entah apa yang membuat jantung luna saat ini bertalu talu begitu kencang nya, bahkan terasa lebih kencang dari langkah nya yang dia bawa kedapur tempat dimana para wanita berkumpul, luna tersenyum canggung kala mendapati semua mata tertuju padanya,
"kenapa lari lari begitu lun? sampai wajah nya memerah???? " celetuk kakak ipar nya yang tengah mencuci peralatan dapur, luna tersenyum gugup kali ini,tak tau nak jawab apa.
" cie... cie..., pasti abis kepergok pak dosen ya di depan!!!! "
blushhhh, sudah bisa di pastikan kali ini pasti pipinya sudah semerah tomat, rasanya luna ingin menghilang saja saat ini kalau bisa seperti yg di lakukan jin nya aladin, sungguh ingin sekali dia mengutuk adik ipar nya itu menjadi orang kaya lantaran mulut nya yang tak ber filter, luna mulai mengerjap, terlihat semua orang yang disana ikut menyunggingkan senyum nya.
"naimah,kamu ini, "
tegur sang kakak ipar yang merasakan kecanggungan luna, sedang yang di tuju hanya cengengesan.
" oiya lun, ibu bisa minta tolong peraskan santan nya, soal nya ibu mau buat rendang nya dulu"
sang mertua selalu bisa memberi alternatif di setiap keadaan.
" bisa bu, "luna langsung saja bergerak melakukan perintah mertuanya itu, kini kesibukan begitu terasa di dapur itu.
" assalamu'alaikum " lengkingan salam itu membuat seisi dapur menoleh kearah suara seraya menjawab salam, terliat wanita seumuran sang ibu mertua nya tengah mendekati ibu mertuanya itu dan memeluknya yang tengah berkutat di depan kompor,
"mbak yu sama siapa kemari? " tanya bu hasna, ibu mertua luna.
" itu tadi di jemput reyhan"jawab perempuan yang tak lain adalah saudari ayah mertua luna itu.
" budhe, "sapa maimunah sambil mengulurkan tangan nya hendak menyalami,
" kamu sama siapa mai?" sahut budhe Ratih si kakak dari ayah nya,
" sama semuanya lah, cuma masih sibuk ngurusin anak nya masing-masing"
" maap budhe naimah gak bisa kesitu, ini goreng nya gk bisa ditinggal takut gosong" seru naimah yang memang bertugas menggoreng krupuk udang disana.
" assalamu'alaikum budhe...! " sapa luna dari sisi belakang sambil mengulurkan tangan nya, dia datang belakangan karna memang harus membasuh tangan nya terlebih dahulu dari sisa2 kelapa yang ia peras.
" uluh, uluh... ini dia calon pengantin nya!"cletuk sang budhe sambil mencubit gemas pipi mulus nya, lagi, luna tersenyum canggung,
" eh ini kenapa calon pengantin ikutan kedapur, pamali lo, " budhe Ratih mengingatkan,
" gapapa budhe, kayak perawan aja" timpal luna sekenanya,
" yang nama nya nikah itu, mau perawan, janda, duda atau apalah, tetep aja proses dan acaranya harus se sakral mungkin, gak ada itu pengecualian nya. " belum sempat luna menjawab apa apa, datang lah sang ayah mertua yang sedang ber telfon, semua nya diam sejenak, krn jika sang ayah sudah menapak kan kaki nya hingga kesini, itu artinya akan ada kabar atau perintah, hingga akhir nya obrolan telfon pun usai.
" bu, aku ingin ada yang menyiapkan satu kamar di lantai 1 untuk tamu besar kita, meski beliau nantinya tdk berkenan menginap, kan bisa sekedar untuk istirahat sejenak "
" ah ini kebetulan kamu aja lun yang beresin, kan kata budhe mu pamali klo masuk dapur,! "
titah sang ibu mertua menyanggupi perintah suaminya, setelah sang mertua melangkah keluar,luna pun mulai mengikuti, belum berapa langkah dia kembali berhenti.
" bu, ini kamar bawah kamar yang mana ya yang mau di beresin??? " tanya luna bingung, maimunah terlihat menahan senyum, sedang naimah masih menyimak blm begitu paham.
"ya kamar tamu nya luna,lantai bawah kan yg biasa dipergunakan untuk tamu ya cuma ada satu" cletuk budhe Ratih, luna menggaruk kepalanya meski tak gatal,
" lalu abi??? " lanjut nya bertanya dg meragu.
kini semua orang baru bisa menangkap apa yang membuat wanita itu meragu.
"oh jadi kamar tamu di tempati ja'far ya??? " goda budhe Ratih, kini luna mulai merutuki kebodohan nya, bahkan untuk memaksakan senyum saja rasanya sudah terlanjur malu.
"udah gak papa, kamu beresin aja, koper ja'far kamu pindah ke kamar ibu, " pinta sang mertua, dia tau jika ini bukan zona wanita itu, dia yang terbiasa sopan tk akan bisa di beri candaan seperti itu.
"ciye.. ciye.. yang mau masuk kamar calon imam"
blush,Luna tak jadi melangkah,dia kembali menyerah sambil mengerucutkan bibir nya.
"bu... " keluh nya manja,seakan meminta bantuan pada sang ibu mertua kalau dia ingin digantikan yang lain, sontak maimunah berinisiatif menegur ipar bungsunya, dia menaruh jari telunjuk nya didepan bibir, berharap naimah berhenti menggoda luna yang tak biasa diajak bercanda.
"sudah sudah, kamu lupa ucapan budhe mu tadi,
pamali calon pengantin ada di dapur, ayo sana, gk bakal sempet klo harus nungguin ibu,ini semua menu sudah harus siap sblm sholat jumat, "
luna pun menyerah, dia kembali melangkah menuju samping kanan ruang tengah, hingga sampai lah didepan pintu coklat kamar tamu, luna membeku, ketuk apa gimana ya??? pikir nya.
jari jari nya kini saling memilin, baru hendak meraih knop pintu, sang empu sudah terlebih dahulu muncul dari dalam, sejenak pandangan mereka bertemu, luna langsung saja menunduk,
"ada apa??? " suara itu terdengar datar, luna masih diam, dia menggigit bibir bawah nya, blm berucap apapun, lelaki di depan nya malah terlihat melipat kedua tangan nya seakan menunggu jawaban luna.
" luna disuruh ibu buat beresin kamar tamu, untuk menjamu tamu besar ayah yang nanti nya mungkin menginap, " akhir nya luna buka suara, ja'far tersenyum smirk, tapi perempuan itu terlihat masih menundukkan kepalanya,tentu ja'far begitu gemas melihat tingkah wanita didepan nya ini.
" lalu?? " sambung ja'far,
"lalu??? " balas luna tak kalah sengit, tak mengerti maksud ucapan nya tadi.
" lalu barang barang saya bagaimana aluna??? "
oh tuhan, entah kenapa otak nya mendadak loading, bukan kah tadi sang mertua sudah menjelaskan.
"ibu bilang, koper abi suruh pindah ke kamar ibu untuk sementara" sungguh rasanya begitu gemas melihat reaksi luna yang tetap menunduk,
ja'far pun kembali masuk tanpa penutup pintu, merasa lelaki didepan nya melakukan pergerakan luna memberanikan diri mengangkat pandangan nya, dia menghembuskan nafas nya berat, tak berselang lama terdengar koper di tarik, luna mulai menggeser tubuh nya memberi jalan,
ja'far pun melewati nya, setelah itu luna mulai masuk setelah dirasa ja'far sudah menjauh,
aroma maskulin begitu kental menyapa indra penciuman luna, terasa menenangkan berbaur dgn AC kamar yang masih menyala, luna mulai menyiapkan segalanya, mengganti bad cover juga handuk dan baht rob, setelah semuanya selesai baru saja luna hendak keluar namun ada sesuatu yang menarik perhatian nya, sebuah laptop yang tergeletak di atas nakas, dia ragu untuk mengambil nya atau membiarkan nya, tapi bukan kah kamar ini hendak di gunakan orang lain,akhir nya luna putus kan untuk membawanya keluar , baru juga luna keluar dan menutup pintunya luna sdh harus di kaget kan seseorang yang kebetulan lewat di depan kamar.
"kamu?? " tanda tanya dari reyhan menggantung di udara, luna kembali gugup, reyhan memang terkesan kasar dan dingin untuk ukuran adik ipar pada kakak ipar nya, mungkin karna reyhan merasa lebih tua dari nya juga, dan luna pun dulu memang adik kelas nya
" hmm... itu, tadi saya habis beresin kamar tamu karna mau di pakai, " entah mengapa dia merasa tatapan reyhan seakan ingin menguliti nya,
terdengar derap langkah mendekat membuat luna dan reyhan sontak menoleh kearah yang sama.
" aluna, itu laptop saya? " belum selesai keterkejutan nya, sdh datang lagi seseorang yang mungkin saat ini paling ingin dia hindari, luna blm juga menyadari, dia hanya mengerutkan dahi nya.
"hmm" suara reyhan, dia menggerakkan dagunya menunjuk pada sesuatu yang luna peluk di dadanya, mata luna mulai mengikuti gerak dagu reyhan, " ASTAGHFIRULLAH "
luna terjingkat baru dan menyadari segalanya, reyhan menggeleng geleng, " saya.... " detak jantung nya terlalu mendominasi hingga dia tak mampu lagi meneruskan ucapan nya.
"terimakasih... " luna yang belum bisa mengumpulkan seluruh kesadaran nya, tapi sudah di dahului gerakan cepat ja'far yang meraih laptop yang luna pegang.
" oh... apa apaan ini? dengan mudah nya dia tersenyum sebegitu manis nya di saat jantung luna masih berdegup begitu kencang, reyhan pun angkat kaki mengikuti kakak nya sambil merangkul nya dari samping.
" cara abi menyebut nama nya terdengar begitu manis, " goda reyhan pada sang kakak yang masih bisa didengar oleh luna yang masih mematung menatap kedua bersaudara itu, entah apa lagi yang mereka bicarakan, luna hanya mendengar kedua nya cekikikan disana, luna menghembuskan napas nya dalam sblm akhir nya membawa langkah nya pergi dr sana.
luna memutuskan kembali ke kamar nya saja, diya cukup merasa tak percaya diri untuk bertemu orang banyak, apalagi jika harus menerima candaan dari keluarga suaminya, dia merebahkan tubuh nya di ranjang dg kaki menggantung ke lantai, dia tatap langit2 kamar itu, mencoba kembali merangkai kejadian2 tak terduga dlm hidup nya beberapa hari ini, ragu tentu saja dia rasakan, tp tentu dia tk bisa berkutik disini, semua alasan yang mereka paparkan, jelas demi kebaikan nya dan si kembar, pasrah dan tawakkal hanya itu yang bisa luna lakukan.
tinggal beberapa jam lagi, bahkan luna tak bisa sekedar berangan- angan akan berlangsung seperti apa nantinya, upaya ke dua mertuanya begitu rapi membuat nya tak perlu ikut campur dalam acara sakral ini, baru saja dia menenangkan pikiran nya sambil memejamkan mata sudah terdengar ketukan pintu, dengan segera dia melangkah untuk membukanya.
"ada tamu neng, katanya nyari neng? "
ucap sang ART, "siapa ya bik? cewek apa cowok?"
tanya luna,
" cewek neng, saya kurang tau juga sih siapa, saya permisi dulu ya"
"yasudah, makasih ya bik"
segera luna menuju ruang depan, dan ternyata benar ada wanita yang membawa sebuah kotak kecil ditangan nya.
" assalamu'alaikum, ada yang bisa saya bantu??"
sapa luna pada wanita yg sdh menunggunya itu.
" ini dengan mbak luna? "
" iya, kebetulan saya sendiri! "luna semakin di buat penasaran,
" saya dari henna art, datang memenuhi panggilan atas nama mbak luna" jawaban itu sungguh membuat luna syok,
HENNA ART???
apa apa an ini? sungguh ini seperti lelucon garing baginya.
" tapi saya tidak pernah merasa ingin memakai jasa anda, mungkin anda salah orang?"
luna masih mencoba meluruskan,
"tapi job ini sesuai dg nama dan alamat ini mba, disini acara pernikahan nya setelah sholat jumat kan? bahkan tagihan juga sdh di bayar di muka"
hah sungguh, siapa yang membuat lelucon seperti ini, batin luna,
"boleh saya lihat mutasi pembayaran job ini" pinta luna.
"sebentar, ya...! " sejenak wanita di depan nya mulai mengutak atik gawai nya.
"ada siapa lun? " tanya maimunah yg sdh berasa di belakang nya,
"ini lo kak, ada yang ngundang henna art, atas nama luna, gk ada kerjaan banget kan, " luna terlihat mulai jengkel,
"ini mbak pembayaran tertera dari ATM BCA atas nama ja'far shodiq " rasanya bagai tersambar petir disiang bolong, maimunah disamping nya malah tersenyum diatas syok nya seorang luna.
" sudah taukan siapa yang ingin liat kamu pakai henna, !!??" bisik maimunah lirih,
" ingat !!! menyenangkan suami itu pahala lo,kamu tentu tau itu kan"
bisik maimunah sblm akhir nya meninggalkan luna disana, skak mat, sekali lagi luna hanya bisa pasrah dan menurut,
" oh...jadi yang mau nikah mbak nya yang cantik ini ya,??? " seloroh si pelukis henna, tak tau saja dia bahwa calon pengantin nya yang cantik jelita ini sedang ingin memuntahkan lahar panas dari dalam dadanya, akibat calon mempelai pria yang sdh melakukan sesuatu semaunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
jafar gercap bangeet ya ,pingin lihat luna yg cantik
2025-02-09
1