Kesepian

Shiza termenung di meja belajarnya setelah kejadian yang menimpa Ryuga. Kini gadis itu malah berpikiran negatif pada dirinya sendiri. Kemarin Candra dan hari ini Ryuga. Gadis yang sudah cantik itu mematung di depan cermin menelisik tiap sudut wajahnya. Kejadian akhir-akhir ini belum pernah Shiza alami. Sesuai yang sudah di janjikan papa Rajendra, mereka akan dinner malam ini. Semangat membumbung tinggi pagi tadi sirna dalam dada Shiza.

"Za, sudah siap?" Mama Adina menatap punggung putrinya dari ambang pintu. Merasa tidak ada sahutan ia membawa langkah untuk masuk ke dalam. "Kenapa ?"

"Ma." Shiza tersentak dari lamunannya.

"Kenapa, masih kepikiran kejadian tadi siang?" Mama Adina menyentuh ke dua pundak putrinya saling mengunci tatap dari kaca hias.

"Iya, kemarin Candra dan hari ini Ryuga. Apa ada yang salah sama aku."

"Nggak." Mama Adina menggeleng pelan. "Yang terjadi bukan gara-gara kamu. Candra deman karena kurang istirahat, dia menemani kamu karena kemauannya. Terus Ryuga mungkin pergerakan refleks dari badannya sendiri."

"Tapi aku ngerasa bersalah, Ma." Shiza memutar tubuhnya lalu melingkarkan kedua tangan pada pinggang sang mama. Membenamkan wajah di tempatnya sebelum terlahir dulu.

"Shiza denger Mama, jangan sering merasa seperti itu selagi kamu nggak meminta langsung. Beda konteks saat kamu minta tolong dan orang itu kenapa-kenapa kamu boleh merasa bersalah. Tapi kamu juga nggak boleh merasa nggak bersalah sama sekali walau pun orang itu menolong tanpa di minta. Jadi, bertanggung jawab dengan benar jangan lupa berterimakasih atas pertolongan yang di minta dan tanpa di minta. Kemarin kita sudah jenguk Candra dan bawa dia ke rumah sakit sebagai bentuk terimakasih dan perasaan tidak nyaman kamu. Nah, sekarang Ryuga yang mengalaminya meski pun kamu tidak memintanya untuk menolong kamu. Karena semua nya itu rasa kemanusiaan sayang. Kamu boleh kok temani Ryuga ke rumah sakit untuk merawat lukanya lebih lanjut sampai sembuh sebagai rasa terimakasih."

"Papa nggak di ajak pelukan."

"Ini Pa, Shiza merasa bersalah karena Ryuga luka di kepala oleh nolong Shiza dari pot jatuh."

"Besok papa temui dia buat ngucapin terimakasih. Papa kasih izin deh buat temenin dia perawatan di rumah sakit. Gimana?"

Shiza mengangguk. "Oke deh, makasih ya Pa, Ma."

"Ayo berangkat keburu malam nanti."

🌷🌷🌷🌷🌷

Di tempat lain, Ryuga memilih pulang ke rumah Dariel. Kepalanya terasa nyeri di bagian yang kena jahit. Pemuda itu berdiri di depan cermin melihat rambutnya yang di cepak sebelah. Sesekali ia meringis merasa denyutan di kepalanya. Ryuga seakan tidak memiliki rumah kemana kakinya ringan melangkah disitu matanya terpejam. Ryuga seperi gelandangan tidak terarah padahal keluarganya kaya raya.

"Makan dulu yuk." Dariel bangkit dari atas kasur.

"Sebentar." Ryuga masih belum puas melihat tampilan wajahnya. "ck, Shiza ilfil nggak ya?" Ucapnya sedikit kesal. "Jelek banget rambut aku."

"Nanti juga panjang."

"Tapi udah nggak rata." Ryuga memutar tubuhnya dari hadapan cermin.

