik penuh. Buat kalian juga tadi mau ke kantin ‘kan?” 

“Terimakasih, Riel.” Adel tanpa malu meraih satu untuknya. 

Shiza mengambil teh manis lalu menyerahkannya pada Ryuga. Gadis itu cukup tahu diri. Ryuga mendapatkan luka itu karena melindunginya. “Minum teh manisnya biar nggak lemes “ 

“Kamu cuci wajah dulu, noda darahnya masih ada.” 

“Ah, maaf.” Shiza gegas membersihkan wajahnya. Benar saja, di cermin bisa terlihat darah Ryuga sudah mengering di pipi dan seragamnya.

Sementara di luar Dariel duduk di tepi brankar membuka makanan untuk Ryuga. “Apa aku kabarin Om dan Tante.” 

“Nggak usah, mereka nggak bakalan datang.” Ryuga menghabiskan teh manisnya. Ia meraih makanan yang sudah terbuka menyuap perlahan sambil mengunyah manik matanya tertuju pada pintu ruang yang terbuka, netranya terpaku pada Shiza yang sudah segar setelah mencuci muka. Sungguh, gadis itu sangat cantik. 

“Ada yang sakit?” Shiza melangkah mendekat. 

“Nggak ada, kamu ada yang sakit nggak?” 

Shiza menggeleng. “Makasih untuk tadi, lain waktu jangan kaya gitu lagi kamu cukup teriak atau dorong aku. Aku nggak bisa tenang orang lain terluka karena aku.” 

“Refleks kepepet juga jadi nggak bisa mikir.” Ryuga berucap dengan kedua pipi menggembung di isi nasi. 

🌷🌷🌷🌷🌷

Iris mata Karen memerah, tubuhnya gemetar setelah melayangkan tamparan ke wajah Gita. Ia tidak menyangka jika sahabatnya itu bisa melakukan kejahatan dengan nyata. Kini mereka berada di gudang sekolah. Setelah kejadian tadi Karen menyeret Gita ke tempat itu. 

“M—maaf Ren, aku terbawa emosi.” Gita gagap merasakan pedas dan panas di pipinya. 

“Kamu bisa menyeretku ke dalam masalah, Git !” 

“Aku cuma bantu kamu ! Apa salah?!” Intonasi Gita meninggi tidak terima disalahkan. “Kamu yang menanggung sakitnya tapi nggak melakukan apa-apa.” 

“Aku punya cara sendiri tanpa melukai fisik orang lain !” Bentak Karen disertai nafas memburu hebat. Tidak ingin lebih lama disana ia membawa langkah keluar. “Jangan menemuiku lagi, kamu membawa masalah untuk ku seperti kemarin.” 

Gita tertegun bersamaan sesak menyerang dada. Ya, ia akui sedikit impulsif tapi itu semata karena Karen selalu curhat padanya tentang Ryuga yang tidak pernah melihat ke arahnya. Sementara itu Karen terus memacu langkah berusaha tenang menuju kelasnya. 

“Kasian Ryu, kepalanya sampai di jahit.”

Langkah Karen terhenti mendengar kalimat itu datang dari siswi yang berpapasan. Jantungnya berdebar cepat sambil menguping ia melanjutkan langkah, di ambang pintu kelas lagi-lagi Karen mendengar nama Ryuga. 

“Darahnya banyak banget sampai netes di wajah Shiza.” 

Karen semakin gugup dan gemetar, ia memaksa langkahnya masuk. Duduk perlahan di kursi sambil mendengarkan orang-orang bicara. 

“Ryu kebetulan mau ke kantin saat itu juga dia lihat pot jatuh dari atas tepat di kepala Shiza. Jadi dia langsung meluk cewek itu jadi pot nya jatuh di atas kepala Ryuga. Dia pucat banget tadi Shiza pasti shock belum lagi liat Ryu luka di depan mata nya.” 

