Happy Reading💙
Vano, Alvan, dan Rafa mengintip di balik tembok. Kedua pasang mata mereka menatap lekat Naqa yang tengah berbicara dengan dua gadis.
"Nggak nyangka gue" bisik Rafa.
"Nggak nyangka kenapa?" tanya Alvan ikut berbisik.
"Si Naqa, manusia kulkas, bisa jadi ramah gitu ke cewek?! Langsung sama dua cewek lagih" jawab Rafa.
"Samperin kuy! Gangguin aja mereka" kata Vano yang membuat Alvan dan Rafa memgangguk.
"Hayuk atuh" kata Alvan dan Rafa kompak.
Kemudian Vano, Rafa, dan Alvan berjalan menuju ruang tamu rumah Naqa.
"Hai cewek cewek" sapa Rafa sambil tersenyum, dan dengan diakhiri kedipan mata genit. Kedua cewek itu menatap Rafa dan ikut tersenyum.
Sedangkan Naqa menepuk jidatnya. 'Dasar trio rusuh! Sukanya gangguin orang. Mirip kayak setan. Sejenis deh kayaknya'
"H - hai juga" balas salah satu cewek itu.
"Hai" balas cewek satunya lagi.
"Lagi ngapain nij?" tanya Vano alay.
"Yang ada gue yang nanya, ngapain kalian di sini?" tanya Naqa dengan wajah datarnya.
Vano, Alvan, dan Rafa saling lirik satu sama lain. Kemudian tersenyum secara bersamaan.
Vano berdehem, "Ehem, kayaknya ada yang keganggu. Yaudah kita di sini aja" kata Vano.
Membuat Naqa langsung menoleh. "Setan" umpat Naqa.
"Abang Naqa, jaga omongannya" kata Alvan meniru perkataan Naila, adik Naqa yang sekarang tengah berada di pesantren.
"Najis" kata Naqa.
"Em ya udah kak Naqa, itu aja yang kita tanyain. Kita mau pamit pulang" pamit cewek berambut sebahu.
"Wish, kakak Naqa" goda Rafa.
Naqa melirik sini Rafa. Kemudian menatap kedua gadis di hadapannya.
"Iya. Hati hati" kata Naqa.
"Kok cepet banget sih pulangnya?" tanya Rafa dengan nada suara yang menggelikan bagi ketiga sahabatnya.
"Iya kak. Udah malem soalnya"
"Oh yaudah deh. Hati hati di jalan" balas Rafa.
Setelah itu kedua gadis tsb pulang. Vano, Alvan, Rafa, dan Naqa masuk kembali ke dalam rumah.
"Ciee abang Naqa udah besar" goda Vano.
"Apaan sih!" balas Naqa.
"Jangan galak galak dong. Dedek kan jadi takut.." kata Alvan dengan nada suara seperti anak kecil.
"Udah deh, nggak usah banyak drama! Mereka itu temennya Naila. Mereka kesini ngira kalo Naila belum berangkat ke pesantren, terus malah nanya-nanya jadinya. Gitu aja." jelas Naqa.
Rafa menatap kesal Naqa. "Kok lo nggak ngasih tau gue kalo bebeb Naila pindah ke pesantren?!"
"Emang gue sengaja, biar lo jauh jauh dari adek gue" kata Naqa.
Rafa itu suka sama Naila, adiknya Naqa. Naila sih biasa aja. Di gombalin sama si Rafa juga nggak mempan. Dan Naqa nggak setuju kalo Naila deket sama Rafa, karena Rafa playboy.
"Tapi kan lo -"
"Gaes, gue cabut duluan" Vano memotong perkataan Rafa.
"Tumben. Masih jam segini lho, no. Emang kenapa? Ada apa?" tanya Alvan.
"Kepo lo kayak monyetnya dora. Udahlah bye" pamit Vano.
Vano langsung berlenggang pergi, tanpa menyahut panggilan dari Alvan, dan Rafa.
•••
Vano turun dari motornya ketika sampai di depan rumah Kayla. Ia pulang karena ingat, bahwa bibi hari ini tidak bisa menginap. Dan juga karena di chat Kayla.
Vano langsung membuka pintu, dan masuk ke dalam.
"KAYLAA" teriak Vano.
Tidak ada sahutan.
Tidak ada tanda tanda keberadaan Kayla.
Vano berdecak. "Nyuruh pulang, tapi orangnya nggak ada" gerutu vano.
