chapter 13

   Waktu pada jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Cahaya matahari sudah mulai menerobos masuk melalui celah jendela yang berusaha di buka oleh Sebastian, mengusik diriku yang masih terpejam.

Sebenarnya ini sudah terlalu siang untuk ku yang sampai sekarang masih belum juga beranjak bangun dari tempat tidur, tapi mengingat hari ini aku harus menemui katua mafia di Hong Kong untuk menanyakan dan memastikan perjanjian yang di buat Maximus membuatku entah kenapa menjadi sangat malas beranjak. Ku tarik selimut sampai menutupi kepala, menyembunyikan diri di balik selimut hangat dari Cahaya matahari yang mengusik mimpi ku. Sampai suara Sebastian memasuki indra pendengarku dan menggangguku,

    “ bangun, nona. Kau harus ke bandara pagi ini kalua tidak mau terlambat “ ujarnya mengingatkan.

    “ hummn “ aku balas menggeliat pelan, memberi isyarat kalau aku tak peduli. Tapi kucing itu justru lompat naik ke atas Kasur dan melompat lompat di atas tubuh ku yang terbungkus selimut, huh dasar ! dia benar benar sengaja mengganggu ku agar aku segera bangun.

  Awalnya pagi itu aku berencana Kembali melakukan perburuan, tapi aku baru ingat ada janji temu dengan salah satu ketua mafia sekutu di Hong Kong. Sial, perburuan ini membangkitkan semangat ku sampai sampai aku melupakan tugas tugasku yang harus ku kerjakan, beruntung Sebastian semalam sempat mengingatkanku soal pertemuan itu. Kali ini Leonard akan ikut bersamaku, dia bukan hanya mengantar, tapi juga ikut serta menemaniku sampai Hong Kong. Dia bilang ketua mafia yang satu itu sangat licik, jadi dia tidak membiarkanku pergi sendirian bertemu dengannya apalagi tanpa pengawalan Aku hampir saja tertawa terbahak saat dia bilang aku bisa saja diserang atau di sergap saat datang sendirian. Tapi aku mengurungkan niat untuk tertawa karena takut lelaki itu akan tersinggung.

  Aku sendirian ? aku yakin cukup dengan Sebastian di sisi ku, aku bahkan bisa menghabisi satu peleton pasukan khusus. Tapi sudahlah, kubiarkan saja dia ikut. Aku sendiri juga tak terlalu suka dengan om om cabul ketua mafia itu, dia selalu mencoba mendekati dan menggodaku setiap kali kami bertemu dalam pertemuan rutin. Setidaknya dengan Leonard di sisi ku, dia tak akan terang terangan menggodaku. Sebastian tiba tiba tertawa,

  " Hahaha, itu karena kau sangat menarik, nona. Jika seekor iblis saja dapat kau pikat apalagi hanya seorang manusia "

  " Ayolah Sebastian. Aku yakin

Haruno akan mengamuk jika tahu Xiu Ming menggodaku " ujarku mengingat saat itu Key pernah mencoba menjahili ku depan Haruno, lalu lelaki bersurai pirang itu menghantam Key dengan satu pukulan telak di pipi nya. Saat aku dan Sebastian sedang asyik mengobrol lewat telepati, Leonard tiba tiba menepuk bahuku dari arah belakang, membuatku sedikit terlunjak kaget.

  " Kau mau ? " Lelaki itu menyodorkan gelas berisi wine di tangannya. Aku awalnya ingin menolak tawaran itu, tapi kalimat Leonard selanjutnya berhasil membuatku menerima jelas wine itu darinya.

  " Ayolah, segelas saja tidak apa apa. Anggap saja sebagai perayaan kecil atas hasil tangkapanmu kemarin " bujuk nya. Aku mengangguk tipis, tanganku bergerak menerima gelas yang disodorkan padaku.

  " Oh ya, ngomong ngomong apa tidak masalah kalau kau terus membawa kucingmu itu kemana mana seperti itu ? " Leonard menunjuk Sebastian di pangkuanku dengan gelas wine nya. Dia duduk di kursi seberang ku, karena ini adalah pesawat jet pribadi milik Maximus, jadi kami lebih leluasa bergerak di dalam kabin pesawat tanpa perlu khawatir akan ada penumpang lain yang protes karena kami mungkin sedikit berisik

  " Ah, soal itu ya. Sebenarnya aku sudah menyiapkan sesuatu " aku merogoh saku celana, mengeluarkan sebuah kalung kucing berbandul nama Sebastian. Kucing itu menatapku bingung,

  " Ada apa dengan kalung itu ? " Begitulah kira kira ekspresi nya mengatakan.