Kedua tungkai Karen terasa lemas bahunya luruh dengan perasaan sakit. Ryuga jadi korban kebodohan Gita. Karen mungkin tidak menyukai Shiza tapi tidak berniat melukai fisiknya. Sesal yang sempat menggelayuti hati setelah melayangkan tamparan apda sahabatnya lenyap seketika. Karen pikir Gita pantas mendapatkannya. 

“Jadi dimana Ryu sekarang?” 

Percakapan itu kembali terdengar dan Karen memasang pendengaran dengan baik. Ia menggenggam tangannya di atas paha. Wajah gadis itu terlihat pucat berkeringat dingin.

“Di UKS sebentar lagi pulang, katanya dikasih izin hari ini.” 

“Karen, kenapa kok pucat. Kamu sakit.” salah seorang siswi sadar kehadiran Karen disana.

Pemilik nama itu tersentak. “Nggak.” Seulas senyum terbit di bibirnya. 

“Kamu udah tahu Ryu kejatuhan pot. Kepalanya luka dapat jahitan.” 

“Iya aku sudah tahu.” Karen menjawab seadanya. Padahal baru tahu setelah keluar dari gudang. 

“Kamu nggak nyamperin kesana ?” Semua orang tahu kalau Karen selalu mencari Ryuga bila ada kesempatan. 

“Nanti aja.” Karen memilih menelungkupkan wajahnya di meja. 

“Chio lagi cari tahu kenapa pot itu bisa jatuh dari lantai tiga. Padahal pot itu ada di lantai nggak di atas tembok pagar kok bisa jatuh.” Perbincangan berlanjut seputar kejadian tadi. 

“Bener juga kecuali ada yang sengaja jatuhin. Nggak mungkin ‘kan pot itu bisa jatuh sendiri.” 

“Jahat sekali orang itu.” 

“Menurut kamu targetnya Shiza, bukan sih ? Atau Aysela sama Adel.”

Pembahasan semakin memanas dan itu sukses membuat Karen semakin menegang. Ia berharap orang-orang menyudahi pembicaraan tentang Ryuga.

“Menurut aku Shiza, sejak masuk dia sudah pusat perhatian sampai masuk base tadi pagi.” 

“Jadi cantik susah juga ya.” 

“Nggak juga, kalau nggak centil !” 

“Tapi Shiza biasa aja kalau ketemu di kantin.” 

“Ada yang iri mungkin.” 

Karen menutup kedua kupingnya mendengar obrolan itu. Takut meraja dalam hati Karen. Ia tidak tahu akhirnya menjadi serius seperti ini. 

