Kringg... kringg...
Bunyi alarm jam weker membangunkan ku dari mimpi panjang yang menurutku cukup menyeramkan itu. Tangan ku segera terulur meraih jam weker di atas nakas, lantas mematikannya. Kutatap langit langit kamarku dengan kesal saat bayangan makhluk hitam itu kembali terlintas,
" sialan, mimpi itu lagi " gerutuku sedikit kesal.
" mimpi buruk lagi ? "
Aku menoleh ke arah sumber suara, saya akan kucing hitam lompat naik ke atas ranjang dan duduk di sampingku. Dia adalah Sebastian, seekor kucing yang entah bagaimana dapat berbicara. Dia sudah begitu saat ku temukan beberapa tahun lalu.
" umm.. begitu lah " aku beranjak duduk, mengelus bulu lembut Sebastian di sampingku. Kucing itu mengeluarkan dengkurannya halus, dia suka saat aku mengelus bulunya.
" nona ? "
" hm ? "
" bukan kah kau harus ke Tokyo hari ini ? apa tidak sebaiknya kau bergegas ? " ujar Sebastian mengingat kan.
" sesekali datang terlambat tidak masalah kan ? " aku mengambil ponsel di atas nakas, memutar lagu sebelum beranjak dari kasur. Sebastian sedikit memiringkan kepalanya menatap ku,
" tidak biasanya kau ingin datang terlambat, ada apa ? " tanya nya menyelidik. Gerakan tangan ku membuka gorden terhenti, aku diam sejenak, menciptakan keheningan sesaat sebelum kucing hitam itu mendesak ku.
" nona ? "
" entahlah, kurasa aku ingin berhenti " ujar ku pelan yang lebih mirip seperti gumaman, memperlihatkan sebuah keraguan.
" tapi kenapa ? " Sebastian lompat turun dari kasur, kembali mendesak ku.
" itu.. aku tidak tahu " tangan ku kembali bergerak membuka gorden, membiarkan cahaya senja menerobos masuk.
Baru dua jam lalu aku mendarat di London, setelah semalaman menghadiri pertemuan dadakan dengan ketua klan di Singapura. Sembilan jam sebelum nya, saat aku sedang berada di ketinggian empat puluh ribu kaki menuju Tokyo. Telepon itu masuk, pertemuan diadakan di Singapura. Pesawat jet ku segera mengubah arah tujuan, bahkan Key masih mengenakan jaket kulit dan pakaian hitam hitam dengan bau alkohol yang masih menempel di tubuh nya saat tiba di Singapura. Seperti nya dia sedang berada di klub saat mendapat perintah menghadiri pertemuan, lantas buru buru meluncur ke Singapura.
" kau tidak mabuk kan ? " aku berbisik padanya.
" tidak kok, aku hanya minum tiga gelas tadi " Key balas berbisik.
" kau tidak mandi dulu ? minimal ganti baju mu " aku menyikut lengannya yang di balas gelengan kepala oleh Key.
" setidaknya hilangkan bau alkohol nya. Apa kata ketua nanti ? " aku menyodorkan sebotol parfum beraroma mint. Key tertawa menerima nya,
" kita hidup di dunia hitam Maxi kecil. Alkohol adalah minuman sehari hari, ketua tidak akan mempermasalahkan nya " Key mengangkat bahu, mengembalikan botol parfum padaku. Aku tersenyum sekilas,
" hanya untuk formalitas Key. Ini undangan khusus ketua klan, sopan lah sedikit " aku berlalu lebih dulu, meninggalkan Key yang justru menyulut sebatang rokok. Setiba ku di aula pertemuan, ketua sudah menunggu bersama beberapa anggota petinggi lain. Hanya tersisa 2-3 kursi yang belum terisi.
" selamat malam anakku " sambut Edward, sang ketua klan. Di usia nya yang terhitung tua, garis wajahnya masih tegas dan suaranya masih amat berwibawa.
" selamat malam ayah " aku sedikit membungkuk kan badan memberi hormat.
" maaf mengganggu mu malam malam begini, kau pasti lelah dengan semua kesibukan mu " Edward menatap ku lembut. Aku tersenyum, menggeleng sopan.
" tidak ayah, aku tidak sibuk kok. Aku justru senang ayah menyuruh ku kesini sebelum aku benar benar berjamur karena bosan " ujar ku mencoba bergurau. Kalau ku perhatikan, suasana di aula sejak tadi diselimuti ketegangan entah karena apa, jadi aku ingin mencoba mencairkan suasana. Edward terkekeh,
" kau memang selalu punya selera humor, Maxi. Duduklah putri ku "
Aku tersenyum sekilas, beranjak duduk di salah satu kursi kosong. Key menyusul masuk beberapa menit kemudian,
" apa kau bersama Melrose, Key? " tanya Edward yang dijawab gelengan kepala Key. Biasanya gadis centil itu selalu menempel pada Key kemana pun pemuda itu pergi, tapi kali ini dia tak terlihat.
" aku tidak melihatnya, kurasa dia tidak akan hadir kali ini " jawab Key. Edward mengangguk takzim,
" kalau begitu kita mulai saja pertemuan malam ini " Edward diam sejenak, menciptakan keheningan yang mencekam di aula. Aku menebak nebak apa yang akan Edward bahas kali ini, pertemuan ini sangat mendadak jadi itu pasti sangat mendesak dan serius.
" aku sudah memutuskan.. " Edward menggantung kalimat nya, dia seolah sengaja membuat kami menunggu dan menebak nebak apa kalimat selanjutnya yang akan dia katakan.
Apa ? apa yang akan sang ketua putuskan ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments