Elena ragu-ragu menghampiri Kevin yang duduk di sofa bermain ponsel. El pergi ke dapur membuatkan Kevin minuman dingin. Hari ini rencananya El akan minta izin untuk ke Villa Dean bareng Bela.
Elena ragu untuk bicara jujur mengenai keinginan dirinya untuk ke Villa. El membawa minuman dingin itu kepada Kevin.
"Kevin... ini aku bawakan minuman dingin untukmu," ujar El.
Kevin masih asik dengan ponsel di tangannya. Kevin mengambil minuman lalu menyeruputnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. Kevin tertawa kadang juga tersenyum menatap ponsel.
El hanya melihat saja apa yang di lakukan Kevin. Ingin rasanya Elena marah pada Kevin tapi dirinya tidak berani. Kevin akan menyakiti dirinya jika El berani membantah atau pun protes.
Elena berdehem agar Kevin berhenti dari aktifitas bermain ponsel. "Ehem... !"
Kevin seolah tahu arti El yang berdehem. "Ada apa?"
Tanpa menoleh Kevin bertanya pada El. "Kamu ingin apa?"
Elena sedikit ragu ingin minta izin tapi sebelum El bicara Kevin sudah bicara terlebih dahulu. "Besok aku akan pergi bersama Amel, kamu dirumah saja."
"Kemana?" tanya El.
Kevin menghentikan bermain ponsel lalu beralih menatap El. "Kita mau liburan sehari."
El sedikit senang mendengar hal itu. "Itu artinya kamu nginap?"
Kening Kevin berkerut. "Iya... besok kita berangkat dan besoknya lagi pulang."
El sedikit gugup ingin mengutarakan niatnya. "Aku... boleh main sama Bela gak?"
"Kemana?" tanya Kevin.
"Aku mau pergi ikut Bela ke rumah bibinya," ujar El.
Kevin menatap selidik pada El. "Kamu... gak bohong, kan?"
"Aku sangat benci jika ada orang yang membohongiku."
El menelan salivanya kasar. "Kev... sebenarnya sesudah ke tempat bibi Bela, aku mau ke Villa Dean."
Kevin melihat El datar. "Boleh... pergi saja."
Elena menatap Kevin tidak percaya jika dia di ijinkan untuk pergi bareng para sahabatnya. "Kamu beneran, izinkan aku untuk pergi?"
Kevin mengangguk. "Beneran... pergi saja, bersenang-senang lah selagi kalian bisa bersama."
Elena tersenyum bahagia. "Makasih Kev."
Tunggu kejutan untukmu Elena, batin Kevin.
Kevin tersenyum smirk melihat senyum kebahagian Elena. "Kemarilah sayang," ucap Kevin.
Kevin menepuk sofa di sampingnya, El beranjak bangkit lalu duduk di samping Kevin.
Kevin membelai rambut panjang El yang terurai lalu beralih membelai pipi El.
Elena gugup akan perlakuan Kevin. "Ada apa Kev?"
Kevin tersenyum manis. "Bisakah... kamu tidak kaku seperti ini El?"
"Aku suamimu, jangan takut padaku."
Kevin meraih tengkuk El, lalu mendaratkan ciuman lembut tepat di bibir ranum itu. El hanya diam tidak membalas.
"Balas aku El, buka bibirmu," ucap Kevin lembut.
El mengangguk lalu membalas ciuman Kevin. Mereka saling bercumbu mesra, saat Kevin ingin melanjutkan hal lebih jauh lagi dering ponsel miliknya berdering.
Kevin berdecak kesal karna kegiatannya di ganggu. Amel menelpon Kevin agar pria itu menemui dirinya. El diam saja Kevin akan pergi menemui Amel dan meninggalkan dirinya.
Kevin hendak meraih kunci mobil tapi suara El menghentikannya.
"Bisakah kau tidak pergi Kev?"
Entah keberanian dari mana El bisa bicara seperti itu.
Kevin menatap El. "Kita akan teruskan kegiatan tadi nanti malam."
El mulai berkaca-kaca akan perkataan Kevin. Dia bukan butuh tubuh Kevin saja tapi juga cinta dan kasih sayang dari Kevin. "Kev... tidak bisakah kamu putuskan Amel?"
"Kamu sudah beristri," lirih El.
Kevin menatap tajam Elena, berani sekali El mencoba mengatur dirinya. "Kau memang istriku, tapi aku mencintai Amel. Aku sudah pernah bilang bukan, jika aku akan memperlakukan dirimu selayaknya istri tapi tidak untuk cinta."
Airmata El menetes. "Tapi Kev... wanita mana yang sanggup jika suaminya punya wanita lain."
Kevin menatap kesal El. "Elena... kau harusnya berterima kasih padaku. Aku sudah memenuhi kewajibanku sebagai suami untukmu. Apalagi yang kau minta huh?"
"Jadi kamu merasa terpaksa Kev, kamu bisa melepasku," ujar El.
Kevin berkacak pinggang. "Jangan memancing amarahku El. Apa yang harus aku katakan pada mama dan mendiang ibu. Sudahlah jangan membahas ini lagi, kau membuat moodku jadi rusak."
Kevin meraih kunci mobil lalu melangkah keluar meninggalkan apartemen. Elena terisak begini kah nasibnya di usia muda menikah tapi tidak di cintai suaminya sendiri.
Kevin mencengkram erat setir kemudi. Amarahnya sempat tersulut akan kata-kata El. "Enak saja kau ingin di lepaskan, El. Kau hanya milikku, milik seorang Kevin."
******
Kevin, Amel, Dean, Raka dan Natalia berangkat menuju villa milik Dean yang ada di bogor.
Sedangkan El masih di rumah Bela karna rencananya setelah dari rumah Bibi Bela, El baru akan ke Villa.
"Bel... kamu sudah siap, kita berangkat saja sekarang. Habis dari rumah Bibi kamu, kita langsung ke Villa," ujar El.
"Kayaknya kita langsung ke villa aja deh El. Bibi... aku pergi keluar kota juga, barusan tadi dia telepon," ucap Bela.
"Boleh juga... Tapi, kita nanti singgah dulu ke tempat wisata yang ada di bogor," ujar El. Dengan semangat.
Bela mengangguk. "Boleh... terserah kamu saja."
El dan Bela berangkat menuju villa Dean dengan Bela yang menyetir mobil Elena. Tapi sebelumnya mereka singgah di tempat pariwisata yang dekat dengan villa milik Dean.
Kevin dan kawan-kawan sudah sampai di Villa. Mereka semua masuk dengan membawa tas masing-masing. Villa milik Dean dekat dengan kebun teh dan juga terdapat danau yang indah.
Mereka berkeliling melihat area sekitar Villa yang mewah.
"Keren banget Villa loe, De." ~ Natalia.
"Wow... ada hiasan di meja dan tepi kolam ini." ~ Amel.
"Ini yang hias Elena, waktu kita liburan kenaikan kelas 3 SMP." ~ Raka.
"Cantik banget kan, sama seperti orangnya." ~ Dean.
Kevin mengeram dalam hati mendengar Dean yang memuji El.
"Dean, di mana kamar kita, capek nih." ~ Kevin.
"Pilih saja sendiri, terserah mau di mana. Asalkan jangan di kamar yang di atas sebelah kanan." ~ Dean.
"Memangnya kenapa?" ~ Amel.
"Itu kamar milik Elena." ~ Dean.
"Ck... apa istimewanya sih, kamar El dengan kamar kita." ~ Natalia.
"Elena... sangat suka view yang langsung menghadap danau dan perkebunan teh." ~ Dean.
"Sudah... jangan pada berantem hanya masalah kamar." ~ Kevin.
Mereka semua memilih kamar masing-masing dan beristirahat kecuali Dean dan Raka. Dean mempersiapkan bahan-bahan untuk acara mereka nanti malam dan suatu kejutan untuk gadisnya Elena.
Dean menghias taman dengan lampu kerlap kerlip. Tidak lupa dengan bunga tulip putih kesukaan Elena.
Kevin pergi melihat Dean dan Raka yang sibuk menghias taman dengan lampu dan bunga. Kevin penasaran untuk apa mereka mendekorasi taman menjadi indah seperti ini.
"Kalian buat apa, menghias taman ini?" tanya Kevin.
Dean menghampiri Kevin setelah selesai mengerjakan tugasnya. "Ini buat Elena... hari ini, El ulang tahun yang ke 18," ujar Dean.
Kevin tersentak, sebagai suami dia bahkan tidak tahu akan hari jadi istrinya. Sedangkan Dean sudah mempersiapkan kejutan sedemikian rupa untuk Elena.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Surya Ningsih
egois bangettt si Kepin 😡😡😡😡
2024-07-07
0
Zamie Assyakur
kena mental kevin....
2023-01-12
0
Waty Saogo
vc
2022-09-04
0