Selesai sholat, aku dan ibuku menyiapkan makan malam di atas meja, semua sudah berkumpul. Aku duduk di samping ibuku, kak Arfan duduk di samping abangku.
Kami makan malam sambi sesekali bercerita. Ibuku tak hentinya memuji kak Arfan, ayahku juga.
Aku hanya melihat kak Arfan salah tingkah.
Aku hanya makan dengan tertib, menikmati makanan kesukaanku yang di masak ibu. Diam tanpa merespon pembahasan mereka.
"Dek, dah berapa lama ga makan sih?"
Tanya abang yang mulai menggodaku.
Aku hanya cemberut menanggapi ucapan abang.
Ibu dan ayah ku hanya tersenyum melihatku.
"Habis ini obatnya langsung diminum, jangan sampai lupa lagi." Kata ibuku mengingatkan.
Aku mengangkat wajahku dan mengangguk.
Di depanku terlihat jelas wajah kak Arfan yang kebingungan dan bertanya tanya. Dia melihatku dengan tatapan mencari jawaban. Aku lanjut dengan makanku.
Selesai makan aku membantu ibu membereskan meja makan dan mencuci piring.
Ayah sudah menuju ruang keluarga bersama abang dan kak Arfan.
Aku dan ibu menyusul ke ruang keluarga, ikut duduk di antara mereka. Aku duduk di samping abang. Abang mengelus kepalaku dan masih tetap ngobrol sama kak Arfan.
Kemudian abang memandangku dan bertanya. "Obatnya sudah di minum?" Tanya abang dengan penuh perhatian.
"Iya, udah." Jawabku sambil memainkan ponsel tanpa menoleh ke abang.
"Gimana tawaran yang di berikan pak Safri, ajudan bupati itu? kamu sudah buat keputusan?"
Tanya ayah kepadaku.
Semua mata tertuju ke arah ayah dan berpindah kepadaku menunggu jawaban.
Aku meletakkan ponselku di saku.
"Yevn belum bisa buat keputusan yah. Masih bingung."
"Laahh, kenapa? bukannya kamu suka jadi MC?" Kata ibu sambil menuangkan teh ke gelas ayah.
"Tawaran apa mah? Vhen kok ga tau." Tanya abang yang mulai sadar bahwa ia ketinggalan info tentang adiknya yang cakep sejagat kalau di lihat dari jauh.
"Abang kan selalu gitu, mana peduli lagi sama Yevn sejak ada kak Aisyah. Pacaran aja terus."
Kataku cemberut ke abang.
"Yeeeee,,,, anak kecil tau apa? bilang aja kalau kamu cemburu. Emang tawaran apa sih?"
Abangku terlihat sangat penasaran. Aku hanya diam tak memperdulikannya. Membiarkannya tetap bertanya tanya.
Aku sangat senang melihatnya begitu.
Ibuku hanya tersenyum melihat tingkahku.
Ayah hanya mengangkat bahu ketika abang mencoba mendapat jawaban dari ayah.
Dan,,,,kak Arfan diam tidak seperti biasa dan menatapku dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Aku sadar kak Arfan berubah sejak di meja makan. Tapi.....
"Dek, jangan bilang kalau kamu....." Kata kata abang membuyar fikiranku tentang perubahan sikap kak Arfan.
"Apa?" Tanyaku sambil melihat ke abang.
",,,,kalau kamu di lamar sama orang."
Semua tertawa mendengar ucapan abang, kecuali kak Arfan, yang menatapku mencari jawaban atas ucapan bang Vhen.
"Kalau iya? kenapa?" Ucapku ngasal, membuat bang Vhen semakin kesal. Kak Arfan terlihat kaget.
"Sudah sudah." ibuku melerai.
"Yevna di tawari kerja sama,,, siapa namanya? si Safri, bagian protokoler."
Jelas ibu, "gimana Yevn ceritanya." Sambung ibu.
"Iya, pak Safri kemarin nelfon, dia nawari ajak Yevna kerja bagian protokoler. Katanya pak Safri, orang orang di kantor udah discuss. Awalnya itu pak Andris Wasono, camat yang lama, sekarang dia kabid Humas Kabupaten. Pak Andris itu bahasnya sama pak Safri lalu di bawa ke rapat usul Yevna kerja disana."
Jelasku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
fiilma
Semangat kk meskipun jadwalnya parar Tetep harus semangat
2021-05-12
2
🌹S RosEMarY 🌹🕌
Waahhh... Kak Arfan pasti berpikir yg tdk2
2021-04-28
0
🍆Rania||JFF🐊Rh's😎
lanjut yevn
2021-03-17
0