Vano memutuskan untuk kembali ke rumah Naqa. Ia menaiki motornya, dan menjalankannya menuju rumah Naqa.
'Nyebelin banget si Kayla! Nggak ngehargain jerit payah gue yang malu pake banget beli pembalut. Awas aja nanti, gue nggak akan pulang'
'Gue batin tadi berasa udah jadi suaminya... Mama juga sih, masa anak sendiri nggak boleh pulang, dan harus tinggal sama Kayla yang jelas-jelas nggak suka akan keberadaan gue. Nggakpapa deh, itung-itung latihan jadi suami hehe.'
Setelah sampai, Vano turun, berjalan sebentar, dan membuka pintu rumah Naqa. "ASSALAMUALAIKUM" teriak Vano sambil masuk ke dalam rumah.
"WAALAIKUMSALAM" sahut sahabat-sahabatnya dari kamar Naqa.
Vano langsung berjalan menuju keberadaan sahabat-sahabatnya, dan tak lupa sudah menutup pintu.
"Halo gaes" sapa Vano sambil menatap Alvan, Naqa, dan Rafa
"Ngapain lo balik lagi?" tanya Alvan.
"Lagi sebel gue. Mending di sini aja." jawab Vano, kemudian duduk di samping Rafa.
"Sebel kenapa? Sama siapa?" tanya Rafa kepo.
"Sama kaaa kepo lo" Hampir saja Vano keceplosan.
"Lo mah gitu. Sukanya bilang kepo lo, ditanya kepo lo kayak monyetnya dora. Giliran lo tanya gue nggak jawab, bilangnya lita ini sahabat, jangan sungkan cerita. Bulshit" Sindir Rafa.
'Iya juga sih. Tapi...'
"Oke, gue bakal cerita," kata Vano, "Kalian inget nggak, saat gue bilang, gue di suruh nemenin anaknya temen mama gue?"
"INGET" jawab Rafa, Alvan, dan Naqa kompak.
"Nah, anaknya temen mama gue itu Kayla"
"Kayla yang sekelas sama kita?" tanya Rafa yang diangguki oleh Vano.
"Yang cuek sama lo itu?" tanya Alvan memastikan.
"Iya itu. Jangan tanya lagi!" ujar Vano.
"Iya, iya" balas Rafa dan Alvan kompak. Sedangkan Naqa hanya melihat dan menyimak saja.
"Dia tadi nyuruh gue buat beli..." Vano menggantungkan perkataannya, membuat Rafa, Alvan, dan Naqa menatapnya dengan raut wajah penasaran.
'Bilang nggak yah...'
"Beli apa?" tanya Alvan greget.
"Pembalut" Rafa, Alvan, dan Naqa terbahak mendengarnya.
"Hahahahaha"
Vano menatap malas ketiga sahabatnya. "Kalian tau nggak. Gue kan belinya malu banget, banget, dan banget. Eh pulang pulang, dia malah nggak mau bilang makasih sama gue"
Rafa, Alvan, dan Naqa kembali tertawa.
"Ah udahlah. Kalian mah gitu, sahabat lagi sebel juga, malah di ketawain." eluh Vano, lalu membuka ponselnya.
"Uluh uluh, yang habis beliin pembalut buat ceweknya, kok ngambek." goda Alvan sambil menatap dan tersenyum ke arah Vano.
"Apa lo!" Vano menatap tajam ke Alvan.
"alo bertiga kapan pulangnya sih?!" tanya Naqa dengan nada kesal.
Vano, Alvan, dan Rafa menoleh bersamaan ke arah Naqa. "Lo ngusir?" tanya ketiganya kompak.
"Iya. Udah sana pulang! Kayak nggak punya rumah aja." ujar Naqa.
I like your eyes you look away when you pretend not to care ~~
Suara ponsel Vano berdering. Kemudian Vano segera membuka ponselnya.
"Siapa tuh?" tanya Rafa.
"Kayla" jawab Vano malas.
"Pasti disuruh pulang nih" tebak Alvan.
"Yoi" sahut Rafa.
"Halo"
"............."
"Gue nggak mau pulang ke rumah lo"
".............."
"Ya bodo amat, gue nggak perduli"
"..............."
"Gue nggak takut"
"................"
"Iya deh iya. Nganceman lo jadi cewek"
Sambungan telfon terputus, Kayla yang memutuskannya.
"Gue balik dulu" pamit Vano.
Alvan tersenyum. "Tuh kan bener tebakan gue"
"Yaudah sana! tiati, no" pesan Naqa.
"Iya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam".
Kemudian Vano beranjak berdiri dan melangkah berjalan keluar kamar Naqa.
•••
06.30
Vano dan Kayla temgah berada di meja makan, sedang sarapan.
Keadaan hening, tidak ada yang membuka pembicaraan.
Beberapa menit kemudian, keduanya selesai makan. "Gue cabut" kata Vano.
"Hm, Hati-hati di jalan" balas Kayla yang diangguki oleh Vano.
•••
Pagi ini ada kegiatan literasi khusus kelas 11 Mipa 3. Semua murid kelas di perintah oleh wali kelas untuk membaca buku di perpustakaan.
Hanya untuk 1 jam pelajaran, yang artinya 30 menit.