"Potong aja sama rata, nanti tumbuhnya bagus." Usul Dariel ikut memperhatikan rambut sahabatnya itu.

"Denyut lagi." Keluh Ryuga kembali menyugar rambutnya.

"Ayo makan nanti baru minum obat."

Ryuga menuntun langkah mengikuti Dariel keluar dari kamar. Di meja makan, orang tua Dariel sudah menunggu. Seperti biasanya kesibukan apapun mereka selalu memprioritaskan putra satu-satunya.

"Masih sakit, Ryu?" Calandra Elina Auli— Mama Dariel bertanya.

"Masih tante, ini kerasa sekali."

"Cepet makan biar minum obat." Wanita cantik itu memberikan tempat nasi. "Obatnya ada 'kan?"

"Ada, dari sekolah besok baru kontrol ke rumah sakit."

"Lain kali hati-hati." Seru Papa Bumi Dylan Azkara

"Iya Om."

Makan malam itu dibersamai bincang-bincang ringan. Sejujurnya Ryuga merindukan kebersamaan ini dengan orang tuanya tapi sayangnya rindu dan keinginan yang tersimpan itu entah kapan terjadi. Orang tua Ryuga begitu sibuk bekerja sampai lepas perhatian dengan putra tunggalnya. Sudah sering membahas masalah ini, tapi jawaban yang di terima Ryuga adalah. 'Semua ini untuk masa depan kamu nanti' Tidak menampik perkataan itu benar. Tapi bolehkah Ryuga berharap perhatian ? Merasa lelah tinggal bersama para ART di kediaman mewahnya. Ryuga memilih tinggal di apartemen. Setidaknya ruang lingkupnya tidak terlalu besar dan Ryuga tidak merasa kesepian.

Usai makan malam, Ryuga dan Dariel memilih duduk di balkon kamar. Menikmati udara malam. Di dinding langit bulang tergantung separuh, di sekelilingnya banyak bintang bertaburan. Namun selepas itu semua, bulan akan tertinggal sendirian sampai pagi. Seperti itu lah Ryuga. Bersama teman dan uang. Pada akhirnya ia akan sendiri dan kesepian.

Tarikan nafas panjang itu menandakan Ryuga sedang berusaha merobek sesak yang menggulung didada apabila malam menyapa. Kerinduan semakin berlipat ganda yang tidak menemukan ujungnya selalu menumpuk tanpa nyata. Pemuda itu mendaratkan tubuh di kursi sementara Dariel memilih memainkan musik instrumental, sangat cocok mengiring suasana hati Ryuga. Mereka hanya saling diam menikmati alunan nada dari petikan gitar. Melodinya menyatu ke dalam sanubari mentransfer berbagai afeksi. Malam ini tidak ada Ryuga yang tengil dan suka tantrum.

🌷🌷🌷🌷🌷

Candra sedang duduk bersama keluarganya di ruang tengah rumah mereka. Selepas makan malam mereka berkumpul disana membahas banyak hal untuk masa depan. Di pangkuan Candra adiknya berbaring manja memainkan ponsel miliknya. Sementara di sisinya ada sang ibu yang mengeluarkan obat dari bungkusnya untuk di minum oleh Candra.

"Kamu nggak usah ke pasar dulu tunggu sembuh total saja." Umar—ayah Candra bersuara. Sambil mencatat kiloan ikan yang akan di belinya.

"Besok malam sudah bisa kok Pak." Sahut Candra menoleh.

"Jangan ngeyel, lihat kemarin sampai sakit gitu." Omel ibu Niken menyerahkan butiran obat

Candra terkekeh. "Aku harus bantu bapak biar bisa kuliah dan Narin mau masuk SMP."

"Ibu ngerti, nanti kalau sudah sembuh kamu bisa bantu bapak lagi. Sekarang minum obat sama vitaminnya."

"Besok aku sudah bisa sekolah." Candra tidak menyinggung kejadian disekolah tentang Ryuga kejatuhan pot. "Aku ke kamar dulu ya Bu."

