Leo, aku punya tugas baru untuk mu.
Aku mengirimkan pesan itu bersama foto lelaki yang ku temui di restoran pada Leonard. Aku yakin lelaki itu akan paham dengan maksudku. Tak lama setelah aku mengirimnya, balasan dari Leonard muncul di layar ponsel ku.
wah wah, siapa ini ? setahuku targetmu hanya gadis muda yang seumuran dengan mu putri ?
Aku hanya membalas pesan itu singkat,
aku tidak tahu
Lelaki itu lalu mengirimkan emoticon tangan yang mengacungkan jempol.
“ kerja bagus, nona. Kau bisa menyelesaikan nya sendiri kali ini “ suara Sebastian tiba tiba muncul dan menggema dikepalaku.
“ ah, Sebastian. Kau sudah selesai bertapa ? “ gurau ku.
“ enak saja. Kau pikir aku pendeta kuil Shaolin ? “ gerutunya tak terima membuatku sontak tertawa, sedangkan Sebastian memilih untuk berganti topik.
“ apa rencanamu selanjutnya, nona ? “ tanya suara itu bergema di kepalaku. Aku berpikir sejenak, menimbang nimbang cara apa yang harus ku gunakan kali ini.Tempat target ku kali ini agak sedikit sulit dimasuki oleh gadis sepertiku. Sebuah ide licik tiba-tiba masuk ke dalam kepalaku,
" Sebastian, kurasa aku butuh bantuanmu kali ini "
" Tanpa kamu memintaku pun, aku akan selalu siap membantumu, nona. Kau bisa menggunakan ku sebagai pionmu sesuka mu " balas Sebastian penuh hormat.
" Trims Sebastian "
" Kapanpun untukmu, nona "
Sang surya mulai tenggelam di ufuk Barat, cahaya jingganya yang memenuhi langit perlahan berubah menjadi ungu gelap seiring bintang itu terus hilang di balik cakrawala. Tepat saat langit menjadi gelap, aku sampai di pelabuhan. Sebenarnya aku bisa saja datang lebih cepat, tapi karena aku harus menghindari jadwal operasional pelabuhan yang padat, jadi aku memilih untuk datang menjelang malam. Baru saja aku memasukkan tubuh Nicholas yang tak sadarkan diri ke dalam kontainer, sosok Sebastian muncul sebagai seekor kucing hitam. Aku hampir saja terlunjak kaget karena kemunculannya yang tiba-tiba,
" Dasar kau ini, jangan muncul tiba-tiba begitu dong " protes ku.
" Maafkan aku, nona. Aku tak bermaksud mengejutkan mu " kucing itu tampak sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf.
" Apa yang bisa aku lakukan untukmu kali ini ? "
Aku membawa kucing itu ke dalam dekapanku, lantas membisikkan sesuatu di telinganya dengan singkat dan cepat.
" Ah, begitu rupanya " Sebastian mengangguk paham.
" Tunggu dulu. Bukankah seharusnya kau bisa tahu apa rencanaku ? " Tanyaku menyelidik yang dibalas cengiran lebar oleh nya.
" Yah, aku hanya memastikan saja "
" Aku mengandalkanmu Sebastian " kubelai kepala kucing itu lembut. Rencanaku kali ini bergantung padanya.
" Kalau begitu apa yang kita tunggu ? Ayo kita ke sana sekarang " Sebastian lompat dari dekapan ku, dan saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya tiba-tiba diselimuti kabut gelap berwarna hitam pekat. Aku refleks mundur beberapa langkah, karena aku pikir Sebastian akan berubah menjadi sosok hitam yang menyeramkan itu. Tapi tidak, wujud kucingnya yang mungil bukan berubah menjadi bayangan hitam itu, melainkan menjadi sosok lelaki bersurai hitam dengan iris berwarna merah khas iblis. Aku menatap sosok itu dari atas sampai bawah,
" Wow " hanya itu kata yang dapat aku keluarkan. Penampilan Sebastian saat itu membuatku tercengang dan kehabisan kata-kata. Tampan, kata itu terlintas begitu saja di benakku. Dia lebih tinggi dariku beberapa senti, dengan hidung mancung dan irisnya yang memikat. Membuatku terdiam sejenak sebelum bereaksi,
" Apa ? " Sebastian yang merasa diperhatikan, mengoreksi penampilannya.
