Tak berapa lama, Adit menyusul Salma ke ruang ganti saat Salma sudah selesai di make up. Saat pegawai studio telah keluar ruangan, barulah Salma berani berbicara pada Adit yang duduk disofa sambil membaca majalah.
"Emang harus banget ya kita foto-foto kayak gini? Enggak pake foto gapapa kan, toh nanti pas nikah juga foto-fotonya banyak"
Adit menutup majalahnya dan menatap Salma. "Kamu pikir aku seneng gitu? Ini juga kemauan orangtua, seperti kamu bilang, ya kita bisa apa. Udahlah, lakuin aja," jawab Adit seraya bangun dari duduknya.
"Oiya satu lagi, sampai sekarang aku belum pernah denger kamu manggil namaku. Aku kan bakal jadi suamimu, dan aku lebih tua dari kamu. Itu enggak sopan loh! Mulai sekarang panggil aja 'Mas', ya itung-itung itu panggilan sayang. Biar nanti kamu enggakkebingungan pas di depan orang-orang, terutama di depan oerangtua kita."
Salma mendengus kesal. "Mas? Hahh... 'Mas' kok panggilan sayang. Ya itu karena lu lebih tua kali dari gue," gumam Salma dalam hati sambil mengikuti langkah Adit.
🎎🎎🎎🎎🎎
Setelah sesi foto yang cukup lama, akhirnya mereka selesai juga. Photoshoot dilakukan di dalam studio dan rooftop gedung studio itu. Salma segera berganti pakaian dan menghampiri Adit dan Ryan yang sedang melihat-lihat hasil fotonya.
"Kalian baru foto gini doang aja tegang banget, gimana kalo nanti malam pertama hahahahaha...," goda Ryan sembari melihat hasil fotonya.
"Jangan lupa cukuran bro, emang lu mau Salma jadi kegelian karena brewok lu itu?" Sambung Ryan.
"Nikah juga masih bulan depan, ribet amat sih lu!" Ketus Adit.
"Lu sejak ditinggal Michelle jadi gitu amat, bro. Dulu selalu tampil bersih, sekarang sering banget brewokan. Enggak ada yg ngurusin ya? Hahahaha...."
"Diem lu ah, ntar kalo gue udah nikah juga enggak brewokan lagi"
"Ehhh tapi kalo Salma demen sama brewok lu gimana? Siapa tau brewok lu bikin Salma makin enak-enak gimana gitu bro hahahaha...," canda Ryan.
Salma merasa tidak nyaman dengan obrolan dua pria itu. Adit memperhatikan wajah Salma yang terlihat sedang kesal dengan obrolan Ryan itu.
"Nih foto bagus banget, bro. Salma keliatan cantik banget sumpah! Ya dia emang udah cantik sih, tapi ini beneran banget gue suka."
Salma dan Adit segera melongok ke arah layar laptop secara bersamaan.
(Foto-foto ini hanya ilustrasi ya, readers. Kurang lebihnya saya pengennya kayak gitu 😅)
"Yang ini juga bagus, bro!" seru Ryan. "Gue seneng lihat senyumnya Salma, meleleh gue bro sama calon istri lu," canda Ryan.
"Kampret lu!" Ketus Adit sambil menoyor kepala Ryan.
"Yaudah, cetak dua-duanya yang gede. Nanti kirim ke rumah gue," ucap Adit sambil berbalik badan menghadap Salma.
"Aku ganti baju dulu", sambung Adit membuyarkan pandangan Salma yang masih tetap menatap hasil jepretan Ryan. Adit bergegas ke ruang ganti untuk mengganti bajunya.
"Ehh bro, enggak nambah cetak foto yang lain? Lu belum lihat hasil foto yang lain loh," teriak Ryan. Namun Adit hanya berlalu tanpa merespon Ryan.
"Yang dua tadi aja, Mas. Yang lain biar kita simpan aja," jawab Salma.
"Haduuhhhh... Salma, kamu yang sabar ya ngadepin Adit. Dia emang kayak gitu."
"Hehehehe... iya mas. Eeee... Mas, Salma boleh tanya sesuatu?"
"Tanya apa?"
"Soal... mantannya...."
"Mantannya Adit? Emang dia enggak pernah cerita ke kamu?"
Salma menggelengkan kepalanya.
"Dia dulu pacaran sama temen kuliahnya, seorang model. Tadi gue udah sebut kan, namanya Michele. Tapi dia lebih milih ngejar karirnya ke Amerika, lamaran Adit ditolak berulang kali sama dia. Tau sendiri kan ya, aset utama model kan tubuhnya. Dia takut nanti jadi gendut karena hamillah, ini, itu, banyak alasanlah. Makanya Adit sakit hati banget"
Salma hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Ehh... tapi ga usah sedih, kan akhirnya Adit nikah sama elu. Enggak ada yang bakal ganggu lagi. Lagian pinter banget Adit, selalu aja dapet cewek bening-bening. Ketambahan elu, masih muda lagi. Pesonanya gila bener tuh anak!"
"Eeee... Mas, boleh ngopy foto-fotonya kan ya?" Tanya Salma sambil menyodorkan flashdisk-nya.
"Boleh dong, sini gue copy-in."
Tak berapa lama, Adit selesai berganti baju.
"Udah selesai ngobrolnya? Ryan ga godain kamu kan?" Sindir Adit.
"Enggak, Mas. Aku... cuma ngopy foto-foto yang tadi."
"Yaelah bro, cemburuan aja sih lu bawaannya." Celetuk Ryan.
"Gue pulang dulu, ntar fotonya kirim ke rumah aja. Duitnya gue transfer ntar malam, thank you ya bro!" Ucap Adit sambil memeluk Ryan.
"Sama-sama, bro." Ryan melepaskan pelukannya. "Makasih ya, Sal. Gue beneran meleleh lihat foto-foto lu hahahaha...," sambung Ryan seraya mendekat kepada Salma seakan mau memeluknya.
Adit segera merangkul bahu Salma dan menarik badan Salma agar bergeser.
"Enggak usah peluk-peluk calon istri gue!" Ketus Adit.
"Hahahaha... bercanda, bro. Yaudah hati-hati di jalan ya. Sampai ketemu nanti pas hari H," ucap Ryan sambil melambaikan tangannya pada Adit dan Salma yang berjalan keluar studio.
"Mana kunci mobilmu?" Pinta Adit.
"Buat apa, mas?"
"Tinggal aja disini, nanti biar mobilmu diantar ke rumah sama pak Hendra. Kamu naik mobilku, kita makan dulu."
"Tapi mas...."
"Mamamu enggak akan marah, kan nanti aku anterin kamu balik. Udah sini cepetan, aku keburu laper."
"Tapi kan kita bisa bawa mobil sendiri-sendiri, Mas."
"Kamu itu harus belajar nurut sama aku mulai sekarang, nanti kalo enggak gitu jadi kebiasaan ngelawan mulu"
Salma segera merogoh tasnya dan mengambil kunci mobilnya dan Adit menitipkan kunci mobil itu pada pegawai Ryan. Setelah itu, Adit dan Salma bergegas menuju sebuah restoran untuk makan malam.
"Eeee... Mas, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Salma ragu.
"Habisin dulu makanmu, baru ngomong." Jawab Adit santai sembari menikmati makanannya.
Setelah beberapa saat, barulah keduanya saling berinteraksi.
"Mau tanya soal, apa?" Tanya Adit sambil menyenderkan punggungnya pada kursi.
"Soal... perjanjian kemarin itu...."
"Ohhh... kenapa? Kamu keberatan?"
Salma mengangguk. "Apa... enggak bisa kita... tidurnya pisah aja, Mas?"
Adit tersenyum. "Sal, apartemenku tuh kecil, cuma 1 kamar. Kalo tidurnya misah kamu mau tidur dimana?"
Salma hanya terdiam, masak iya dia yang harus mengalah tidur di sofa?
"Sal... gini aja deh, kita lakuin semuanya sebagaimana mestinya. Kita nikah juga sah dimata agama dan negara. Kita mau tidur bareng pun juga enggak dosa, kan kita suami istri. Meskipun kita nikahnya karena terpaksa, tapi enggak ada salahnya kan kita coba? Makanya aku kemarin bilang ke kamu kalo aku mau kamu ngejalanin peran sebagaimana istri itu seharusnya, aku pun juga akan gitu ke kamu. Kamu cukupin segala kebutuhanku, aku pun juga akan cukupi segala kebutuhanmu. Ngerti kan?"
"Iya, Mas", jawab Salma lirih.
"Aku udah hampir 30 tahun, Sal. Pacar juga enggak ada, belum juga ada tanda-tanda mau nikah. Itu alasan Mama buru-buru ngejodohin aku, udah enggak ada alasan lagi untukku nolak. Udah kita jalanin dulu aja, enggak usah banyak pikiran. Ini nikahnya beneran, ya ayo sama-sama kita berjuang untuk menerima satu sama lain. Enggak usah mikirin yang lainnya," jelas Adit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Sita Aryanti
weiis tumbes GK da surat perjanjian
2020-10-16
1
Sela Dwi
ganti visual donk thor
2020-10-12
1
ingrd
semoga mulutmu sejalan dengan sikapmu ya🤗😂
2020-07-27
1