"Biar bapak yang gendong adikmu."

Pak Umar berdiri lalu menyusupkan tangannya di bawa tubuh Narin yang tertidur. "Sana kamu istirahat, besok sekolahnya bapak antar saja jangan naik sepeda."

Candra mengangguk lalu menyeret langkah ke dalam kamar. Sambil menunggu kantuk datang ia membuka aplikasi hijau di ponselnya. Melihat pembaharuan status ia penasaran apa yang di posting Shiza disana. Setelah melihatnya. Jari-jarinya tergerak mengirim deretan kalimat.

Dinner ya

Tidak lama pesan chat itu terbaca. Candra membawa tubuhnya bersandar menunggu pesan di ketik disana.

Iya, gimana keadaan kamu

Candra tersenyum sambil menyentuh abjad di keyboard benda pipih miliknya. Mengobrol dengan Shiza memang menyenangkan.

Sudah membaik besok sudah bisa sekolah, gimana hari ini?

Candra tersentak nyaris saja ponsel itu jatuh ke lantai saking kagetnya benda pipih itu bergetar karena panggilan masuk. "Iya Shiza."

"Candra." Suara nafas terdengar di seberang sana. "Aku takut banget tadi liat Ryu berdarah. Aku nggak nyangka di refleks meluk aku dan kejatuhan pot."

Candra tersenyum tipis seolah senyum itu terlihat oleh Shiza. "Terus udah tahu penyebab pot itu bisa jatuh?"

"Belum, katanya Chio masih cari tahu. Aku kasian liat Ryu sampai di jahit kepala nya."

"Ryu kuat kok." Candra terkekeh. "Kapan belajar naik sepeda nya?"

"Sembuh dulu Candra."

"Sudah sembuh Neng." Candra membawa tubuhnya berbaring efek obat yang diminumnya sudah terasa. Suara menguapnya juga terdengar.

"Kamu ngantuk ya, tidur gih."

"Banget, efek obat." Suara Candra melemah.

"Aku matiin telponnya."

Terpopuler

Comments

Anni Zakiyani

Anni Zakiyani

duduk di pasar di ruang tengah rumah keluarganya...ada pasarnya ini

2024-11-27

0

Ayuwidia

Ayuwidia

Di dunia nyata banyak juga orang tua seperti ini. Kasihan anak2 mereka. Yg dibutuhkan anak2 bukan cuma harta & kemewahan, tapi perhatian & kasih sayang dr orang tuanya