" Aku tidak tahu kau juga bisa berwujud manusia, apa kau juga bisa berubah menjadi seseorang ? Leo misalnya ? " Tanya ku penasaran yang hanya dibalas endikan bahu olehnya.
" Bisa saja. Tapi aku lebih suka menggunakan wujud asliku daripada meniru orang lain, kecuali jika dibutuhkan " terangnya. Tanpa kusadari, aku kembali memperhatikan sosoknya yang menawan.
" Kenapa ? Kau terpesona ya ? " Godanya usil.
" Apa ? Terpesona ? Dengan iblis sepertimu ? " Aku tertawa sembari menatapnya rendah.
" Yang benar saja, aku pasti sudah gila jika itu terjadi " pacarku yang dibalas endikan bahu tak peduli oleh iblis itu. Sebastian melangkah masuk ke dalam mobil lebih dulu, dia dengan santainya duduk di kursi kemudi tempatku seharusnya duduk.
" Aku yang akan menyetir kali ini " ujarnya sebelum aku sempat protes. Baiklah kalau itu maunya, aku segera menyusul dan duduk di kursi sebelah Sebastian. Setelah memastikan aku duduk manis, Sebastian segera menjalankan mobil itu keluar dari pelabuhan, menuju pusat kota yang menjadi ' jantung ' negara tempat kami berada saat ini.
Pesona iblis itu memang menyeramkan ya. batin ku sembari menatap keluar jendela. Memperhatikan gedung-gedung tinggi yang lampunya masih setia menyala, membuat kota metropolitan itu tetap tampak hidup bahkan di tengah malam sekalipun.
" Memang " sahut Sebastian yang refleks membuatku menoleh ke arahnya. Ah sial, aku lupa kalau kita saling terhubung satu sama lain. Sebastian yang juga tahu apa yang ku pikirkan tertawa,
" Haha, maaf maaf. Kalau begitu aku akan menghilangkan penghubung itu, bagaimana ? "
Itu ide bagus, setidaknya aku tak perlu khawatir Sebastian akan seenaknya membaca pikiranku. Tapi aku menggeleng pada akhirnya, kurasa ada baiknya jika kita terus terhubung. Maksudku, bagaimana jika sesuatu terjadi padaku ? Dengan penghubung yang tercipta di antara kami, kuharap Sebastian akan tahu jika ada bahaya yang mengancam ku.
" Jangan khawatir, nona. Akan membiarkan siapapun melukai mu " kucing yang kini berwujud manusia itu mengelus surai hitamku lembut, lalu mengecup keningku sekilas. Sikapnya itu sukses membuat wajahku memerah dalam sekejap,
" A- apa - "
" Aku hanya memberikan sedikit perhatian pada gadis lemah yang selalu menderita dalam kesendiriannya " potong Sebastian yang tahu apa yang ingin ku katakan.
" Siapa yang kau sebut gadis lemah hah ?! Lagi pula Siapa yang menderita ? Aku tidak menderita kok " protesku tak terima sembari kembali menghadap keluar jendela, menyembunyikan wajahku yang masih memerah. Warna-warni lampu yang berasal dari gedung-gedung di kota metropolitan menambah suasana hingar bingar dunia malam kota itu. Meskipun malam semakin larut, tapi kota itu masih dipenuhi kehidupan, tak pernah terlihat tidur. Bahkan hiruk pikuk nya terkadang melebihi saat sang Surya masih setia menemani. Mobil yang kami kendarai berhenti di depan sebuah night club ternama di ibukota, tempat yang tidak bisa didatangi oleh sembarang orang. Karena hanya orang-orang yang memiliki dompet yang benar-benar tebal yang bisa masuk ke sana.
" Kau bisa akting kan ? " Tanya aku memastikan.
