EPS 20

Setelah selesai shalat maghrib, dan makan malam, kini Alvan, dan Rafa tengah menjalankan motornya menuju sebuah kafe. Mereka sudah janjian dengan Vano, juga Naqa.

Beberapa menit kemudian, Alvan dan Rafa sampai di kafe tsb. Kafe yang biasa menjadi tempat tongkrongan anak remaja itu tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Tempatnya nyaman membuat semua pengunjung yang datang ingin kembali lagi.

Alvan dan Rafa pun berjalan memasuki kafe. Alvan dan Rafa melihat lambaian tangan Vano mengintrupsi agar mendekat, yang langsung Alvan, dan Rafa jalankan.

"Lama amat sih lo berdua! Lumutan nih gue nunggu" gerutu Vano sambil memanyunkan bibirnya, sok imut.

"Sorry" jawab Alvan, dan Rafa kompak. Kemudian Alvan dan Rafa duduk berhadapan.

"Naqa belum dateng, no?" tanya Rafa.

"Udah, tapi lagi ke toilet" jawab Vano.

Rafa mengangguk anggukan kepalanya, sabil berkata, "Oooh"

Tak lama, Naqa pun datang. Alvan memanggil pelayan kafe, mereka memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan. Setelah makanan dan minuman datang, pelayan itu kembali ketempatnya.

Vano meneguk es kopi susu yang ia pesan. Ia menaruh gelas berisi es kopi susu itu yang barusan ia minum. Kemudian beralih menatap Alvan.

"Yang dateng ke rumah lo waktu sore tadi siapa?" tanya Vano kepada Alvan.

"Nah iya, itu ya Allah gue lupa. Gue mau curhat ke kalian. Kalian mau ngedengerin? Kalau boleh kasih saran juga" Vano, Naqa, Rafa mengangguk kompak, sambil menatap Alvan dengan serius.

"Jadi, sore tadi itu yang pencet bel ternyata papa gue. Yang mengejutkan adalah, papa bawa satu perempuan sama satu anak kecil. Ya... di situ gue langsung marah, terus lebih milih ke rumah Rafa ketimbang di rumah" jelas Alvan panjang lebar.

"Lo tau nggak mereka siapa?" tanya Naqa.

Alvan menggeleng. "Enggak, gue aja baru kali ini liat dia" kata Alvan, "oo iya gue lupa, jam delapan gue di suruh ke ruang kerja papa di rumah. Katanya sih papa mau ngejelasin dia siapa. Semoga aja yang gue takutin nggak terjadi"

Mereka mengobrol sambil sesekali makan atau minum.

"Lo kebanyakan makan micin ya, Van?" tanya Rafa. Membuat Alvan langsung menatapnya, meminta penjelasan.

"Lo kan orangnya pelupa, siapa tau penyebabnya karena kebanyakan makan micin. Ya nggak, No?"

"Iya, Raf. Van, lo jangan kebanyakan makan micin lah, biar nggak pelupa" kata Vano.

'Kenapa sekarang jadi ngomongin gue yang kebanyakan makan micin? Sok tau banget sih Vano sama Rafa. Orang gue makan aja secukupnya'

"Dengerin tuh, Van. Perkataan Vano" ujar Rafa.

Naqa menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. "Lah, kenapa malah sekarang ngomongin Alvan sama micin?" tanya Naqa heran.

'Naqa panutan ku'

"Tau tuh, naq. Lagi ngomongin bokap malah ujung ujungnya si micin yang di omongin" sahut Alvan dengan tampang menyebalkan menurut Vano dan Rafa.

Ting!

Suara nontifikasi pesan dari ponsel membuat ke empatnya menatap satu sama lain.

"Hp sapa tu?!" seru Alvan.

"Bukan HP gue" jawab Naqa.

"Bukan juga HP gue" sahut Vano.

"Ooh, berarti HP gue" Rafa mengeluarkan ponselnya yang tadinya berada di jaketnya. Mungkin karena di taruh di saku jaket, jadi getarannya tidak terasa...

Rafa membuka pesan itu, membacanya, dan langsung menunjukannya di depan Alvan.

Alvan

Rafa, tolong sampaikan kepada Alvan, di suruh papanya sekarang pulang! Tidak ada bantahan jika nanti tidak mau di hukum.

by: Papanya Alvan.

Alvan membaca pesan itu dengan teliti. Kemudian beralih melihat jam di tangannya.

HP Alvan tertinggal di kamar, jadi papanya menggunakannya untuk mengirim pesan.

'Udah jam setengah delapan ternyata'

"Gue balik dulu deh. Entar kalo gue udah tau siapa tu perempuan sama anaknya, gue kasih tau kalian" ujar Alvan.