2024-11-17

1

lihat semua
Episodes
1 Ada gadis cantik di sekolah
2 Idola sekolah
3 Rasa penasaran
4 Deal
5 Hujan
6 Kita belum kenalan
7 Ryuga salting
8 Shiza itu milik aku
9 Denial
10 Ryuga tantrum
11 Masuk fanbase sekolah
12 Jahitan di kepala
13 Kesepian
14 Definisi dari kata indah
15 Di keluarkan
16 Berteman di sekolah saja
17 Confess dan perubahan
18 Ingin sendiri
19 Cukup Unik
20 Gelang dari Shiza
21 Ryuga dengan segala kesepian
22 Fira Alesha
23 Segenap pengertian
24 Di tinggalkan
25 Pick me
26 Dua kata maaf
27 Shiza gadis taruhan
28 Shiza si antagonis
29 Ryuga galau
30 Jujurnya Fira
31 Di anggap Adik
32 Tinggal sendiri
33 Biar kita punya cerita
34 Obrolan random
35 Rasa canggung
36 Pelukan Rindu
37 Selalu ada dimana-mana
38 Membangun ke bersamaan
39 Tentang mimpi
40 Tamparan dari Fira
41 Liburan selesai
42 Kabar untuk Candra
43 Air mata duka
44 Niat berhenti
45 Tentang Ray
46 Tidak bisa bergerak
47 Cedera
48 Bukan Shiza
49 Terlambat
50 Keputusan
51 Aku pasti jemput kamu
52 Ryuga tanpa Shiza
53 Tujuh Tahun kemudian
54 Boleh bepergian
55 Postingan pertama
56 Undangan
57 Pulang
58 Kekasih Shiza
59 Tantrum lagi
60 Cinta & Obsesi
61 Rumah kita
62 Jangan benci aku
63 Biar saja
64 Secantik apa
65 Bagaimana kalau kita menikah?
66 Apa aku bisa?
67 Menepi sejenak
68 Aku siap
69 Jangan berubah
70 Ayo ke rumah ku !
71 Aku yang akan menikahi nya
72 Seperti mafia menyelesaikan misi
73 Aku sadar diri
74 Keindahan pagi hari
75 Dia masa lalu kamu masa depan
76 Ryuga cerewet
77 Di tangani ahli nya
78 Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79 Berusahalah lebih keras
80 Bukan pengganti tapi penetap
81 Aku bukan selebriti
82 Di pinggiran kota
83 Koma unresponsive
84 Suamiku bukan mati otak
85 Kami sudah di persimpangan
86 Kamu duniaku Ryuga
87 Enam bulan kemudian
88 Bonus bab
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ada gadis cantik di sekolah
2
Idola sekolah
3
Rasa penasaran
4
Deal
5
Hujan
6
Kita belum kenalan
7
Ryuga salting
8
Shiza itu milik aku
9
Denial
10
Ryuga tantrum
11
Masuk fanbase sekolah
12
Jahitan di kepala
13
Kesepian
14
Definisi dari kata indah
15
Di keluarkan
16
Berteman di sekolah saja
17
Confess dan perubahan
18
Ingin sendiri
19
Cukup Unik
20
Gelang dari Shiza
21
Ryuga dengan segala kesepian
22
Fira Alesha
23
Segenap pengertian
24
Di tinggalkan
25
Pick me
26
Dua kata maaf
27
Shiza gadis taruhan
28
Shiza si antagonis
29
Ryuga galau
30
Jujurnya Fira
31
Di anggap Adik
32
Tinggal sendiri
33
Biar kita punya cerita
34
Obrolan random
35
Rasa canggung
36
Pelukan Rindu
37
Selalu ada dimana-mana
38
Membangun ke bersamaan
39
Tentang mimpi
40
Tamparan dari Fira
41
Liburan selesai
42
Kabar untuk Candra
43
Air mata duka
44
Niat berhenti
45
Tentang Ray
46
Tidak bisa bergerak
47
Cedera
48
Bukan Shiza
49
Terlambat
50
Keputusan
51
Aku pasti jemput kamu
52
Ryuga tanpa Shiza
53
Tujuh Tahun kemudian
54
Boleh bepergian
55
Postingan pertama
56
Undangan
57
Pulang
58
Kekasih Shiza
59
Tantrum lagi
60
Cinta & Obsesi
61
Rumah kita
62
Jangan benci aku
63
Biar saja
64
Secantik apa
65
Bagaimana kalau kita menikah?
66
Apa aku bisa?
67
Menepi sejenak
68
Aku siap
69
Jangan berubah
70
Ayo ke rumah ku !
71
Aku yang akan menikahi nya
72
Seperti mafia menyelesaikan misi
73
Aku sadar diri
74
Keindahan pagi hari
75
Dia masa lalu kamu masa depan
76
Ryuga cerewet
77
Di tangani ahli nya
78
Bukan pilihan tapi ditakdirkan
79
Berusahalah lebih keras
80
Bukan pengganti tapi penetap
81
Aku bukan selebriti
82
Di pinggiran kota
83
Koma unresponsive
84
Suamiku bukan mati otak
85
Kami sudah di persimpangan
86
Kamu duniaku Ryuga
87
Enam bulan kemudian
88
Bonus bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!