Terpopuler

Comments

Ayuwidia

Ayuwidia

Esmoni, marah, boleh. Tapi jangan keterlaluan jahatnya, Git 🤦🏻‍♀️

2024-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 Ada gadis cantik di sekolah
2 Idola sekolah
3 Rasa penasaran
4 Deal
5 Hujan
6 Kita belum kenalan
7 Ryuga salting
8 Shiza itu milik aku
9 Denial
10 Ryuga tantrum
11 Masuk fanbase sekolah
12 Jahitan di kepala
13 Kesepian
14 Definisi dari kata indah
15 Di keluarkan
16 Berteman di sekolah saja
17 Confess dan perubahan
18 Ingin sendiri
19 Cukup Unik
20 Gelang dari Shiza
21 Ryuga dengan segala kesepian
22 Fira Alesha
23 Segenap pengertian
24 Di tinggalkan
25 Pick me
26 Dua kata maaf
27 Shiza gadis taruhan
28 Shiza si antagonis
29 Ryuga galau
30 Jujurnya Fira
31 Di anggap Adik
32 Tinggal sendiri
33 Biar kita punya cerita
34 Obrolan random
35 Rasa canggung
36 Pelukan Rindu
37 Selalu ada dimana-mana
38 Membangun ke bersamaan
39 Tentang mimpi
40 Tamparan dari Fira
41 Liburan selesai
42 Kabar untuk Candra
43 Air mata duka
44 Niat berhenti
45 Tentang Ray
46 Tidak bisa bergerak
47 Cedera
48 Bukan Shiza
49 Terlambat
50 Keputusan
51 Aku pasti jemput kamu
52 Ryuga tanpa Shiza
53 Tujuh Tahun kemudian
54 Boleh bepergian
55 Postingan pertama
56 Undangan
57 Pulang
58 Kekasih Shiza
59 Tantrum lagi
60 Cinta & Obsesi
61 Rumah kita
62 Jangan benci aku
63 Biar saja
64 Secantik apa
65 Bagaimana kalau kita menikah?
66 Apa aku bisa?
67 Menepi sejenak
68 Aku siap
69 Jangan berubah
70 Ayo ke rumah ku !
71 Aku yang akan menikahi nya
72 Seperti mafia menyelesaikan misi
73 Aku sadar diri
74 Keindahan pagi hari
75 Dia masa lalu kamu masa depan
76 Ryuga cerewet
77 Di tangani ahli nya
78 Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79 Berusahalah lebih keras
80 Bukan pengganti tapi penetap
81 Aku bukan selebriti
82 Di pinggiran kota
83 Koma unresponsive
84 Suamiku bukan mati otak
85 Kami sudah di persimpangan
86 Kamu duniaku Ryuga
87 Enam bulan kemudian
88 Bonus bab
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ada gadis cantik di sekolah
2
Idola sekolah
3
Rasa penasaran
4
Deal
5
Hujan
6
Kita belum kenalan
7
Ryuga salting
8
Shiza itu milik aku
9
Denial
10
Ryuga tantrum
11
Masuk fanbase sekolah
12
Jahitan di kepala
13
Kesepian
14
Definisi dari kata indah
15
Di keluarkan
16
Berteman di sekolah saja
17
Confess dan perubahan
18
Ingin sendiri
19
Cukup Unik
20
Gelang dari Shiza
21
Ryuga dengan segala kesepian
22
Fira Alesha
23
Segenap pengertian
24
Di tinggalkan
25
Pick me
26
Dua kata maaf
27
Shiza gadis taruhan
28
Shiza si antagonis
29
Ryuga galau
30
Jujurnya Fira
31
Di anggap Adik
32
Tinggal sendiri
33
Biar kita punya cerita
34
Obrolan random
35
Rasa canggung
36
Pelukan Rindu
37
Selalu ada dimana-mana
38
Membangun ke bersamaan
39
Tentang mimpi
40
Tamparan dari Fira
41
Liburan selesai
42
Kabar untuk Candra
43
Air mata duka
44
Niat berhenti
45
Tentang Ray
46
Tidak bisa bergerak
47
Cedera
48
Bukan Shiza
49
Terlambat
50
Keputusan
51
Aku pasti jemput kamu
52
Ryuga tanpa Shiza
53
Tujuh Tahun kemudian
54
Boleh bepergian
55
Postingan pertama
56
Undangan
57
Pulang
58
Kekasih Shiza
59
Tantrum lagi
60
Cinta & Obsesi
61
Rumah kita
62
Jangan benci aku
63
Biar saja
64
Secantik apa
65
Bagaimana kalau kita menikah?
66
Apa aku bisa?
67
Menepi sejenak
68
Aku siap
69
Jangan berubah
70
Ayo ke rumah ku !
71
Aku yang akan menikahi nya
72
Seperti mafia menyelesaikan misi
73
Aku sadar diri
74
Keindahan pagi hari
75
Dia masa lalu kamu masa depan
76
Ryuga cerewet
77
Di tangani ahli nya
78
Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79
Berusahalah lebih keras
80
Bukan pengganti tapi penetap
81
Aku bukan selebriti
82
Di pinggiran kota
83
Koma unresponsive
84
Suamiku bukan mati otak
85
Kami sudah di persimpangan
86
Kamu duniaku Ryuga
87
Enam bulan kemudian
88
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!