Hari demi hari silih berganti. Setelah menyelesaikan keperluan untuk pernikahan mereka, Adit dan Salma sama sekali tidak pernah berkomunikasi lagi. Jangankan telpon, mengirim pesan pun tidak mereka lakukan. Entah karena belum terbiasa, atau mungkin karena keduanya saling menunggu salah satunya mengirimkan pesan terlebih dulu. Entahlah, mereka tetap bertahan dengan ego-nya masing-masing.
Salma masih rutin melakukan perawatan pra nikah, dia selalu mengajak Widya jika temannya itu sedang senggang. Sementara Adit disibukkan dengan pekerjaannya. Sebenarnya Adit tidak akan mengambil cuti panjang setelah menikah, karena ada banyak pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi urusan bisnis dibeberapa kota yang sedang dikembangkannya.
"Kalian nanti mau bulan madu kemana, Sal?" tanya Widya saat mereka sedang makan siang setelah melakukan spa.
Salma mengangkat kedua bahunya. "Kita belum ngomongin itu, Wid."
"Laahhh... kok bisa? Lu minta lah, Sal. Sebagai istrinya kan wajar kalo lu minta sama dia."
Salma menyunggingkan senyum tipis dibibirnya. Salma merasa tidak enak hati jika harus meminta honeymoon kepada Adit. Pernikahan mereka kan karena perjodohan, mereka berdua juga enggak saling suka, masak iya pergi honeymoon?
"Enak dong nanti lu jadi nyonya di rumah, Sal." goda Widya.
"Gue udah bilang kalo gue mau kerja, Wid. Gue juga pengen punya pengalamanlah."
"Trus disetujuin?"
"Dia bilang mau dipikirin dulu."
"Yaiyalah, duit dia banyak Sal. Ngapain lu capek-capek kerja kalo cuma mau cari pengalaman. Dengan lu dampingin suami lu pergi bisnis kan juga bisa nambah pengalaman, Sal. Misal ketemu orang-orang penting gitu hehehehehe...."
"Gue kan juga pengen ngerasain punya gaji, Wid." jawab Salma lirih.
Widya merasa tidak enak hati telah menanyakan hal tersebut pada Salma. "Iya deh, sorry Sal gue enggak ada maksud nyinggung elu." ucap Widya sembari mengusap punggung tangan Salma.
"Semoga nanti suami lu ngijinin lu kerja ya, Sal", sambungnya.
"Makanya, besok lu kalo mau ngelamar kerjaan ajakin gue ya. Siapa tahu kalo kita bisa barengan lagi."
"Siap, Sal. Beres itu mah"
🎎🎎🎎🎎🎎
Hari berikutnya, Tari semakin disibukkan dengan urusan pernikahan Salma yang semakin dekat. Belum lagi acara wisuda Salma yang diadakan besok pagi.
"Sal..., sini turun sebentar!" panggil Tari dari sofa ruang tengah.
Salma yang mendengar panggilan mamanya langsung turun ke bawah dan menghampiri mamanya.
"Kenapa Ma?" ucapnya sambil duduk disebelah mamanya.
"Mama mau ke butik dulu ambil baju untuk wisuda kamu besok. Oiya, kata Mbak MUAnya besok mau kesini habis subuh. Kamu jangan telat bangunnya ya."
"Pagi amat, Ma. Kan acara wisudanya jam 9."
"Emang yang butuh dandan kamu doang? Mama kan juga butuh dandan, hasilnya kan pasti jelas beda sama Mama dandan sendiri"
"Salma yang mau wisuda kenapa Mama ikutan rempong?" dengus Salma.
"Ehhh ini kan harus diabadikan, Sal. Anak semata wayang Mama mau wisuda, ya Mama harus dandan juga biar kalo difoto keliatan cantik. Ini masih mending, Sal. Dulu pas Mama mau nikah malah habis subuh udah didandanin"
"Lagian Mama dandannya pake adat gitu sih, kan lama."
"Ya terserah Mama dong, orang Mama yang nikah kok kamu yang rempong."
"Yeeee... Mama mah gitu."
"Hahahaha... bercanda, Sal. Oiya, besok Adit mau datang ke wisudaan kamu?"
Ehh? Kenapa mama tiba-tiba nanyain Adit? Ya mana Salma tahu ya, komunikasi aja udah enggak pernah. Masak dia mau tiba-tiba nanya Adit gitu? Ewww....
"Eeee... kayaknya enggak, Ma. Dia... banyak kerjaan."
"Yaudah gapapa, nanti habis nikah kan kalian juga ketemu terus." jawab Tari sambil mengecek barang-barang ditasnya.
"Mama jalan dulu ya, jangan banyak ngemil berat nanti baju nikahmu enggak muat." canda Tari sambil mencium kening Salma.
🎎🎎🎎🎎🎎
Hari wisuda itu tiba juga, Salma baru saja selesai dirias dan nampak cantik sekali.
"Anak saya rempong ya, Mbak?" tanya Tari yang baru saja masuk ke dalam kamar Salma.
"Enggak Bu, cuma enggak mau tebel aja polesannya." jawab MUA langganan Tari itu.
"Dia emang gitu, enggak suka dandan. Katanya takut pori-porinya kesumbat kalo make up-nya tebel hehehehe...."
"Sal... Mama tunggu dibawah ya." sambung Tari sambil berjalan keluar kamar bersama MUA itu.
Tak berselang lama, Salma turun dengan memakai kebaya dan menenteng baju wisuda serta toganya.
"Kayaknya baru kemarin papa gendong-gendong kamu tengah malam karena rewel, sekarang malah udah wisuda. Mau nikah pula," ucap Bagas.
"Ahhh Papa basi! Pujian kayak gitu mah udah pasaran, Pa."
"Hahahaha... Papa kan enggak gaul, kalo pujian yang bikin kamu kesengsem ya jadi tugasnya Adit aja."
"Udah... ayo berangkat sekarang, nanti telat!" ajak Tari sembari menggandeng tangan putrinya.
Salma dan orangtuanya berangkat menuju auditorium tempat berlangsungnya wisuda. Salma begitu bahagia, senyumnya terkembang lebar bersama teman-temannya. Setelah semua prosesi wisuda selesai, Salma berfoto-foto dengan teman-temannya.
"Dia inget enggak sih Pa kalo kita nemenin dia wisuda?" ucap Tari kesal.
"Hahahaha... sabar Ma, nanti juga dia kesini. Biarin dulu dia puas-puasin sama teman-temannya. Dua hari lagi dia jadi istrinya Adit, mungkin akan susah ngumpul-ngumpul gitu karena harus ngurus suami."
Arga mengeluarkan ponselnya dan menarik Salma untuk berfoto dengannya.
"Sini foto bareng gue! Besok kalo lu udah resmi nikah, gue udah susah ngajakin lu foto kayak gini," ucap Arga.
"Kok sekarang ngomongnya jadi 'gue' sih?" tanya Salma bingung.
"Kalo status kita cuma temen mah ga perlu formal pake aku-kamu. Udah ayo kita foto, mumpung gue masih ada kesempatan foto bareng sama lu sebelum sah jadi istri orang."
"Hahahaha... apaan sih, Ga? Emang suami gue bakal ngelarang?"
"Bukannya ngelarang, tapi kan enggak bagus kalo udah nikah foto berdua sama cowok lain. Apalagi sampai nempel-nempel, nanti disangka berzina."
"Hahahaha... emang kita berhubungan badan? Orang nempel gini doang, masih pake baju juga."
"Udah ah, cerewet! Cepet sini foto sama gue!" ucap Adit sambil menarik tangan Salma.
Cekrek...
Arga dan Salma berfoto dengan beberapa gaya.
"Nanti kirimin diWA ya, Ga. Hehehehe...."
Arga hanya mengangguk. "Calon suami lu enggak dateng?"
Deg...
Salma jadi mengingat Adit, padahal tadi dia sudah lupa soal Adit yang sudah 2 mingguan ini mengabaikannya.
Salma menggelengkan kepalanya. "Dia banyak kerjaan, Ga"
"Saking sibuknya sampai enggak bisa nemenin calon istrinya wisuda ya?"
Salma hanya tersenyum sinis. "Gue kesana dulu ya, Ga. Kasian Mama Papa udah nungguin dari tadi. Bye...," ucap Salma seraya melambaikan tangan kepada Arga.
Selama perjalanan pulang, Salma merasa kesal dan kecewa kepada Adit. Pria itu masih saja mengabaikannya, padahal Salma sudah sengaja mengupload foto-foto wisuda di whatsapp story-nya untuk memancing Adit. Namun nyatanya cara itu tidak berhasil.
"Padahal last seen-nya juga barusan, lihat statusku juga, tapi bisa-bisanya dia diem aja kayak gitu? Gimana bisa besok gue harus bertahan hidup sama manusia cueknya minta ampun kayak gitu!" gumam Salma dalam hati.
Saking kesalnya, ia tidak sengaja menendang jok kursi depannya.
"Awwww... kamu apa-apaan sih, Sal?" teriak Tari.
"Ehh... sorry, Ma. Salma enggak sengaja," jawab Salma sambil tersenyum kaku dan mengelus lengan mamanya dari belakang.
"Ada apa sih, Sal? Kamu kesel karena Adit enggak bisa datang?" tanya Bagas sambil tetap fokus menyetir.
"Ee... enggak, Pa. Biasa aja"
Bagas dan Tari hanya bisa saling pandang sambil melempar senyum melihat tingkah putrinya yang sepertinya sedang galau karena Adit itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Iya kebangetan si Adit,masa iya dihari wisudanya calon istri gak dateng,walaupun nikahnya perjodohan,kan anggap aja bg muka ke calon mertua kalo bukan karna calon istri,,🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-03-06
0
yuli
astaga lupa😲aku belum ngelike,manjat dulu dehh☝
2020-08-15
1
Fida Bunda Nino
uplod foto u ma Arga salll
pasti mas Adit Dateng😉
atau mungkin mo buat kejutan utk Salma,mas Adit by😍
2020-06-26
5