"Hm." Ibuku masih tetap melakukan kegiatannya.
"Aku sayang mamah, aku sayang ayah. Aku sangat sayang." Ucapku menatap wajah sayu, wajah yang sudah mulai keriput.
"Mah, Yevn terima tawaran mengajarnya."
Mamah menghentikan kegiatannya. Menatapku dan tersenyum manis. Senyuman yang membuatku tidak bisa menebak pendapat ibuku setelah mendengar keputusanku.
Yang jelas aku melihat wajah ibuku semakin cantik. Aku tau ibuku sangat senang dengan keputusanku. Tapi ada satu hal yang tertahan dari balik senyuman itu. Apa?
"Mamah senang, karena ini impian ayahmu." Ibuku menatapku lekat.
"Kau tau nak, mamah ini sangat sayang padamu, ayah? jangan kau tanyakan. Sayangnya tak kurang seperti mamah." Aku memeluk lengan ibuku.
"Tentang tawaran kemarin, memang kami sangat menginginkan kamu menjadi guru. Terutama ayahmu. Kau sudah tau alasannya. Tapi keputusan tetap di tanganmu. Mamah dan ayah mendukung apapun keputusanmu. Jadi jangan pikirkan kami."
Ibuku memelukku, rasanya sangat nyaman, hangat dan penuh dengan kasih sayang. Di sinilah tempat ternyaman yang tak akan ku temukan di tempat lain, pelukan seorang ibu.
"Sekarang, pergilah mandi, mamah akan menyiapkan ini semua, sebentar lagi ayahmu akan turun."
Aku mengangguk, lalu meninggalkan mamah menuju kamar.
Orang tuaku sangat ingin aku menjadi seorang guru, terutama ayah. Ayah juga berharap anak anak nya meneruskan mempertahankan yayasan sekolah yang sudah di bangun puluhan tahun silam. Yayasan yang di bangun dengan jerih payahnya.
Memperjuangkan guru guru yang yang sebelumnya terhenti dari mengajar di sekolah lain, karena lokasi yang jauh, gaji yang minim. Memperjuangkan nasib anak anak yang putus sekolah karena tidak punya biaya. Ayah ku ingin anak anak nya melanjutkan perjuangan nya.
Tidak hanya di situ, di rumah juga ayah menerima murid mengaji untuk semua kalangan. Murid ayah sangat banyak. Saat aku masih SD aku juga ikut bantu mengajar. Sehabis mengaji aku buka les, aku mengajar adek adek yang kesulitan belajar, teman temanku juga.
Sejak SD aku selalu jadi juara kelas, angka 1 selalu tertulis di rangking rapor.
Aku selalu melihat senyum ayah dan ibuku. Aku termotivasi dengan itu.
Aah,, mengingatnya saja membuatku sesak. Menulis ini membuatku sudah banjir, dan berkali kali berhenti menulis.
***
Di meja makan hanya hanya ada aku, ayah, mamah dan abangku. Kakak perempuanku tidak tinggal sama kami lagi. Hanya sekali sekali saja pulang. Dia menjadi seorang guru di kota lain, tinggal bersama kakak angkat nya.
Semua sibuk dengan piring makan masing masing. Ku ambil kesempatan menatap mereka satu persatu sambil terus menikmati sarapanku.
Selesai sarapan, aku menatap ayah, kemudian ku tatap ibu yang ternyata sedang melihatku. Ibu tersenyum dan mengangguk. Ku paling wajahku ke ayah lagi.
"Ayah, apa ayah sayang Yevn?"
Ah, pertanyaan bodoh itu selalu jadi awal kalimat ku. Ibuku cekikikan mendengar pertanyaanku. Abangku juga ikut ketawa.
"Iya, sayang, ayah sayang semua anak anak ayah."
Ayah meminum air yang sudah di tuang ibu ke dalam gelas.
" Yah, Yevn terima tawaran mengajarnya."
"hmm.... benarkah?" ayah terlihat senang.
Aku mengangguk. Dari sudut mataku, terlihat abang yang sedang menatapku, tapi ku abaikan.
"Apa kamu terpaksa nak?" Ayah menatapku lekat, dari wajahnya ku tau ayah mencoba menebak nebak, dan menunggu jawabanku.
"Tidak ayah, Yevn tidak terpaksa. Yevn pikir apa salah nya Yevn mencoba, sekalian nyari pengalaman, Yevn juga bisa belajar lagi bicara di depan orang banyak."
Di bawah meja tangan abang Vhen meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
fiilma
kk yevn beruntung bgt sih pny ortu yg pengertian,penyayang
2021-05-12
2
🌹S RosEMarY 🌹🕌
suka 👍🏻👍🏻❤️❤️
2021-04-25
0
@༺👑💗ηïκεη pthš tεαm💗👑༻
senengnya punya ortu kayak ortu nya si yevn🤗
2021-03-20
0