'Apa gue langsung ke kamarnya aja ya?... Iya deh. Gue samperin lo sekarang'
Akhirnya Vano pergi menuju kamar Kayla.
Tok.. tok.. tok..
Suara pintu kamar Kayla yang Vano ketok.
"MASUK, NO!" teriak Kayla.
Sesuai perintah, Vano langsung masuk ke dalam kamar Kayla. Tapi ia tidak menemukan keberadaan Kayla.
"Vano" panggil Kayla dengan nada yang sedikit di keraskan karena takut Vano tidak bisa mendengar dengan jelas suaranya. Vano menatap pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar Kayla.
"Iya" jawab Vano.
"Bisa minta tolong nggak?" tanya Kayla.
"Lo keluar dulu napa sih! Dari tadi di dalem terus" ujar Vano.
"Ya maka dari itu gue minta tolong" balas Kayla.
"Minta tolong apa?" tanya Vano dengan nada malas.
"Tolong beliin pembalut dong" pinta Kayla yang membuat mata Vano langsung terbuka lebar.
"Apaan?! Ogah banget gue beli barang begituan" tolak Vano.
"Pliss, no. Gue minta tolong, kali ini aja ya.. pliss.." mohon Kayla.
Vano menggerucutkan bibirnya.
'Dih, gue di suruh beli roti jepang?! Apa kata orang yang ngeliat gue beli begituan entar. Masa cogan kayak gue di suruh beli pembalut!'
"Nggak ah! Nggak mau" tungkas Vano.
"Ih vanooo, masa gue harus di dalem kamar mandi terus sih! Lo yang bener aja. Sekali ini doang kok" kata Kayla.
'Tapi kasian juga sih. Tapi... ah udahlah, kasian kayla. Gue beliin aja'
"Oke, oke. Karena gue orangnya tampan, baik, dan suka menolong. Gue mau, di minimarket kan belinya?" tanya Vano memastikan.
"Iyaa, cepet sana! Entar gue chat merek apa sama yang ukuran berapa" ujar Kayla.
Vano mengangguk mengerti. "Yaudah gue cabut" pamit Vano
"Iyaa" jawab Kayla.
•••
Dengan langkah malas, Vano masuk ke dalam minimarket. Ia langsung mencari tempat di mana barang yang di pesan Kayla berada.
"Wih, banyak amat mereknya" kata Vano sambil menatap pembalut berbeda merek berjejer di sana.
Vano mengambil ponselnya dari saku, dan membuka Wa. Kayla sudah mengirimkan ciri ciri barang yang ia inginkan.
Vano melihat lihat di sekeliling. 'Kok jadi pusing sendiri? Ini juga ada ukurannya? Gue kira sama semua ukurannya'
Setelah mendapatkan barangnya, tanpa membuang waktu, Vano langsung pergi ke bagian kasir.
Vano memejamkan matanya sebentar. Ia sedang malu sekarang. Ada dua ibu ibu dan penjaga kasir perempuan. Ia pun menyembunyikan pembalut itu di balik punggungnya.
Setelah dua ibu itu pergi, saatnya dirinya.
Vano menaruh barang itu di atas meja. Penjaga kasir itu tersenyum. "Buat pacarnya ya mas?"
"Hm"
"Baik banget ya masnya, jarang lho ada cowok yang mau beliin beginian buat ceweknya"
Vano hanya memgangguk dan tersenyum kikuk.
Setelah membayar, Vano keluar dari minimarket. Ia bernafas lega, dan segera pulang.
•••
"WOY, gue malu banget nj*r beli ginian" ujar Vano ketika sudah berada di dalam kamar Kayla.
"Oh. Taruh di atas kasur! Terus lo langsung pergi aja sana!" perintah Kayla.
"Iya iya. Nggak ngucapin makasih?"
"Sama sama"
"Bukan gitu maksud gue. Lo bilang makasih gue yang bilang sama sama. Ulang! Coba bilang, makasih ya"
"Sama sama. Udah ah sono pergi! Cepet sana! Gue dah nunggu lama nih!"
'Ingin ku mengumpat'
"Iya kayla, yang nggak tau cara berterimakasih"
"Lo nggak iklas nolongin gue ya!"
'Sabar Vano...'
"Iya gue iklas, yaudah gue pergi bhay" Vano berlenggang pergi dengan perasaan sebal.
'Dasar cewek!'
Jangan lupa LIKE....
Dan RATE ⭐ 5 okh😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments