Kevin membelai rambut panjang Elena.
"El... apa kamu siap?"
Elena tersentak kaget. "Hem... siap apa?"
Kevin tersenyum tanganya sudah membelai lembut pipi Elena. "Kamu pasti mengerti!"
Apa Kevin ingin minta haknya sebagai suami, batin Elena.
Elena mencengkram ujung bajunya agar tidak gugup. "A-aku tidak mengerti apa maksudmu?"
Elena terbata-bata bicara pada Kevin. "Kev... aku tidur duluan."
Elena beranjak dari sofa menuju ranjang tempat tidur. Kevin mengikuti Elena membaringkan tubuhnya di samping Elena.
"Elena," panggil Kevin. Dengan suara lembut.
"Apa Kev?" sahut El gugup.
Kevin membalikkan tubuh Elena agar menghadap dirinya. Tangan Kevin sudah melingkar di perut El. Tubuh El bergetar dan juga takut. Kevin yang merasa tubuh El bergetar mencoba menenangkannya.
Kevin membelai lembut pipi, hidung dan juga bibir El. "Apa... kau takut, El?"
El mengangguk matanya terpejam tidak ingin memandang wajah Kevin yang jaraknya sangat dekat dari wajahnya. Napas Kevin bahkan bisa dirasakanya.
Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah El. Hidungnya yang mancung sudah menyusuri pipi El. Bibir Kevin mulai menyentuh pipi, hidung serta tangannya tetap membelai wajah El.
"Buka matamu El, jangan takut," ujar Kevin.
Elena perlahan membuka mata. Di lihatnya wajah Kevin yang sangat dekat bahkan hidung Kevin berada di pipinya.
"El... bolehkah?"
Kevin menatap El napasnya memburu.
bagaimana ini, di tolak dosa tapi aku hanya ingin melakukanya dengan pria yang kucintai, batin Elena.
Elena gugup keningnya berkeringat. "Kev... aku belum siap."
Kevin memberi kecupan-kecupan kecil di wajah El. "Kamu... tahukan jika menolak suami itu dosa."
"A-aku tahu, ta-tapi!"
Elena terbata-bata.
Kevin menutup bibir El dengan telunjuknya. "Shuttt... aku tidak terima penolakan."
"Nikmati saja El... aku akan melakukannya dengan lembut."
Kevin memberi kecupan di bibir merah El.
"Apa... ini yang pertama kalinya untukmu?" tanya Kevin yang sudah di atas tubuh El.
Elena mengangguk. "Iya... !"
Kevin tersenyum lalu mel**at bibir El. Tangannya melepas satu persatu kancing piyama yang El kenakan. Kevin semakin bergairah melihat keindahan di depan matanya. Kevin menurunkan bibirnya ke leher jenjang El memberikan tanda-tanda cinta.
"Hiks... hiks... hiks... stop Kev."
Elena menangis dirinya benar-benar takut dan juga belum siap.
Kevin masih menyusuri leher jenjang El. Tangannya sudah mer**a dan mere**s d*da El.
Elena semakin terisak saat tangan Kevin menyentuh da*anya. "please... Kevin jangan."
Kevin menghentikan kegiatannya. Di tatapnya wajah Elena yang penuh airmata. Kevin bangkit dari atas tubuh Elena. Menyugarkan rambutnya lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Kevin mendesah. "Hah...."
Kevin beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Dia perlu mandi air dingin untuk menenangkan nafsunya yang sedang bergelora.
Kevin memutar kran shower, membiarkan air dingin mengguyur seluruh tubuhnya. "Si*l... kenapa gak bisa tahan sih," gumamnya.
Elena merapikan piyamanya yang tadi sudah di buka Kevin. Dia lega karna Kevin tidak melakukannya tapi dia juga takut jika Kevin akan marah. Elena menatap pintu kamar mandi yang masih belum terbuka. Setelah ini dia akan bicara pada Kevin.
Kevin keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian. Kevin melempar sembarangan handuk kecil yang habis dipakainya untuk mengeringkan rambut.
Kevin kesal lantaran El menolak dirinya. Meskipun Kevin tidak mencintai El maupun sebaliknya Elena tidak mencintainya. Tapi mereka suami istri sudah menjadi hak bagi Kevin untuk meminta Elena melayani hasratnya.
Elena berusaha untuk bicara kepada Kevin meskipun saat ini wajah Kevin terlihat tidak mengenakan. "Kev... maaf telah membuatmu kecewa."
Kevin berbaring membelakangi El. "Sudahlah... El, kita tidur saja," ujar Kevin ketus.
