Elena masuk kedalam kamar Kevin yang sekarang sudah menjadi kamarnya juga. Elena menyusun semua barang yang telah di bawanya. Baju serta buku pelajaran di susun rapi di samping barang-barang Kevin.
Setelah semua beres Elena beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
15 Menit Elena telah selesai, Elena mengedarkan pandangan ke arah meja kecil samping tempat tidur. Elena melihat ada foto Kevin bersama teman sekolahnya. Elena juga mengenal mereka yang ada di foto itu termasuk foto gadis cantik yang ada di samping foto Kevin dan temannya.
Elena mendesah. "Hah... apa pernikahanku akan bahagia, jika Kevin menyukai wanita lain?" guman Elena.
Semua siswa di sekolahnya juga tahu jika Kevin menyukai gadis yang mendapat predikat bunga sekolah itu. Kevin bahkan sudah dekat dengan gadis itu sejak pertama masuk SMA.
Entah bagaimana kisah antara mereka Elena sendiri tidak tahu. Elena tidak dekat dengan Kevin bahkan sangat jarang bicara, mereka berdua hanya sebatas teman sekelas saja.
Elena merebahkan dirinya di atas ranjang tempat tidur. Tidak menunggu lama dirinya sudah terlelap.
Kevin tiba di apartemen setelah mengantar mamanya ke rumah. Kevin menenteng kantong plastik yang berisi makanan untuknya dan Elena.
Kevin melihat seisi ruangan tapi Elena tidak tampak. "El... kamu di mana?"
"Koq sepi, di mana Elena," gumamnya.
Kevin menuju ke kamar dan dilihatnya ternyata Elena tertidur. Kevin mendekati Elena dan duduk di tepi ranjang." Ternyata tidur, pantes gak nyahut aku panggil."
Kevin menatap wajah El yang tertidur itu. "Kamu cantik El, gak nyangka kita bakal nikah," gumamnya.
Kevin membangunkan Elena untuk mengajaknya makan malam. "El... bangun kita makan dulu."
Elena mengeliat. "Sebentar lagi bu, El masih ngantuk."
Kevin tersenyum pasti Elena merasa kalau dirinya masih bersama ibunya pikir Kevin.
Kevin menguncang pelan tubuh El. "Ini... aku Kevin, El. Ayo bangun, kita makan malam," ujar Kevin.
Elena mengerjap membuka perlahan matanya. "Kevin... kenapa kau disini?"
Kevin berdecak. "Kamu lupa, kita sudah menikah?"
Elena menyengir kuda. "Maaf... aku lupa!"
Kevin mengusap kepala El. "Lupakan... ayo bangun kita makan bersama."
Elena mengikuti langkah kaki Kevin menuju ruang makan. Kevin mengambil sendok dan juga piring untuk mereka berdua. Elena membuka kantong berisi makanan lalu meletakannya ke piring Kevin dan juga dirinya, tak lupa air putih untuk Kevin.
Mereka berdua makan dalam hening. Selepas makan malam Kevin beranjak ke ruang tamu sedangkan Elena membereskan meja makan.
Elena menyusul Kevin ke ruang tamu dengan membawa teh.
Elena menaruh teh di atas meja tamu. El memperhatikan Kevin yang sedang asyik bermain ponsel. "Ehem... Kev, ini teh silakan diminum."
Kevin mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Iya... makasih, taruh saja disitu."
Setelah mengatakan terima kasih. Kevin bermain ponsel lagi. Elena melihat raut wajah Kevin tersenyum kadang juga tertawa kecil.
Elena hanya diam saja, dia tahu pasti Kevin chatting bersama temannya.
Elena mengeluarkan ponsel didalam sakunya. Ada banyak chat dan juga telpon dari teman sekolah dan teman kerjanya di cafe. Elena lupa untuk mengabari pada temannya jika saat ini dirinya tengah berduka.
Elena tidak membalas pesan yang temannya kirimkan biarlah nanti saja dia akan cerita jika sudah bertemu. Elena beranjak pergi ke kamar duluan tanpa pamitan pada Kevin. Pria itu sedang asyik bermain ponsel tanpa peduli jika Elena berada di sampingnya.
Elena masuk kamar tidur, sebelum tidur Elena membereskan buku untuknya pergi sekolah besok. El pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian tidur dan gosok gigi.
Elena membuka pintu kamar mandi ternyata Kevin sudah duduk di atas ranjang tempat tidur.
Kevin melihat Elena yang keluar dari kamar mandi tersenyum. "El... kamu jangan tidur dulu, aku ingin bicara setelah mandi," ucap Kevin.
Elena mengangguk. "Baiklah... akan Aku tunggu."
Kevin mengambil handuk kemudian beranjak ke kamar mandi. Elena membuka lemari untuk menyiapkan pakaian ganti untuk Kevin.
Kevin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Elena yang melihat Kevin keluar dengan handuk melilit mengalihkan pandangannya. Wajah El sudah merah karna malu melihat roti sobek Kevin. Bagaimana pun baru kali ini dirinya melihat pria bertelanjang dada secara langsung.
Kevin tersenyum melihat baju yang sudah disiapkan oleh El lalu segera memakainya.
Kevin duduk di samping Elena di sofa. Kevin menatap El sedangkan yang di tatap hanya menunduk. El masih malu dan sedikit canggung berdua dengan Kevin.
Kevin menarik nafas lalu mengembuskannya perlahan sebelum bicara. "Elena... !"
Elena mendongkak. "Hemmm...."
Kevin terlihat gugup untuk bicara. "Begini El... sekarang kita sudah menikah, kamu adalah istriku dan aku adalah suamimu. Sebagai suami aku akan menjalankan peranku. Bertanggung jawab atas seluruh hidupmu dan aku berharap dirimu juga bisa menjalankan peran sebagai seorang istri."
Elena tersenyum lalu mengangguk."Iya Kev... InsyaAllah, aku akan menjalankan peranku sebagai istrimu."
Kevin menggengam tangan Elena. "Tapi El... aku hanya bisa menjagamu saja, memberi apa yang seharusnya menjadi hak kamu sebagai istri. Aku minta maaf padamu, aku tidak bisa memberimu cinta."
Jlebb
Hati Elena bagai tertusuk duri, perih tapi tidak berdarah. Kevin berjanji akan memberinya hak sebagai istri tapi tidak dengan hatinya. Elena sudah menduga ini dari awal. Tidak mungkin bagi Kevin berpaling dari gadis yang di cintainya.
Elena tersenyum getir. "Aku paham Kevin... !"
Kevin juga tidak tega mengatakan ini semua pada El. Tapi dirinya juga tidak bisa berbohong, kalau hanya ada nama satu gadis saja yang ada di hatinya bukan hanya untuk saat ini tapi untuk selamanya. Kevin sudah jatuh cinta kepada gadisnya itu sejak pertama kali masuk SMA.
Kevin membelai rambut panjang El yang terurai. Se-sekali tangan itu mengelus pipi El yang mulus. "Maaf El... kamu pasti tahu aku hanya mencintai dia, tidak ada yang bisa menggantikan dirinya di hatiku."
Elena meraih tangan Kevin yang membelai wajahnya, lalu di genggamnya tangan Kevin seolah-olah memberikan Kevin ketenangan agar tidak merasa bersalah.
"Jangan minta maaf Kev, akulah yang seharusnya minta maaf. Kalau bukan karna aku, kamu tidak akan terjebak di pernikahan ini," ujar El.
Kevin menggeleng. "Tidak El... bukan salah dirimu ataupun siapapun. Aku menerima pernikahan ini, sungguh aku akan menjagamu sesuai janjiku pada mendiang ibu."
"Kevin... kapanpun, aku siap jika kamu ingin melepaskanku. Aku tidak ingin kau merasa terbebani dengan pernikahan ini."
Kevin menutup bibir El dengan telunjuknya. "Shuttt... jangan berkata seperti itu, sampai kapanpun kau tidak akan aku lepaskan. Aku akan selalu ada untukmu."
"Terima kasih Kevin," ucap Elena.
Biarlah waktu yang akan menjawab bagaimana akhir dari pernikahan ini, batin Elena.
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
pipi gemoy
hadir Thor
2024-04-18
0
Zamie Assyakur
pernikahan dini...
2023-01-12
0
Liani Oktaviani
anak sma ngomongna dewasa bgt ya..
2022-12-07
0