  " Aku baru saja membuat ini "

  Sebastian sontak tertawa,

  " Membuat nya ? Kau yakin tidak membeli nya, nona ? " Tanya Sebastian mengejekku. Aku mengabaikan kucing itu,

  " Dengan memakai nya, dia akan menghilang layaknya objek yang di selimuti green screen. Seperti sosok hantu, Jadi tak akan ada yang bisa melihatnya, apalagi menyadari kehadiran nya " aku mengedipkan sebelah mata ku pada Sebastian, lantas memakaikan kalung itu pada leher nya. Sebastian yang paham dengan maksud ku hanya menurut dan mengikuti arah permainan ku, dia membuat tubuhnya tak terlihat setelah aku selesai memasangkan kalung itu.

  " Kerenn " Leonard refleks berdiri saat melihat kucing ku itu benar benar menghilang,

  " Bagaimana kau melakukannya ? " Tanya nya antusias dengan mata berbinar penasaran. aku tertawa kecil melihat nya,

  " Teknologi " jawab ku singkat yang dibalas suara mengeong dari Sebastian yang tak terima.

  " Enak saja teknologi. Tidak ada teknologi yang bisa menyamai iblis ! " Protes nya tak terima aku mengatakan kemampuan nya sebagai kehebatan teknologi.

  " Eh ? " Leonard menoleh ke arah tempat Sebastian berada, walau tak terlihat tapi rupanya suara mengeong nya masih dapat di dengar oleh Leonard.

  " Yah, itulah kekurangan nya. Walau sosok nya tak terlihat bukan berarti suaranya tak dapat di dengar. Fungsi kalung itu hanya membuat nya rak terlihat, bukan membuat nya benar benar hilang. Tapi dengan begitu kita jadi tak susah untuk mencari nya bukan ? " Aku tersenyum kikuk sembari mengangkat bahu.

  Sial, kucing itu pasti sengaja membuat ku terlihat bodoh.

  Sebastian tertawa menimpali,

  " Sudah kubilang, nona. Tak ada teknologi yang bisa menyaingi kemampuan iblis " balas nya bangga.

  " Haha, iya iyaa. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecil ku ini " ujar ku gemas lewat telepati.

  " Hey, putri. Kalau boleh tahu.. " Leonard menggantung kalimat nya, dia menatapku dengan serius.

  " Sebenarnya apa hubungan mu dengan Haruno ? " Tanya nya sembari memainkan gelas wine di tangan nya. Aku menyesap wine di gelas ku sebelum menjawab,

  " Kami hanya teman, teman dekat " jawab ku sedikit menekankan kata ' teman dekat ' di akhir kalimat. Sudah banyak orang yang bertanya seperti itu padaku, bahkan Edward sang ketua juga menanyakan soal hubungan Haruno dengan ku. Kurasa banyak yang tidak suka aku dekat dengan Haruno yang kejam dan berdarah dingin dari Yakuza, tapi ayolah, mereka tidak benar benar mengenal Haruno. Sosok Haruno yang kukenal adalah orang yang ceria dan ramah, hanya karena mereka tak mengenal Haruno seperti aku mengenalnya, bukan berarti dia teman yang buruk bukan ?

  " Tidakkah kau merasa kalau Haruno adalah sebuah ancaman ? Maksudku... Kau tahu lah " Leonard ikut menyesap wine nya perlahan. Aku balas tertawa sinis,

  " Ayolah, Leo. Jangan melihat seseorang dari luarnya saja, kau belum mengenal Haruno seperti aku mengenalnya. Jadi kau belum tahu seperti apa Haruno sebenarnya " aku menggeleng tak setuju dengan anggapan lelaki itu tentang teman dekat ku. Aku meneguk habis wine dalam gelas ku,

  " Oh ya, selanjutnya bisakah kau urus keluarga dan orang orang kesayangan para target ku ? Kumpulkan mereka sementara aku akan mengumpulkan para target utama. Jadi perburuan selanjutnya, kita akan berbagi tugas. Bagaimana ? "

  Lelaki itu hanya mengangguk patuh tanpa protes, entah kenapa tapi aku merasa dia mungkin akan menjadi pengganggu untuk ku jika aku terus menerus mengajaknya. Selain itu, aku juga tak ingin memperlihatkan sisi lemah ku yang bisa saja muncul saat aku harus berhadapan dengan ketakutan ku.

  " Itu membuatmu ingin segera menyingkirkan nya bukan ? " Tebak Sebastian yang tentu saja benar. Entah sejak kapan, aku sudah berada di padang rumput. Aku sama sekali tak menyadari kapan iblis itu memindahkan ku ke dimensi ini dan membuat tubuhku terlelap di dalam pesawat sana. Aku mengangguk tipis sebelum teringat sesuatu,

  " T- Tunggu kalau aku disini, lalu- "

  " Tentang saja, aku sempat meminjam tubuhmu saat kau melamun tadi. Aku bahkan juga sempat meminta Leo untuk membangunkan mu kalau kita sudah hampir sampai di Hongkong " jawab Sebastian santai sebelum aku menyelesaikan kalimat ku.

  " Huh, dasar kau ini " aku memiting kucing itu gemas.

  " Bagaimana kalau ada yang melihat ku bertingkah aneh ? Kau harus lebih berhati hati menggunakan kemampuan mu itu " ujarku yang dibalas tawa oleh kucing itu.

  " Kau tidak perlu mengatakan nya, nona. Aku sudah tahu itu " Sebastian balas memiting ku. Hanya dalam waktu singkat, kami bergulingan di atas rumput, saling memiting satu sama lain. Aku hampir tak bisa berhenti tertawa saat kucing hitam itu menggelitik tengkukku dengan cakar mungil nya,

  " Haha.. s- sudah cukup.. haha Sebastian ! " Ujarku susah payah diantara tawa ku. Sebastian menurut, dia lompat menjauh dari atas tubuhku. Aku tetap berbaring di atas rumput dengan napas tersengal, sedangkan Sebastian duduk di dekat kepala ku. Kami sama sama sedang mengatur napas agar kembali teratur. Ku tatap langit biru yang dihiasi awan putih yang terlihat seperti gumpalan kapas di atas sana,

  Langit biru ya ?

  Ngomong ngomong soal langit, bagaimana bisa iblis itu membuat dimensi ini ?

  Sebuah pertanyaan terlintas di benakku.

  " Aku punya nama, nona. Kalau kau memanggilku begitu, itu terasa seperti kau sedang merendahkanku tahu " celetuk Sebastian yang kubalas dengan cengiran lebar.

  " Menciptakan dimensi ini mudah, nona. Karena sejatinya setiap manusia sudah memiliki dimensi mereka sendiri di dalam jiwa dan pikiran mereka. Kami sebagai iblis hanya perlu memanipulasi nya untuk keperluan kami, agar bisa menyusup ke dalam pikiran manusia dan merasuki jiwanya " kucing itu berbaik hati menjelaskan sembari menatap langit yang diciptakannya. Aku mengangguk angguk paham,

  " Oh ya, ngomong ngomong.. apa aku boleh meminjam tubuhmu nanti, nona ? Sebentar saja.. " ungkap Sebastian mengutarakan keinginannya. Aku berpikir sejenak,

  " Lalu bagaimana denganku ? "

  " Kau disini saja " jawab kucing itu santai.

  " Bukan itu maksudku, Sebastian. Lalu bagaimana denganku ? Apa yang harus kulakukan di sini ? Lagi pula sebenarnya apa yang akan kau lakukan ? " Tanya ku beruntun.

  " Itu rahasia dong " kucing itu pura pura tersenyum manis,

  " Ah, dan soal ingatan saat aku meminjam tubuhmu, itu akan secara otomatis langsung masuk ke dalam memorimu saat kau kembali ke tubuhmu nanti " jelas kucing itu. Dia seolah tak ingin aku mengkhawatirkan apapun dan berusaha meyakinkanku kalau dia tak akan melakukan hal aneh. Aku akhirnya mengangguk tipis, baiklah. Tak ada salahnya aku meminjamkan nya tubuhku sebentar, toh kami saling terhubung. Jadi apa yang perlu kuhawatirkan darinya ? Aku yakin kucing itu punya alasan sendiri untuk melakukannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!