"Lu masih nginep di rumah mertua, Sal?", tanya Widya sambil membawa beberapa baju ditangannya.
"Iya, tapi nanti aku mau cek dulu ke apartemen. Katanya udah beres, lu mau ikutan?"
"Beneran boleh?"
"Ya bolehlah, Wid. Kalo nginep baru ga boleh, karena kamarnya cuma 1 doang hahahaha..."
"Lagian kenapa lu ga minta pindah ke tempat yang lebih gede sih, Sal? Atau beli rumah aja gitu"
"Mas Adit sih udah nawarin, Wid. Cuma guenya yang ga mau, cuma tinggal berdua, mas Adit juga sering balik malem, kalo gede-gede takut gue"
"Hahahaha... ya minta ART sekalianlah, jeng. Biar ada yang nemenin"
"Itu mah besok aja kalo udah ada anak hahahahaha..."
"Ehhh... udah ada tanda-tanda hamil lu?", tanya Widya penasaran sembari berjalan menuju kasir.
"Belum, ini aja aku lagi mens"
"Puasa dong suami lu hahahahaha..."
"Iyalah, ga boleh juga kali", jawab Salma sambil mencubit lengan Widya.
Ponsel Widya berdering ditengah pembicaraan mereka.
"Duuhh Sal, sorry banget gue ga jadi nemenin lu ke apartemen. Ini mama minta dijemput di rumah om Rudi, mobil papa mogok soalnya", ucap Widya sembari melakukan pembayaran di kasir.
"Yaudah gapapa Wid, lain waktu kan juga bisa"
"Trus lu mau langsung balik atau gimana?"
"Gue mau jalan-jalan dulu disini, mau lihat-lihat perabot. Kali aja ada yang nyantol hehehehe"
"Sorry banget ya, Sal. Gue yang ngajakin pergi tapi gue tinggal balik duluan"
"Gapapa, kasian mama juga kan kalo kelamaan nunggu"
"Yaudah gue duluan ya. Hati-hati lu, jangan keluyuran mulu. Inget suami hahahaha"
Salma dan Widya berpisah di depan department store tempat Widya membeli baju. Salma menaiki eskalator untuk menuju tenant yang menjual berbagai macam perabot rumah tangga.
"Salma!", panggil Michelle yang melihat Salma sedang berjalan di sebuah toko.
"Yaelah ketemu dia lagi!", gumam Salma dalam hati.
"Kamu sendirian aja? Lagi cari apa?", tanya Michelle dengan senyum lebarnya.
"Ini mau ke inf*rma kak, liat perabot"
"Heemmm... yang pengantin baru masih aja demen bebenah rumah ya. Udah makan siang belum? Yuk, kita makan bareng! Aku yang traktir, OK?"
Salma tersenyum kaku, dia benar-benar bingung menjawab ajakan Michelle.
"Ayolah, aku telpon Adit deh ya biar dia sekalian kesini", Michelle menekan layar ponselnya dan menempelkan ponsel itu ditelinganya.
"Ga usah galak gitu deh, Dit. Kamu dimana?"
"........."
"Itu dijalan deket mall sini. Aku lagi sama Salma, kita mau makan siang. Kamu nyusul kesini ya, nanti kita kabarin lokasinya kalo kita udah nemu tempat yang cocok. OK?", kata Michelle sembari menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.
"Adit akan nyusul kesini, kita cari tempat makan dulu yuk!", sambung Michelle sambil menggandeng tangan Salma.
Kedua berkeliling mall untuk mencari restoran yang sesuai dengan keinginan mereka.
"Kamu pengen makan apaan, Sal?", tanya Michelle sambil melihat tenant disekelilingnya.
"Hmm... kalo itu aja gimana, kak?", jawab Salma sambil menunjuk sebuah restoran Jepang all you can eat.
"Kamu seriusan bisa makan sebanyak itu, Sal?"
"Kalo aku sih bisa kak, cuma... kak Michelle gimana? Atau... kita cari tempat yang lain aja kak?"
"It's OK, Sal. Aku akan makan sebanyak yang aku bisa aja, kamu tahu sendiri kan kalo aku harus menjaga berat badanku", jawab Michelle sambil menarik tangan Salma memasuki restoran itu.
"Mas Adit udah dideket sini, kak. Mungkin sebentar lagi akan datang", ucap Salma saat mereka akan duduk di meja mereka.
"Ok, kita bisa mulai makan nanti aja pas Adit udah sampai"
Salma mengangguk. "Kalo gitu aku ambil pudding dulu, kakak mau?"
"Hmm... boleh. Ayo kita ambil sama-sama"
Setelah mengambil pudding dan buah, Salma kembali duduk di meja. Tak berapa lama, Salma melihat Adit yang baru saja memasuki restoran. Salma melambaikan tangannya dan tersenyum manis menyambut Adit.
Adit berjalan mendekati Salma, mengecup kening Salma dan duduk disebelahnya.
"Ya Tuhaaannn... ga usah mesra-mesraan di depan jomblo begitu, Dit", dengus Michelle kesal.
Adit tersenyum tipis. "Kenapa belum mulai makan?", tanya Adit menatap Salma.
"Kita... nungguin mas Adit", jawab Salma setelah menyuap pudding.
"Yaudah, ayo mulai makan", ucap Adit sambil mulai memanggang daging diatas *grill ****.
"Emang kamu bisa makan kayak gini, Chelle?", tanya Adit sambil tetap fokus memanggang daging.
Michelle terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Enggaklah, aku mau kesini karena Salma"
"Tapi kan aku tadi udah bilang bisa cari restoran lain yang kakak mau", jawab Salma dengan suara manjanya.
"It's Okay, Sal. Aku bisa makan, tapi ga akan banyak"
Adit tersenyum dan mengelus rambut istrinya. "Makan yang banyak, biar gendutan"
Salma mengangguk dan menyumpit daging yang telah dipanggang Adit.
"Sumpah lu ya, Dit. Sengaja banget lu mesra-mesraan didepan gue"
Adit tersenyum sinis. "Makan juga nih dagingnya, kalian tinggal makan aja biar aku yang panggangin. Shabu-shabunya juga tuh dihabisin"
"Gue makan ini aja, lu panggangin dagingnya buat Salma aja", ucap Michelle sambil menyendok shabu-shabu.
"Kak Michelle bakal lama disini?"
"Enggak, paling lama sebulan. Kenapa?"
"Gapapa kak, cuma tanya aja"
"Nanti bisa kan kita hangout lagi? Gapapa kan Dit?"
Adit menggelengkan kepalanya sambil mengunyah. "Jangan ajakin Salma keluar tanpa gue. Gue udah pernah bilang itu ke Salma"
"Lu jahat banget, Dit. Emang salah gue apaan? Gue kan cuma pengen ngajakin Salma jalan, iya kan Sal?"
Salma tersenyum dengan kaku. Tangannya masih saja sibuk menyumpit makanan.
"Gue ga mau lu cerita aneh-aneh ke Salma, apalagi soal yang dulu-dulu", tegas Adit.
Salma menoleh menatap Adit. "Kenapa mas Adit ngomong gitu langsung ke Michelle? Apa yang lagi mereka sembunyiin?", gumam Salma dalam hati.
"Mau cerita apaan sih, Dit? Gue juga ga tau cerita apa yang harus gue ceritain ke Salma, kita pacaran aja jarang. Tiap ketemu rutinitasnya juga gitu-gitu doang, makan, nonton, makan, nonton terus. Justru Salma tuh yang punya banyak cerita tentang lu", sindir Michelle sambil menahan tawanya.
"Oh! Kirain ada sesuatu", ceplos Salma seketika mendengar jawaban Michelle.
Michelle tergelak mendengar respon Salma. Sementara Adit menatap Salma dengan pandangan bingung. Mungkinkah sebelumnya Salma cemburu?
"Aku kira ada sesuatu yang ditutupin dariku soal hubungan kalian dulu. Sesuatu yang sangat rahasia sampai aku pun ga boleh tau, ga taunya mas Adit emang kaku gitu ya orangnya", Salma tertawa sambil menatap suaminya.
Michelle mengangguk. "Makanya ketika gue denger dari Ryan kalo Adit lagi prewed, trus Adit terlihat nervous, bahkan malam sebelum akad dia sampai ga bisa tidur dan sebagainya, aku sempet ga percaya. Itu kayak bukan Adit yang aku kenal"
"Dia emang dingin, Sal. Kita sebenarnya emang bener-bener ga cocok untuk barengan karena sama-sama keras sifatnya, aku ga masalah dia cuekin aku. Karena aku pun jauh lebih nyuekin dia, makanya aku nolak lamaran dia terus. Aku ga mau kalo pas nikah nanti yang ada kita terus-terusan berantem. Pacaran sama Adit bisa diitung jari mesranya, Sal. Gue bener-bener salut sama lu sampai bisa ngerubah Adit kayak gini", sambung Michelle.
Adit menggelengkan kepalanya, dia benar-benar pasrah sedang digunjingkan oleh dua wanita yang tengah makan bersamanya. Pertemuan yang antara Salma dan Michelle yang selama ini ditakuti oleh Adit, akhirnya terjadi juga. Sebenarnya bukan karena takut Salma akan cemburu, tapi takut Michelle menceritakan segala keburukannya saat berpacaran dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Risma Agustien
Authorrr nyaaa kereeeenn👍👍👍
2020-07-21
3
Halimah Nst
suka ma alurnya thor..
2020-05-02
5