Vano sedang menatap Kayla sambil memegang buku di tangan kanannya. 'Kayla kenapa megangin perutnya terus ya? Samperin deh'
"Hai, kay. Sendiri aja?" Kayla mengangguk. Kayla duduk di bangku, memegang perutnya, dengan badan yang sedikit di bungkukan.
Karena ini perpustakaan, Vano dan Kayla berbicara dengan nada rendah.
"Lo kenapa? Sakit perut?" tanya Vano.
"Iya, no. Perut gue sakit nih, nyeri. Tapi biasa kok, ini karena lagi datang bulan" jawab Kayla.
"Ooh" balas Vano. Kemudian Vano duduk di samping Kayla. Kayla menoleh, "Ngapain lo duduk di sini?!"
"Ini tempat umum bagi semua murid SMA Trisakti, serah gue lah" Vano membuka buku yang ia bawa.
Kayla mendengus. "Iya, iya. Eh, lo liat Lili nggak?" tanya Kayla kepad Vano.
"Lo nanya ke gue?" Vano menunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah siapa lagi!" jawab Kayla.
'Cewek kalo datang bulan ngomongnya suka ngegas ya?'
"Lagi sama Rafa tadi gue lihat. Biarin aja" kata Vano.
"Bukanya Rafa itu playboy ya?" tanya Kayla memastikan.
Vano mengangguk. "Bisa di bilang gitu."
"Suruh temen lo itu jauhin Lili!" perintah Kayla.
"Iya nanti gue bilangin biar Rafa nggak deketin Lili." jawab Vano.
"Hm" yang hanya di balas deheman oleh Kayla.
Setelah itu mereka diam, tidak ada yang membuka pembicaraan. Vano bermain game di ponselnya, dan Kayla membaca buku novel.
***
"Vano. woy" bisik Kayla, kemudian melemparkan segumpal kertas ke arah Vano.
Dan tepat sasaran. Kertas itu mendarat di meja Vano. Vano memgambil kertas itu.
Saat ini sedang ada guru kiler yang mengajar, jadi semuanya diam, dan menyimak.
Nanti gue pulang sama lo, pak Jajang lagi ada urusan keluarga katanya.
From;
Kayla, perempuan tercantik di dunia:))
_Nggak usah mbatin.
Begitulah isi tulisan dari kertas yang Kayla lempar ke Vano. Vano tersenyum simpul membacanya. 'PD banget ni orang'
Vano menoleh ke belakang. "Iya nanti pulang bareng." kata Vano, kemudian langsung menghadap kebelakang lagi. Takut di marahi pak Prapto.
Masih ingatkan, kalo Kayla duduk di bangku belakang tempat Vano?
Beberapa menit kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid berdesak keluar kelas. Vano beranjak dari dudiknya, kemudian berbalik menghadap Kayla yang sedang membereskan buku dan alat tulisnya yang bersebaran di atas meja.
"Gue piket dulu sebentar, tadi pagi kelupaan. Lo nggakpapa kan kalo nunggu?" tanya Vano.
Kayla menatap Vano. "Nggakpapa kok, piket aja. Gue tungguin" jawab Kayla.
"Oke lah kalo begitu" Vano berjalan ke depan kelas, hendak mengambil penghapus papan tulis.
Setelah mengambilnya, Vano langsung menghapus semua tulisan yang ada di papan tulis.
Satu menit kemudian, Papan tulis sudah bersih, Vano menaruh penghapus papan tulis itu kembali ke tempat semula.
"Yuk pulang!" ujar Vano.
Kayla menatap Vano. "Udah selesai?" tanya Kayla kepada Vano.
"Udah dong, lo nggak liat ni papan tulis bersih berkilau gini?, nggak usah nyapu. Soalnya besok pasti ada yang nyapuin" kata Vano.
Kayla mengangguk paham. "Ayuk" kata Kayla sambil beranjak berdiri.
Kayla berjalan mendahului Vano. Belum samapi keluar kelas, "Kayla" panggil Vano tiba-tiba, Kayla langsung berbalik.
"Iya?" jawab Kayla.
"Lo bocor tuh" kata Vano memberitahu. Kayla langsung panik. "Hah! Yang bener, no?"
"Iya bener, liat aja" Kayla langsung mengecek, menatap ke arah belakang rok yang ia kenakan. Dan benar, ada bercak darah di sana.
'Yah bener. Gue nggak bawa ganti lagi. Gimana dong? Malu nih!!'
"Iya bener, no. Yah gimana dong? Gue nggak ada gantinya." eluh Kayla.
"Gue bawa jaket kok. Bentar," Vano membuka tasnya dan mencari jaket yang ia bawa.
Setelah dapat, Vano menyodorkan jaket itu ke arah Kayla. "Nih, pake!"
Kayla mengambil jaket tsb. "Beneran nggakpapa, no?"
"Nggakpapa, pake aja" jawab Vano.
Kayla memakai jaket itu di pinggangnya untuk menutupi. Kemudian tersenyum ke arah Vano. "Makasih Vano" kata Kayla.
"Sama-sama. Yuk langsung pulang" ajak Vano.
"Yuk!" jawab Kayla dengan semangat.
Kemudian Vano dan Kayla berjalan beriringan keluar kelas untuk pulang.
'Untung ada Vano'.
Jangan lupa LIKE...
Dan Rate ⭐ Lima okh😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments