chapter 7

Malam itu langit bersih tanpa awan, langit menyajikan pemandangan bintang gemintang yang indah. Ditambah semilir angin yang tidak terlalu dingin, berhasil membuat ku keluar ke balkon dan tepekur disana. Aku menghela nafas pelan menatap langit, kalimat Leonard saat makan malam di restoran tadi berputar di kepalaku.

" apa sudah kau putuskan ? " tanya Leonard memulai percakapan.

" huh ? apanya ? " aku balik bertanya.

" keputusan mu akan jadi ketua klan atau tidak ? "

" ah itu.. " aku menggaruk kapalaku yang tak gatal. Apa yang harus kukatakan ?

" tidak perlu buru buru, pikirkan saja dulu " ujar Leonard akhirnya karena tak mendapatkan jawabanku.

Deretan percakapan itu berputar di kepalaku, juga percakapan ku dengan Haruno tempo hari, mengingatkan ku akan keputusan besar yang harus segera aku ambil.

" benar kata mereka "

Aku menoleh, Sebastian terlihat melangkah mendekat ke arah ku.

" Kau tidak perlu buru buru memutuskan, lagipula aku yakin mereka akan menunggu dan menerima semua keputusan mu " ujar nya. Dia duduk di dekat ku,

" Apa karena itu kau ingin berhenti, nona ? Keluar dari Maximus ? " Tanya Sebastian. Sebuah senyum tipis terlukis di wajah imutnya,

" I- itu .. "

" Kau tidak punya pilihan, nona " iris oranye miliknya terlihat serius.

" Kalau kau melakukannya, kau tidak akan punya kesempatan kedua untuk membalaskan dendam mu. Kau akan dihantui oleh ketakutan selama sisa hidup mu, dan saat kau menyesali nya, tak akan ada jalan untuk kembali " Sebastian diam sejenak, membiarkan ku mencerna kalimatnya.

" Kau mungkin akan kembali hidup normal seperti dulu, tapi harganya mahal nona. Kau akan kehilangan segalanya yang kau miliki saat ini, kau akan kehilangan Maximus sebagai keluarga mu, tempatmu untuk pulang dan tentu saja aku "

Aku menatap kucing itu sedikit tak mengerti,

" Kenapa- "

" Karena saat kau berhenti, secara otomatis kontrak kita batalkan aku tak punya alasan untuk tetap bersamamu " jelas Sebastian sebelum aku sempat menyelesaikan kalimat ku. Aku mendongak menatap langit, mencoba menghindari kontak mata dengan kucing itu. Entah hanya perasaanku atau bagaimana, tapi tatapannya terasa sedikit menyeramkan saat dia menatapku serius.

" Aku tahu, akan ku pikirkan lagi " ujar ku pelan setelah hanya mendengarkan Sebastian sejak tadi. Sebastian mengangguk,

" Sebaiknya begitu, nona "

Drrtt.. drrtt..

Ponsel ku bergetar pelan. Saat kulihat, nama yang tertera di layar ponsel ku adalah, " Key "

Hm ? oh nada dering ku ? aku sudah mematikannya sejak Leonard menelponku tengah malam, itu cukup mengganggu jadi aku tak memberikan nada dering lagi pada ponselku dan menggantinya dengan getaran pelan.

“ halo ? “

“ kau dimana ?! “

Aku buru buru menjauhkan ponselku dari telinga saat Key menyambutku dengan bentakan.

“ kau tidak perlu berteriak, bodoh ! “ aku balas berseru kesal. Diseberang sana dapat kudengar lelaki itu berdecak pelan,

“ maaf. Kau dimana sih ? aku mencoba menghubungi mu sejak siang tapi tidak bisa, saat aku ke apartemen pun dirimu tidak ada disana “ omel Key sedikit kesal. Aku memutar bola mata malas,

“ aku sedang sibuk. Ada sedikit pekejaan yang harus ku urus “

“ oh ya ? tapi kudengar kau sedang bersama Leo sekarang “ ujar Key. Aku berdecak pelan, darimana dia tahu ? apa Leonard yang memberitahunya ? lagupula seingatku tidak ada anggota Maximus yang tahu kontak ponsel pribadiku, tapi kenapa Key bisa menghubungiku ? aku harus menanyakan nya pada Leonard nanti.

“ aku butuh sedikit bantuan darinya “ ujarku mencoba mencari alasan.

“ kau tidak lupa kan ? “ Key lompat ke topik lain. Mugkin ini alasannya dia menelpon dan mencariku siang tadi. Aku diam sejenak, lupa ? lupa apa ? memangnya ada apa ?

“ besok kau ada janji temu dengan Key, kan ? “ ujar Sebastian mengingatkan. Kucing itu menatapku dengan tatapan khas nya yang menyebalkan.

" Maxi ? " Panggil Key di seberang.

" Ah, ya. Aku tidak lupa kok, amerika selatan kan " aku melirik jam tangan di pergelangan tangan, besok aku harus menyelesaikan urusanku di sana bersama Key.

" Baguslah kalau kau ingat, aku akan menunggumu di sana besok "

" Oke, sampai jumpa di sana " aku menutup telepon secara sepihak, kuhela napas pelan sembari menatap bintang gemintang di langit.

" Kau lelah ya ? "

" Tidak juga kok " aku tersenyum tipis, berusaha menutupi apa yang kurasakan dari Sebastian.

" Tidak perlu berbohong, nona. Aku tahu semuanya. Kau dan aku itu terhubung, jadi percuma menyembunyikan apapun dariku " ujar Sebastian tanpa melihat ke arah ku. Aku tertawa kecil,

" Hahaha, apa kau tuhan Sebastian ? " Tanyaku sedikit mengejek. Sebastian menggeleng,

" Aku hanya iblis nona, tapi memang nya kau percaya pada Tuhan ? " Sebastian balas mengejek ku. Kami saling tatap sejenak, lantas kemudian tertawa bersama. Kami sama sama tahu, orang yang memanggil iblis tak pernah percaya pada Tuhan, karena iblis hanya akan datang pada mereka yang dapat ia jerat ke dalam lubang neraka keputusasaan. Malam itu aku menyadarinya, bahwa iblis tidak selalu jahat dan kejam seperti yang orang lain katakan. Karena iblis dulu sekali sejati nya adalah malaikat, yang dikutuk untuk menjadi iblis setelah ia membuat satu kesalahan. Hitam belum tentu buruk, putih belum tentu baik. Kadang kala warna hitam itu sendiri berasal dari warna putih, sedangkan putih, tidak akan tercipta tanpa adanya warna hitam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!