chapter 10

  " Kau baik baik saja ? " Tanya Key entah sudah ke berapa kalinya. Aku mencoba tertawa,

  " Sudah lah. Aku baik baik saja kok "

  " Tapi- "

  " Mungkin aku hanya lelah. Beberapa hari terakhir jadwal ku sangat padat " potongku. Menegaskan bahwa aku memang baik baik saja, hal seperti itu kadang memang terjadi saat kenangan kelam ku tiba tiba muncul dan berputar di kepalaku.

  " Kalau begitu aku akan mengantarmu sampai London " ujar Key masih dengan raut wajah khawatir. Aku menggeleng tegas, jelas saja aku menolak nya, aku harus langsung pergi ke Indonesia lagi setelah ini.

  " Masih banyak urusan lain yang harus ku urus, aku belum bisa pulang sekarang " aku memberi alasan. Ku gendong Sebastian lalu memasukkan nya ke dalam ransel. Tugasku disini telah selesai, aku harus melanjutkan perburuan ku. Lelaki bersurai biru itu menahan tanganku saat aku hendak mengenakan ransel ku di punggung,

  " Kau harus istirahat, Maxi ! Aku akan bilang pada Edward agar mengurus tugas tugas mu dan memberikan hari libur untuk mu " iris hijau emerald itu menatapku serius. Ku sungging kan senyum tipis lantas mengibaskan tangannya pelan,

  " Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi aku tak butuh istirahat Key. Aku sudah memesan tiket penerbangan pagi ini, keputusan ku tidak dapat dirubah seenaknya "

  Key diam sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk tipis,

  " Kalau begitu jaga dirimu, kau bisa menghubungi ku kapanpun kau butuh bantuan. Mengerti ? " Pesan Key sebelum membiarkan ku pergi. Aku mengangguk sekilas, lantas berpamitan sebentar sebelum pergi menuju bandara.

“ hey, nona “ panggil Sebastian.

  “ hm ? “ sahutku.

  “ mau tahu cara seru agar kita bisa langsung sampai ke lokasi tujuan ? “ tanya kucing itu lewat telepati seolah ingin aku menjawabnya dengan tepat. Aku berpikir sejenak,

  “ memangnya apa ? “ Aku balik bertanya saat tak kunjung menemukan jawaban nya. Aku sedang malas bermain tebak tebakan, memangnya ada cara cepat dan seru agar langsung sampai di lokasi tujuan ? tidak mungkin teleportasi kan ?

  “ tutup matamu, nona “ pinta Sebastian dari dalam ransel.

  “ kau tidak akan melakukan hal aneh bukan ? “ tanya ku menyelidik. Akan repot kalau kucing yang satu itu membuat ulah, mengingat dirinya adalah seekor iblis, apalagi kalau yang ia lakukan adalah hal diluar nalar. Bagaimana jika ada yang melihatnya ?

  “ percayalah padaku, nona “ ujar nya meyakinkan.

  Tes!

  Suara tetes air terdengar lembut, aku refleks hendak membuka mata saat kurasakan perubahan gravitasi pada pijakanku. Tapi Sebastian lebih dulu mencegahku,

  “ jangan coba coba mengintip ya “ ujarnya mengingatkan.

  “ ayolah Sebastian, apa sih yang kau lakukan ? “ tanyaku tak sabaran yang hanya dibalas tawa kecil oleh kucing itu.

  “ nah, sekarang buka matamu “ perintah Sebastian akhirnya. Keheningan yang tadi sempat tercipta sejak aku mendengar suara tetes air kini digantikan oleh suara debur air yang cukup keras. Aku perlahan membuka mata, dan betapa terkejutnya aku saat sadar bahwa kami sudah berpindah tempat. Tumpukan kontainer kargo raksasa terlihat di kejauhan, dan di sekeliling kami kini terdapat gudang gudang terbengkalai yang tak terurus, bukan lagi deretan rumah di kanan kiri jalan raya.

  “ a- apa.. apa yang terjadi ? “ tanyaku sedikit bingung.

  “ apa lagi ? kita berteleportasi, nona “ jawab Sebastian.

  “ menyenangkan bukan ? “ entah sejak kapan, kucing itu sekarang sudah berdiri di depanku. Kapan dia keluar dari dalam ransel ?

 Aku mengangguk tipis, irisku segera menyapu sekitar. Kami kini berada di pelabuhan tempat kami meninggalkan Clara di dalam kontainer beberapa waktu lalu,

  “ itu keren Sebastian “ pujiku. Tangan ku merogoh saku celana, mengambil ponsel untuk menghubungi Leonard. Tak butuh waktu lama, kami segera tersambung.

  “ apa urusanmu disana sudah selesai, Leo ? aku sudah ada di pelabuhan waktu itu. Kalau kau belum selesai, mungkin aku bisa pergi duluan ? “

  “ ah, putri. Aku akan segera menyusulmu setelah ini, jadi tunggu aku yaa. Hey awas arah jam satu ! “ Leonard berseru diseberang telpon. Dapat kudengar hingar bingar suara tembakan disana, kurasa dia sedang terlibat baku tembak. Sebaiknya kutelpon dia nanti,

  “ maaf, putri. Aku akan menelpon lagi nanti “ ujar Leonard sebelum ia memutuskan sambungan telpon yang awalnya ingin kulakukan.

" Well, kurasa kita bisa sedikit bersantai ? " Aku memasukkan ponsel ke dalam saku.

  " Baguslah kalau begitu. Bagaimana kalau kita jalan jalan ? Tapi ke mana ? "

  " Pantai ? " Usul ku mengingat ada pantai yang katanya indah di dekat sini. Sebastian mengangguk mengiyakan, dia seolah ingin bilang " bersenang senang lah nona, selagi kau bisa. Lagipula kau sudah lama tidak jalan jalan bukan ? " Aku jadi merasa kalau kami semakin terhubung saja. Senyum di wajahku terus terkembang sampai kami tiba di hamparan pasir putih yang menjadi perbatasan antara daratan dan lautan itu. Sebastian langsung berlari dan guling guling di atas pasir, membuat tubuhnya kotor. Aku tidak tinggal diam, ikut menyusul melangkahkan kaki di atas pasir putih. Kami mulai bermain di sana layaknya anak kecil, aku dan Sebastian mulai berkejaran, bermain air, bahkan sampai membuat istana pasir. Menjelang siang, kami menjauh dari bibir pantai. Selain ombak yang semakin besar dan matahari yang semakin terik membakar ubun ubun, kami juga sudah cukup lelah. Saat aku dan Sebastian beristirahat di bawah sebuah pohon kelapa yang teduh, aku mengeluarkan ponsel ku yang sempat kusimpan di dalam ransel tadi. Dan betapa terkejutnya aku saat mendapati ada sekitar sepuluh panggilan tak terjawab dari Leonard, aku menekan tombol call pada kontak lelaki itu.

  " Putri ! " Sebuah suara keras menyambutku, membuat telingaku berdengung dan aku refleks menjauhkan ponsel dari telingaku.

  " Di mana kau ?! Aku mencoba menghubungi mu sejak tadi ! Kudengar dari Key kalau kau sempat pingsan di AS, kupikir sesuatu yang buruk padamu. Apa kau tahu seberapa khawatir nya aku hah ?! " Omel Leonard di seberang panjang lebar yang hanya kubalas dengan tawa kecil.

  " Trims sudah mengkhawatirkan ku, kawan. Tapi aku baik baik saja " aku menekan tombol untuk beralih ke panggilan video.

  " Lihat, aku sedang bersenang senang di sini. Jadi kau tidak perlu khawatir " aku tersenyum sembari kamera ponsel aku ke arah pemandangan laut agar Leonard bisa tahu keberadaanku.

  " Jangan kemana mana, aku akan segera ke sana " ujar lelaki itu sebelum sambungan di putus olehnya.

  " Ada apa, nona ? " Tanya Sebastian menatapku ingin tahu.

  " Haha, kurasa Leo mencari kita " jawabku sembari mengelus kepala kucing itu dengan lembut. Ku tatap debur ombak yang membuat riak di bibir pantai, membasahi pasir putih dengan air laut. Sinar matahari yang memantulkan cahaya keemasan ke pantai, membuatnya terlihat lebih indah. Aku sendiri sudah lupa, kapan terakhir kali aku menikmati waktu ku seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!