"Iya, van. Jangan lupa ya" kata Rafa.

"Tiati, Van" kata Vano.

Alvan bernjak berdiri.

"Semoga kenyataannya nggak menyakitkan. Lo jangan berbuat yang aneh aneh ya semisal kemungkinan yang lo takutin itu ternyata bener"

Alvan menatap lekat Naqa. "Lo jangan nakut nakutin dong, naq. Makasih gaes, gue pulang dulu papay"

Kemudian Alvan pun berjalan menjauh. Meninggalkan ke tiga sahabatnya yang kini kembali mengobrol.

•••

Alvan berdoa di dalam hati. Matanya menatap takut pintu rumah yang belasan tahun ia tinggali.

Dengan anggukan yakin, Alvan melangkah berjalan mendekat ke pintu rumahnya.

Ia membuka pintu itu bersamaan dengan perkataan salam yang keluar dari mulutnya. "Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" papanya menyahut dari ruang keluarga.

Alvan menutup pintunya kembali dan berjalan menuju ruang keluarga.

Papa Alvan menatap Alvan, kemudian ia beranjak berdiri. "Ikuti papa!"

Alvan mengikuti papanya berjalan di belakang papanya, yang ia yakini pasti tempat tujuannya adalah ruang kerja papanya. Ruang yang sudah sangat lama Alvan tidak datangi.

Ditempat lain...

"Vano kemana sih? Suka banget keluar rumah" gerutu Kayla sambil berjalan mondar mandir seperti setrika.

Kayla menatap ponselnya. "Gue telfon aja deh" putus Kayla. Kemudian Kayla langsung saja menelfon Vano.

"............."

"Pulang sekarang!"

".............."

"Gue emang bukan istri lo, tapi sekarang gue tanggung jawab lo, Vanoo"

"............."

"Bibi pulang, gue sendirian di rumah. Gue takut noo, pliss pulang"

"............."

"Lo kok gitu sih! Oke deh, iya, gue nggak akan di kamar terus"

"............."

"Ih apaan sih! Vanoo. Udahlah, gue matiin bye"

Vano tersenyum setelah sambungan telfon di putus oleh secara sepihak oleh Kayla.

'Lucu banget sih Kayla. Gue godain lo ntar di rumah'

"Kenapa, no?. Siapa yang nelfon lo? Kok lo senyum senyum?" tanya Rafa, kepo.

Vano masih tersenyum, ia menoleh ke Rafa. "Istri gue yang telfon. Gue di tungguin istri di rumah. Gue balik ya, bye Rafa. Bye Naqa" Vano langsung berlenggang pergi, meninggalkan Rafa yang menatapnya heran, dan meninggalkan Naqa yang tengah geleng gelang kepala.

"Emang Vano punya istri, Naq? Nikah kapan?" tanya Rafa.

"Tanya aja sama orangnya langsung" jawab Naqa, acuh.

Rafa mendengus kesal. 'Demi sponsbob yang masih minum air walau tinggal di laut, gue sebel banget sama Naqa! Pengen gue ceburin aja ni anak biar ketemu sama keluarga bikini batom"

•••

1 jam 30 menit kemudian...

Alvan menangis di dalam kamarnya setelah tau kebenaran yang menyedihkan dari papanya. Kamar Alvan sudah berantakan seperti kapal pecah. Bahkan tangan tangannya berdarah akibat ia membogem kaca, membuat pecahan kaca berserakan di lantai.

Batin Alvan berteriak,

'KALIAN ITU NGANGGEP GUE APA SIH ANJ*NG! NGGAK USAH BIKIN GUE ADA KALO AKHIRNYA GINI! SEKOLAH TINGGI OTAK NGGAK DI PAKE!'

"Gue pengen mati" Alvan berdiri, ia menuju balkon kamarnya. Kamar Alvan ada di lantai dua ya. Alvan mendekat ke pagar pembatas balkon. Dan tangannya memegang pagar pembatas itu.

"Mungkin kalau gue mati... Kalian akan bahagia. Maaf kalau selama ini gue ngerepotin dan selalu bikin marah kalian"

B E R S A M B U N G

Like, Komen, dan Vote...

Yang berkenan, silahkan baca cerita ku yang lain :)

Episodes
1 EPS 1
2 EPS 2
3 EPS 3
4 EPS 4
5 EPS 5
6 EPS 6
7 EPS 7
8 EPS 8
9 EPS 9
10 EPS 10
11 EPS 11
12 EPS 12
13 EPS 13
14 EPS 14
15 EPS 15
16 EPS 16
17 EPS 17
18 EPS 18
19 EPS 19
20 EPS 20
21 EPS 21
22 EPS 22
23 EPS 23
24 EPS 24
25 EPS 25
26 EPS 26
27 EPS 27
28 EPS 28
29 EPS 29
30 EPS 30
31 EPS 31
32 32. Jawaban | DIVANO
33 33. Mal | DIVANO
34 34. Memilih Dress | DIVANO
35 35. Alvan & Riska | DIVANO
36 36. Kayla Pingsan | DIVANO
37 37. Kepulangan Naila | DIVANO
38 38. Dasar Perusak Keluarga Orang | DIVANO
39 39. Modus | DIVANO
40 40. Kayla Berbeda | DIVANO
41 41. Kotak Misterius | DIVANO
42 42. Surat Ancaman | DIVANO
43 43. Putus | DIVANO
44 44. Galau | DIVANO
45 45. Alasan | DIVANO
46 46. Alasan Yang Sesungguhnya | DIVANO
47 47. Jadi Cowo Pemaksa | DIVANO
48 48. Kejujuran Kayla | DIVANO
49 49. Cemburu? | DIVANO
50 50. Rencana Vano | DIVANO
51 51. Kecurigaan | DIVANO
52 52. Kelakuan Alvan dan Rafa | DIVANO
53 53. Tentang Lili | DIVANO
54 54. Kejadian Tak Terduga | DIVANO
55 55. Rencana Yang Gagal | DIVANO
56 56. Vano Galaknya Kumat | DIVANO
57 57. Demi Kayla | DIVANO
58 58. Topi Dan Surat Cinta Dari Susan | DIVANO
59 59. Tidak Sebaik Kelihatannya | DIVANO
60 60. Siapa Alka? | DIVANO
61 61. Drama Rafa | DIVANO
62 62. Ada Apa Dengan Vano? | DIVANO
63 63. Bentakan Vano | DIVANO
64 64. Menjauh | DIVANO
65 65. Pergi Sulit Bertahan Sakit | DIVANO
66 66. Berakhir? | DIVANO
67 67. Hai, Queennya Alka! | DIVANO
68 68. Alvan Patah Hati | DIVANO
69 69. Ending | DIVANO
Episodes

Updated 69 Episodes

1
EPS 1
2
EPS 2
3
EPS 3
4
EPS 4
5
EPS 5
6
EPS 6
7
EPS 7
8
EPS 8
9
EPS 9
10
EPS 10
11
EPS 11
12
EPS 12
13
EPS 13
14
EPS 14
15
EPS 15
16
EPS 16
17
EPS 17
18
EPS 18
19
EPS 19
20
EPS 20
21
EPS 21
22
EPS 22
23
EPS 23
24
EPS 24
25
EPS 25
26
EPS 26
27
EPS 27
28
EPS 28
29
EPS 29
30
EPS 30
31
EPS 31
32
32. Jawaban | DIVANO
33
33. Mal | DIVANO
34
34. Memilih Dress | DIVANO
35
35. Alvan & Riska | DIVANO
36
36. Kayla Pingsan | DIVANO
37
37. Kepulangan Naila | DIVANO
38
38. Dasar Perusak Keluarga Orang | DIVANO
39
39. Modus | DIVANO
40
40. Kayla Berbeda | DIVANO
41
41. Kotak Misterius | DIVANO
42
42. Surat Ancaman | DIVANO
43
43. Putus | DIVANO
44
44. Galau | DIVANO
45
45. Alasan | DIVANO
46
46. Alasan Yang Sesungguhnya | DIVANO
47
47. Jadi Cowo Pemaksa | DIVANO
48
48. Kejujuran Kayla | DIVANO
49
49. Cemburu? | DIVANO
50
50. Rencana Vano | DIVANO
51
51. Kecurigaan | DIVANO
52
52. Kelakuan Alvan dan Rafa | DIVANO
53
53. Tentang Lili | DIVANO
54
54. Kejadian Tak Terduga | DIVANO
55
55. Rencana Yang Gagal | DIVANO
56
56. Vano Galaknya Kumat | DIVANO
57
57. Demi Kayla | DIVANO
58
58. Topi Dan Surat Cinta Dari Susan | DIVANO
59
59. Tidak Sebaik Kelihatannya | DIVANO
60
60. Siapa Alka? | DIVANO
61
61. Drama Rafa | DIVANO
62
62. Ada Apa Dengan Vano? | DIVANO
63
63. Bentakan Vano | DIVANO
64
64. Menjauh | DIVANO
65
65. Pergi Sulit Bertahan Sakit | DIVANO
66
66. Berakhir? | DIVANO
67
67. Hai, Queennya Alka! | DIVANO
68
68. Alvan Patah Hati | DIVANO
69
69. Ending | DIVANO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!