Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Semua persiapan yang dilakukan dadakan itu terselesaikan dengan sangat baik dan rapi. Sekarang semua keluarga berkumpul di ballroom hotel milik Adit untuk menjadi saksi bersatunya Adit dan Salma menjadi suami istri. Akad nikah dilakukan pada siang hari, dan akan dilanjutkan dengan resepsi pada malam hari.
Setelah selesai akad, Adit dan Salma masuk ke salah satu kamar hotel yang telah disiapkan untuk beristirahat. Mereka harus beristirahat dulu sebelum nanti malam harus menyalami banyaknya tamu undangan di resepsi pernikahan mereka.
Adit melepaskan jasnya dan langsung merebahkan badannya di kasur. Sementara Salma segera masuk ke kamar mandi dan melepas kebaya akadnya dan mengganti dengan baju santai yang ia bawa dari rumah. Salma melihat Adit yang sepertinya sedang tidur, ia merasa malu untuk ikut berbaring di sebelahnya. Jadi ia memutuskan duduk di sofa dan memainkan ponselnya.
"Kamu ga mau istirahat?", tanya Adit mengagetkan Salma.
"Eee... iya mas"
"Istirahat dulu, aku mau ganti baju", ucap Adit sembari bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
Salma masih asik memainkan ponselnya disofa, membalas pesan dari teman-temannya yang memberikan ucapan selamat atas pernikahannya.
"Kok masih duduk disini?", ucap Adit yang keluar dari kamar mandi dengan memakai celana pendek dan kaos. "Kamu takut?", candanya.
"Eee... enggak mas", jawab Salma ragu.
"Tidur disana, aku ga akan minta itu sekarang. Aku juga ngantuk banget, semalem ga bisa tidur", kata Adit seraya membaringkan tubuhnya di kasur.
Salma berjalan mendekati kasur dan membaringkan tubuhnya disebelah Adit. Degub jantungnya terasa begitu kencang, padahal hanya tidur bersebelahan disebelah Adit.
"Sal...", ucap Adit yang telah memiringkan tubuhnya menatap Salma.
"Hm?"
"Boleh cium ga?"
Tubuh Salma seolah memanas seketika dan ditambah dengan detak jantungnya makin tak beraturan. Salma hanya memandangi Adit dengan tatapan bingung dan wajah yang mulai memerah itu. Ia benar-benar tidak menyembunyikan perasaan malunya itu.
"Cium aja, ga akan lebih Sal", sambung Adit sambil menarik tubuh Salma agar mendekat dengannya.
Seolah terhipnotis, Salma menganggukkan kepalanya dengan pelan. Adit tersenyum lebar setelah mendapat ijin dari Salma. Dia segera berpindah posisi menjadi menindih Salma dengan jarak wajah yang sangat dekat itu. Mata Salma mulai terpejam, sedangkan tangannya mencengkeran pinggiran kaos Adit. Adit mulai mengecup dan mulai mencium bibir Salma.
Adit menghentikan pergerakannya dan menatap Salma dengan senyuman. "Ini ciuman pertamamu?", tanya Adit dengan sumringah.
"Iya", jawab Salma lirih.
"Anak baik", ucap Adit sambil mengelus pucuk kepala Salma dan mulai menciumi Salma kembali.
Meski hanya sebatas ciuman, entah mengapa Adit merasa sangat senang. Mungkin karena dia adalah orang pertama yang mencium Salma, sehingga dia begitu menikmati kepolosan gadis itu. Ciuman itu berlangsung cukup lama, sesekali Adit menghentikan lumatannya. Dia mengecup ujung bibir Salma, memberikan jeda kepada Salma untuk menarik nafas dan setelah itu Adit melanjutkan menciumi Salma kembali. Adit melakukannya dengan lembut dan perlahan, ia ingin Salma benar-benar menikmati ciuman pertamanya itu.
"Udah, Sal. Aku takut ga bisa nahan", ucap Adit yang kemudian mencium kening Salma dan membaringkan tubuhnya.
Adit menarik tubuh Salma dan memeluknya. "Tidur, nanti malam bakalan capek karena berdiri terus"
Salma mengangguk, dirinya masih mencoba untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah itu. Sementara Adit mulai memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur.
"Bibir aku kayaknya bengkak, mas. Kerasa tebel banget"
Adit tersenyum mendengar perkataan Salma, ia membuka matanya dan menatap Salma. "Iya, emang bengkak kok"
"Yaahhh... trus nanti malam gimana dong mas pas resepsi? Masak bibir aku bengkak gini?"
"Ya ga gimana-gimanalah, Sal. Emang kenapa?"
"Malu tau mas"
"Hahahaha... ya kan bibirmu bengkak karena aku, ngapain malu?"
"Iiihhh... mas Adit!"
