Salma membaringkan tubuhnya disebelah Adit dan ikut menonton TV bersama. Suasana hening mendadak tercipta di ruangan itu, hanya terdengar suara dari program TV yang sedang mereka tonton.
"Sal, kamu udah ngantuk?"
"Eee... belum mas, kenapa?"
"Kita... bisa lakuin itu sekarang ga?"
Salma menoleh menatap Adit, suhu tubuhnya tiba-tiba menjadi panas dingin. Jantung serasa memompa darah lebih cepat dari seelumnya dan mungkin juga saat itu wajahnya telah berubah warna menjadi merah padam atau merah merona. Sementara bibirnya terasa sulit dibuka untuk memberikan jawaban kepada Adit.
"Kamu ga lagi halangan kan?", tanya Adit lagi.
Salma menggelengkan kepalanya. "Enggak, mas", jawabnya lirih.
Adit tersenyum dan membelai pipi Salma. "Kamu masih belum percaya sama aku?"
"Bu-bukan begitu mas maksudku, tapi..."
"Kamu takut?", tanya Adit seraya menggenggam tangan Salma yang dingin itu.
Salma mengangguk pelan.
"Aku pun juga sama takutnya, Sal. Nih!", ucap Adit yang kemudian meletakkan tangan Salma didadanya untuk merasakan detak jantungnya yang juga ga karuan itu.
"Aku ga akan cuma minta cium doang, Sal. Aku yakin ga bakalan bisa nahan itu semua malam ini", sambung Adit yang kemudian memposisikan diri mengungkung Salma dibawahnya.
Perkataan dan posisi Adit barusan sungguh membuat Salma menjadi lebih panas dingin, dia juga makin kesusahan menelan ludahnya. Adit menelusupkan satu lengannya pada leher Salma dan mulai menciumi istrinya itu dengan lembut. Tangan Salma yang refleks melingkar pada pinggang Adit, dan pelukannya itu semakin erat seakan menarik tubuh Adit untuk menempel padanya saat ciuman Adit menjadi lebih dalam.
Salma mulai dapat mengikuti permainan bibir Adit membuatnya semakin mudah bernafas dibanding dengan ciuman pertamanya kemarin. Keduanya pun memulai pemanasan itu dengan saling ******* bibir pasangannya. Ciuman Adit mulai menurun pada leher Salma, tangan Adit pun mulai bergerilya menelusup ke dalam kaos Salma. Tanpa Salma sadari, suara desahan keluar dari bibirnya seiring dengan pergerakan Adit yang begitu agresif.
Adit berhenti sejenak untuk melepas kaosnya, Salma semakin dibuat panas dingin melihat badan kekar Adit yang terpampang jelas didepannya itu. Salma semakin dibuat ga karuan saat Adit melihat mulai menanggalkan celana dan dalaman yang dikenakan Adit. Seolah terhipnotis dengan tubuh atletis Adit, Salma menurut ketika Adit memintanya untuk duduk dan mulai melucuti bajunya satu per satu. Dan akhirnya, kini kedua anak manusia yang sudah polos tanpa sehelai benang ditubuh mereka itu pun kembali saling menempelkan tubuh untuk merasakan sentuhan langsung pasangannya itu.
Adit memulai segalanya dengan perlahan, menciptakan perasaan nyaman bagi Salma yang terlihat begitu tegang itu.
"Aku akan melakukannya pelan-pelan", bisik Adit sembari menciumi kulit di dekat telinga Salma.
Bisikan yang membuat Salma merinding itu membuat Salma melingkarkan tangannya pada punggung Adit. Jarinya mulai mencengkeram punggung suaminya ketika ia merasakan ada sesuatu yang mencoba menerobos masuk pada organ intimnya dan terasa menyakitkan itu.
Adit menghapus air mata disudut-sudut mata Salma, mulai mengecup dan mencium bibir Salma kembali, dan melanjutkan penyatuannya. Salma yang mencoba merapatkan bibirnya untuk menahan suara desahan agar tak keluar itu pun dibuat tak berdaya oleh permainan Adit. Suara yang lebih mendominasi dibanding dengan acara TV yang tengah mereka tonton ttadi membuat Adit semakin agresif untuk lebih menggetarkan tubuh Salma.
Olahraga suami istri ini benar-benar membuatnya lupa waktu, entah sudah berapa lama ia dan Salma bergumul diatas kasur itu, entah sudah berapa kali ia dan Salma melakukan pelepasan, namun nampaknya Adit masih belum mau mengakhiri permainan itu. Hingga akhirnya pada pelepasan yang baru saja terjadi membuat tubuh Adit benar-benar merasa kelelahan. Ia pun menyudahi permainannya dengan Salma, membaringkan tubuhnya, menarik selimut untuk menutupi tubuh tekanjangnya dan Salma, lalu menarik tubuh Salma dalam dekapannya.
"Sorry aku keluarin didalam, Sal. Lain kali aku akan pake pengaman", ucap Adit dengan nafas yang masih terengah-engah itu.
Salma hanya menjawabnya dengan anggukan yang begitu lemah, nafasnya masih tersengal. Seperti orang yang baru saja lari marathon saja.
Adit merenggangkan dekapannya dan menatap wajah Salma. "Kamu bilang mau ngerasain kerja dulu dan belum mau punya anak"
"Ya kalo Allah ngasihnya cepet, masa harus ditolak mas? Kita ga bisa ngatur takdir kan? Meskipun memang aku menginginkan untuk menunda dulu"
"Kamu yakin?"
Salma kembali menganggukkan kepalanya.
"Kalo kamu yakin gitu, aku ga jadi beli stok pengaman aja kalo gitu", canda Adit.
"Iya mas, gapapa ga usah pake pengaman"
Adit tersenyum mendengar perkataan Salma. Ia kembali mendekap erat Salma dan mengecup puncak kepala Salma. "Aku sayang kamu, Sal"
Yaa Allah... apalagi ini? Setelah dibuat panas dingin dengan permainan yang baru saja selesai, kini Salma harus kembali panas dingin karena kata sayang yang terucap dari bibir Adit. Detak jantung yang belum melambat itu kembali berdetak dengan kencangnya.
"Aku juga sayang sama mas Adit", jawab Salma sambil mengeratkan pelukannya dan menikmati pelukan pada dada bidang Adit.
"Ga usah terlalu ngoyo untuk dapet pengalaman kerja ya, Sal. Aku ga mau kamu kecapekan karena kerjaan trus jadi ngelupain tanggung jawabmu sebagai istri", ucap Adit sembari mengelus punggung mulus Salma itu.
"Aku akan cukupi semua kebutuhanmu. Kalo kau pengen kerja, kamu bisa ikut aku ke kantor untuk bantuin aku. Aku ga ikhlas liat kamu kerja sama orang lain, disuruh-suruh gitu dan sebagainya", sambung Adit.
Salma mendongakkan kepalanya menatap Adit. "Emang mas Adit suka nyuruh-nyuruh karyawannya?", ucap Salma dengan senyuman dibibirnya.
"Iyalah, Sal. Makanya aku ga mau kamu digituin. Kalo kamu bantuin aku, kan aku ga akan nyuruh-nyuruh kamu kayak aku nyuruh mereka"
Senyum lebar terukir diwajah Salma yang membuat Adit semakin jatuh cinta pada istrinya itu.
"Kamu kerja ngurus aku aja. Kalo kamu kerja di kantor lain trus kecapekan, mana bisa kita main lama banget kayak barusan", goda Adit.
Wajah Salma pun kembali memerah dan memaksa Salma menenggelamkan wajahnya pada dada Adit untuk menyembunyikan perasaan malunya. Setiap mengingat permainannya dengan Adit tadi, selalu saja membuatnya menjadi malu dan panas dingin. Padahal itu akan menjadi ritual wajib yang akan terus ia lakukan bersama Adit.
Aahhh, mungkin perasaan cinta hadir begitu cepat hingga mereka berdua tidak menyadarinya. Padahal diawal pertemuan, keduanya sama-sama menolak. Bahkan Adit sampai hati mengajukan perjanjian yang tidak masuk akal itu. Entah apa yang mendorongnya mengajukan perjanjian iitu jika akhirnya perasaannya berubah begitu cepat setelah terpesona oleh wajah cantik wanita yang dijodohkan dengannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Padma Padmaperdana
visual thoorr
2020-08-18
0
Fida Bunda Nino
malam pertamaaaa
panas dingin bacany
2020-06-26
1
Elia Wati
keren
2020-02-17
5