" Seharusnya aku yang bertanya begitu, nona " gurau Sebastian. Aku berdecak pelan, bergegas turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk nya. Lelaki bersurai hitam itu keluar dari mobil dengan percaya diri bak seorang CEO sebuah perusahaan besar. Padahal sebelumnya dia hanyalah seekor kucing kecil yang bahkan sangat takut jika ekornya terinjak. Sebastian melangkah lebih dulu menuju pintu masuk yang dijaga oleh dua orang security berpakaian hitam-hitam, diikuti olehku di belakangnya. Dan sesuai dugaanku, aku ditahan oleh kedua security itu di pintu masuk club. Selain merupakan night club elite, tempat hiburan yang satu ini hanya bisa dimasuki oleh lelaki, jadi tentu saja aku tidak bisa masuk tanpa Sebastian. Iblis itu dengan cepat bereaksi,
" Maaf, dia asisten saya. Bisa biarkan dia masuk ? " Pintanya pada security itu dengan wajah meyakinkan. Kedua lelaki bertubuh kekar itu saling berdiskusi satu sama lain sebelum akhirnya melepaskanku dan membiarkanku masuk bersama Sebastian. Kami memesan satu ruangan VIP lengkap dengan wanita penghibur yang menemani, aku sudah mengatur agar target ku lah yang akan datang untuk melayani kami. Well, tentu saja kalian bisa menebaknya bukan ? Targetku kali ini bekerja sebagai kupu-kupu malam di night club itu, jadi Sebastian akan berakting sebagai CEO dan aku sebagai asisten pribadinya, yang kemudian secara tidak sengaja bertemu dengan teman lama. Aku memesan beberapa botol bir yang datang bersamaan dengan seorang gadis bersurai hitam kemerahan,
" Selamat malam tuan Sebastian dan nona Carry " Siapa gadis itu ramah, kurasa dia belum mengenaliku.
" Aku bawakan bir yang kalian pesan " dia meletakkan botol-botol bir di atas meja, dengan baju yang ia kenakan, Sebastian bisa dengan jelas melihat belahan dadanya saat gadis itu meletakkan botol demi botol di atas meja. Lelaki, ah bukan. Iblis berwujud manusia itu bersiul-siul kecil menggoda. Dan gadis itu menanggapi godaan nya dengan duduk di sampingnya, dia menggelayut manja di lengan Sebastian.
" Biar ku tuangkan bir untukmu, sayang "
Aku menatap jijik pelacur itu. Entah kenapa aku merasa kesal melihatnya bergelayut manja dan menyentuh kucing kesayanganku itu.
" Hey, Carry. Apa yang kau lakukan ? Tuangkan bir untukku " perintah Sebastian membuyarkan lamunanku. Aku tergagap, buru-buru membuka segel botol bir lalu menuangkannya di gelas Sebastian.
" Untukku juga " ujar gadis itu dengan santainya. Aku awalnya hendak berseru tak terima, tapi Sebastian lebih dulu mencegahku lewat telepati. Beraninya dia memerintahku ! Jika bukan karena akting, Sebastian juga tidak akan berani memerintahku. Tapi jalang itu ?! Dia dengan santainya memerintah ku begitu saja.
" Kau tahu sayang ? Asisten mu itu terlihat tak berguna. Bagaimana jika aku menggantikannya menjadi asistenmu ? Aku yakin kau akan senang jika itu aku " ujar Jessie sok manis. Sebastian hanya tertawa menanggapi,
" Aku dulu juga punya seorang teman bernama Carry, Dia sangat tidak berguna sampai-sampai aku menjadikannya pesuruh di kelas ku " sambung nya.
" Wah kebetulan sekali ya " Sebastian sedikit melirikku, dia mengatakan padaku lewat telepati untuk tidak hilang kendali dan tetap ada rencana.
" Yeah, apa kau tahu ? Temanku itu sangat bo- "
" Siapa ? " Potongku.
" Nona, ken- "
" Kita bicarakan nanti " bahkan suara Sebastian di kepalaku pun kupotong begitu saja. Jalang ini benar-benar membuatku kesal,
" Aku tidak ingat punya seorang teman sepertimu "
Jessie menatapku tak mengerti, dia memperhatikan wajahku lamat-lamat sebelum matanya membulat dan berseru,
" Kau Carry ? Carry yang itu ? " Jessie menatapku tak percaya. Ah, jalang bodoh. Kau baru mengenali ku ?
" Wah senang akhirnya bisa bertemu denganmu " Jessie tersenyum padaku sembari mengangkat gelas nya.