Elena terisak sebagai seorang istri dirinya merasa berdosa menolak suami sendiri. mendengar Elena yang terisak Kevin berbalik menatap El.
Kevin melingkarkan tangannya di perut El.
"Maaf El... tidak seharusnya aku memaksamu."
Elena menggeleng. "Tidak Kev... aku berdosa telah menolak suamiku sendiri."
Kevin mencium kening El. "Meskipun tidak ada cinta di antara kita berdua, tapi aku berharap kamu tahu akan peranmu sebagai istri."
Elena mengangguk. "Iya... aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan selalu patuh terhadap dirimu."
Kevin tersenyum lalu mendekap tubuh Elena ke dalam dada bidangnya. "Sekarang kita tidur besok kita harus sekolah."
Elena membalas senyuman Kevin. "Iya... ayo tidur!"
********
Jam menunjukan pukul 4 pagi. Elena bangun dari tidurnya, tubuhnya terasa berat karna tangan Kevin masih berada di atas perutnya.
Elena memindahkan tangan Kevin secara perlahan dari atas perutnya. Elena beranjak ke kamar mandi mengambil wudhu untuk sholat.
Setelah selesai Elena menyiapkan pakaian sekolah untuknya dan juga Kevin.
Elena beranjak menuju dapur untuk membuat sarapan. Elena melihat isi kulkas yang ada hanya telur, tomato dan roti saja.
"Hah... isi kulkas Kevin kosong, hanya ada telur dan roti. Buat sandwich sama omelete saja deh," guman Elena.
Elena mulai memaksa semua. setelah selesai Elena menata masakanya di meja makan tak lupa dengan segelas susu. Elena kembali ke kamar untuk membangunkan Kevin.
El mengguncang pelan tubuh Kevin. "Kev... bangun sudah jam 6 pagi nanti kita terlambat ke sekolah."
"Hmm... iya," sahut Kevin.
"Aku... tunggu di meja makan, kita sarapan bersama," ujar El.
Kevin bangun dari tidurnya lalu menuju kamar mandi dan Elena berlalu menuju ruang makan. Elena duduk di kursi makan memainkan ponsel seraya menunggu Kevin.
Tak lama Kevin datang dengan pakaian sekolah dan tas ransel di bahunya.
"Kevin... kamu mau sarapan apa?"
"Maaf... hanya ini saja yang bisa aku masak, karna bahan di kulkas sudah pada kosong," ujar El.
"Ini... sudah lebih dari cukup. Aku tidak pilih-pilih makanan," ujar Kevin.
Seraya menyuapkan sandwich dan omelet kedalam mulutnya.
Kevin mengeluarkan dompetnya dari balik saku. Kevin menyerahkan uang tunai juga kartu kepada Elena. "El... ini uang dan kartu untukmu. Pakailah untuk keperluanmu dan juga untuk kebutuhan kita sehari-hari."
El mengambil kartu dan juga uang tunai itu.
"Terima kasih Kev," ucapnya.
"Jangan... berterima kasih, itu sudah kewajibanku," tukasnya.
Kevin terlihat ragu untuk bicara. "Hem... El, kamu bisa berangkat sendiri kan ke sekolah?"
El mengerti akan pertanyaan Kevin. Pastinya mereka harus menyembunyikan status mereka berdua dari teman sekolahnya.
"Jangan khawatir Kevin, aku akan merahasiakan status kita berdua."
"El... aku harap kita sama seperti sebelumnya di sekolah maupun di luar. Anggap kita tidak akrab di sekolah dan tidak kenal jika di luar.
Jika di dalam rumah saja kita suami dan istri."
Jlebbbb
Ada rasa sakit di hati Elena saat Kevin mengatakan jika mereka tidak saling kenal di luar.
Elena tersenyum getir. "Baiklah jangan risau, aku tahu apa yang kau maksud."
"Kevin... bisakah, aku kembali bekerja di cafe?"
"Lakukan... apa pun yang ingin kau lakukan El, aku tidak akan melarang."
"Makasih Kev... !"
Kevin memperhatikan penampilan Elena saat ini, di tatapnya bola mata Elena.
"El... kenapa warna bola matamu berubah?"
Deg
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
ga cinta tp pengen making love.egois kau kev
2023-01-12
2
Mbah Gindhoez
bilangnya ga cinta, tapi mau mantap2nya😠
2022-08-23
0
Ilah Alfiah
ya gak apa2 di luar pura2 gak kenal dan gak akrab dan apabila ada cowok yang deketin elena gak usah larang2 juga ya toh di juga masih sama cewek nya kan plis deh jangan egois dan cuma bisa ngekang
2022-07-07
0