Adit semakin tidak bisa menahan tawanya melihat kepolosan Salma. "Udah tidur aja, kita masih ada waktu. Nanti juga ilang bengkaknya", ucap Adit sambil mengeratkan pelukannya dan kembali memejamkan mata.
Salma mana bisa tidur, setelah diciumi Adit dalam waktu yang lama hingga bibirnya bengkak, sekarang harus berusaha tidur dipelukan Adit. Matanya memang terpejam, tapi degup jantungnya masih ga karuan, pikirannya masih melayang-layang mengingat kejadian ciuman tadi, belum lagi sekarang ia harus mencium aroma tubuh Adit dengan jarak dekat. Hingga akhirnya terdengar suara dengkuran halus dari mulut Adit, Salma masih tetap belum bisa tidur.
Dua jam berlalu dan Salma masih belum juga dapat tertidur, sesekali dia memainkan ponselnya dalam pelukan Adit dan mencoba untuk tidur kembali. Padahal Adit sudah jauh berkelana di alam mimpinya. Ketika rasa kantuknya datang, Salma dikagetkan dengan suara bel yang ditekan berulang-ulang.
"Mas, ada yang datang", ucap Salma sambil berusaha melepaskan diri dari tangan Adit yang kekar itu.
Adit mulai membuka dan mengusap matanya, lalu menatap Salma. "Kamu ga tidur?", tanya Adit dengan suara serak.
Salma menggelengkan kepalanya.
"Disini aja, biar aku yang buka pintu", kata Adit sambil berjalan untuk membuka pintu.
"Kenapa wajahmu seperti orang habis tidur? Kalian... melakukannya?", tanya Mei ketika Adit hanya melongokkan wajah bantalnya dipintu yang hanya terbuka sebagian itu.
"Kan udah mama bilang ditahan dulu, Dit! Kasian Salma nanti malam kecapekan", serunya sambil memukul lengan Adit.
"Aduuuhhhh! Adit ga ngapa-ngapain ma, kita cuma tidur siang doang"
"Oohhhh... Salma udah bangun kan?" mama Mei mengusap lengan Adit yang baru saja ia pukul.
Adit menganggukkan kepalanya.
"Suruh dia mandi ya, bentar lagi yang ngerias mau datang. Biar dia mandi sendiri, jangan kamu gangguin. Nanti malah ga kelar-kelar"
Adit tersenyum mendengar candaan mamanya. "Iya-iya, ma"
🎎🎎🎎🎎🎎
Wajah Salma telah selesai dipoles dan menjadikannya semakin cantik ditambah dengan balutan gaun model empire. Adit yang telah siap sedari tadi memandangi Salma dengan takjub. Bukan hanya takjub dengan kecantikan Salma, tapi seolah tidak percaya bahwa sekarang dirinya mulai menerima Salma sebagai istrinya.
"Adit, nanti kalo turun hati-hati ya. Tolong perhatiin gaunnya Salma, takut kejepit pintu lift nanti bahaya", ucap Tari. "Kita turun duluan ya", sambungnya sambil keluar kamar bersama perias Salma.
Salma masih saja menunduk, dia merasa malu untuk menatap Adit. Lalu Adit berjalan mendekati Salma dan memegang kedua lengan Salma.
"Sal...", ucapnya pelan.
Salma mendongak dan menatap Adit yang wajahnya terlihat serius itu.
"Ga usah malu lagi kalo sama aku, kita ini udah jadi suami istri. Kita harus mulai menjalin hati kita supaya kita punya fondasi yang kokoh untuk berumah tangga. Sekarang bukan lagi persoalan kamu atau aku, tapi ini tentang kita, Sal. Rumah tangga kita. Aku... mungkin emang ga menginginkanmu diawal, tapi sekarang aku bener-bener udah nerima kamu sebagai istriku. Kamu juga mau kan nerima aku sebagai suamimu?"
Salma mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca menatap Adit yang baru saja mengungkapkan perasaannya itu.
"Ikhlas?"
Salma mengangguk kembali. "Aku ikhlas lahir batin, mas"
"Yaudah, jangan nangis ya. Nanti dikira kamu ga happy nikah sama aku", ucap Adit sambil mengusap ujung mata Salma yang hampir mengurai air mata dan melanjutkan mencium kening Salma sebelum akhirnya bergandengan keluar kamar untuk menuju ruang resepsi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah akhirnya mereka saling menerima,gak banyak drama sok terpaksa dan saling menyakiti,aku suka karyanya gak berat2 banget bikin para ridds mumet otak saking emosi dan kesel dgn peran utamanya,tp di novel ini sampai bab ini aku happy aja bacanya tq thor..
2023-03-06
0
Eylna Fadly
meleleh aku bang 😍
2021-12-26
0
Eva The-kk
suka, manis banget
2020-07-29
3