" Mari bersulang untuk pertemuan kita "
Gustian mengangkat gelasnya dengan senyum palsu mengembang, Dia memberi isyarat padaku agar ikut mengangkat gelas.
" Bersulang " ujar Sebastian, memaksaku ikut mengangkat gelas dengan malas. Jessie menegak habis minuman di gelasnya sementara aku dan Sebastian hanya meminum sedikit sembari mengobrol lewat telepati.
" Hey, Sebastian " panggil ku.
" Iya, nona ? "
" Apa kau bisa membawa kita keluar dari sini tanpa terlihat ? Akan merepotkan membawa tubuhnya nanti jika ada yang melihat kita " tanyaku sambil sesekali melirik ke arah gadis yang masih menempel lekat pada Sebastian.
" Itu hal yang mudah, nona. Aku akan mengurus jalan keluarnya nanti "
Aku mengangguk tipis sebagai balasan,
" Baiklah, ayo kita percepat saja " aku mengisi ulang gelas gadis itu yang sudah kosong, karena memang hanya gelasnya yang sudah tidak berisi bir. Aku terus mengisi ulang gelas yang sama beberapa kali, sampai pada akhirnya gadis itu terkapar oleh efek obat yang ku masukkan ke dalam gelasnya. Sebastian mengapa tubuh menjijikkan jalang itu,
" Ayo, nona. Pegang tanganku " ujarnya sembari mengulurkan tangan. Aku tak mengerti apa yang dia inginkan, tapi aku menurut, menggenggam tangannya dengan lembut. Entah bagaimana ia melakukannya, tiba-tiba kami sudah berada di dalam mobil.
" Teleportasi huh ? " Tanya aku sembari melihat situasi di sekitar kami. Aman, tidak ada siapapun di tempat parkir night club. Sebastian segera melajukan mobil yang kami tumpangi membelah jalanan kota yang sepi. Kota ini emang terlihat hidup, tapi hampir separuh jalanan di dalamnya tak tersentuh oleh pengendara saat ini. Itu memberi keuntungan bagi kami untuk melesat di atas kecepatan rata-rata.
" Mission complete " ujarku puas. Aku meregangkan tubuhku sejenak, rasanya aku sangat lelah kali ini.
" Ini tidak sulit " sebuah seringai tipis muncul di wajahku sebelum kemudian lenyap saat ekor mataku menangkap sosok Jessie dari kaca spion tengah.
" Kau ingin melakukan sesuatu padanya, Sebastian ? Mungkin kau ingin sedikit bersenang-senang ? Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan padanya sebelum kita tiba di pelabuhan " tawar ku. Entah kenapa melihat caranya menggoda jalan itu membuatku kesal. Sebastian tertawa melihatku,
" Wah apa aku membuat nona ku kesal ? Ayolah, jangan marah nona " bujuk nya sembari sekali kali melirikku.
" Huh ? Memang nya siapa yang marah ? " Sewot ku. Sebastian tiba-tiba menghentikan mobil itu di pinggir jalan, dia menatapku lekat-lekat seolah sedang mencari sesuatu di dalam mataku. Aku berusaha untuk tidak melakukan kontak mata dengan nya, tapi lelaki bersurai hitam itu menarik dagu ku lembut, memaksaku menatap ke dalam irisnya yang kini berwarna ungu gelap menawan. Sebastian mencodongkan tubuhnya ke arahku, seolah-olah dia ingin menciumku. Tapi dia menghentikan bibirnya tepat di samping bibirku, membiarkan bibir ranumnya menyentuh sedikit kulit pipi bawahku. Kurasakan sipu mulai muncul di pipiku,
" Jika ada sesuatu yang kuinginkan, itu hanyalah dirimu, nona " bisiknya. Napas Sebastian yang terasa hangat di kulitku membuatku refleks menahan napas, rasanya jantungku saat itu ingin melompat keluar dari tempatnya. Aku patah-patah mendorong tubuh Sebastian agar menjauh, dapat kupastikan sekarang kalau wajahku merah padam. Dan itu terbukti dari Sebastian yang sontak tertawa puas melihatku.
Sialan. Apa sih yang dia lakukan ?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments