chapter 2

" aku sudah memutuskan.. " Edward menggantung kalimat nya.

   " penerus klan kita adalah.. "

   ah rupanya soal penerus klan.. kupikir hal penting apa yang akan dikatakan sang ketua.

   " Maxi " tepat saat nama itu keluar dari mulut Edward, semua orang di aula menatap ku. Aku mengedipkan mata beberapa kali, masih sedikit mencerna kalimat Edward, berharap kalau aku salah dengar. Tapi Key akhir nya menyikut lenganku,

    " hei, ketua menunggu respon mu tuh " bisik nya menyadarkan ku.

    " ehh ? a- aku ? apa ketua tidak salah pilih ? bukankah banyak yang lebih pantas dari pada aku ? Key misalnya ? atau Leonard mungkin ? " aku yang baru sadar kalau aku memang tak salah dengar gelagapan menjawab. Edward terkekeh,

    " lihat, karena terkejut dengan keputusan ku dia sampai gelagapan begitu. Padahal pengendalian dirinya sangat baik " ujar Edward yang disambut tawa oleh anggota petinggi lain. Wajahku refleks memerah menyadari sikap ku yang tak bisa ku kendalikan karena terkejut, tapi Edward segera angkat bicara saat melihat ku yang menunduk.

    " tidak perlu buru buru memutuskan putriku. Aku tidak asal memilih mu, tentu saja aku membuat keputusan itu setelah berunding panjang dengan anggota pendiri lain. Tapi semuanya tergantung padamu, kami akan menunggu keputusan dari mu " ujar Edward bijak.

     pertemuan yang kupikir akan berjalan lancar dan cepat justru berjalan sebaliknya, kacau dan amat lambat. Aku berkali kali bilang tidak, tapi berkali kali itu pula Edward memberikan jawaban sama, " aku tidak perlu buru buru memutuskan " .

Pertemuan itu berakhir menyebalkan, aku kalah suara. Hampir rata rata anggota senior mendukung Edward yang memilih ku sebagai penerus nya. Aku tak mengerti, kenapa mereka justru memilih ku ?

    Baru pukul empat dini hari pertemuan itu selesai, dengan keputusan aku harus berpikir matang sebelum memberi jawaban. Aku langsung terbang ke London sebelum pergi ke Tokyo malam hari nya. Jadwal terbang ku ke Tokyo memang sudah diatur jauh jauh hari, jadi tak bisa seenaknya di undur atau bahkan di batalkan. Lelaki bawel itu pasti akan mengomel panjang lebar jika aku tak datang menemui nya.

" nona ? "

" huh ? " aku menoleh, baru tersadar dari semua kecamuk pikiran ku tentang pertemuan semalam.

" kau mengabaikan ku lagi ? " tanya Sebastian sedikit kesal.

" uh ? maaf Bastian " aku berjongkok hendak mengelus bulu lembut Sebastian, tapi kucing itu lebih dulu berlalu sambil mengibaskan ekornya.

" lupakan saja, cepat bersiap dan berangkat lah ke Tokyo " ujar Sebastian ketus, kurasa dia kesal karena tak diacuhkan. Aku tersenyum tipis, lantas dalam sedetik menyambar dan membawa kucing hitam itu ke dalam gendongan ku.

" kalau begitu, kau juga ikut denganku "

" ha ? kenapa aku harus ikut dengan mu ? tidak mau ! " tolak nya, dia berusaha berontak dari dekapan ku.

" ayolah, Bastian. Ya ? " aku memelas, kucing itu berhasil lompat dan menjauh dari tanganku yang hampir menangkap nya lagi.

" tidak mau ! " tolak nya mentah mentah.

" apa kau tidak bosan di rumah sendirian ? setidaknya kau bisa menemui ku sambil melihat pemandangan di pesawat " bujuk ku berusaha mengajak kucing itu ikut pergi bersamaku.

" tidak, lebih baik aku bermain di rumah daripada harus duduk manis dan terjebak di pesawat " Sebastian lompat naik ke atas rumah rumahan nya, meringkuk disana agar tak bisa ku jangkau. Aku mendengus sebal, aku akan bosan berada di atas pesawat selama beberapa jam nanti. Tapi baiklah, aku bergegas mandi dan segera bersiap terbang menuju Tokyo untuk menemuinya.

\*\*\*

Siapa yang aku temui di Tokyo ?

Dia adalah Haruno Sano, ketua klan Yakuza yang di takuti. Lelaki yang saat ini tepat berada di depan ku sambil tertawa lebar. Jika orang lain melihat Haruno sebagai ketua klan yang dingin dan kejam, aku sebaliknya, Haruno yang ku kenal adalah seorang lelaki ramah dan menyenangkan.

" Haru ? " panggilku sambil menahan senyum.

" hmm ? " Haruno yang sedang melahap es krim nya mendongak. Pipi nya terlihat sedikit kotor oleh noda coklat, membuat ku harus menahan tawa. Haruno memang mood booster sekaligus teman terbaikku, melihat tingkah nya yang imut saja sudah bisa membuat ku melupakan benang kusut di pikiranku sesaat. Aku mengambil sehelai tisu dari kotak tisu lantas tangan ku terulur mengelap pipi Haruno yang belepotan coklat,

" dasar, kau itu bukan anak kecil tahu "

Haruno hanya nyengir menanggapi celetukanku.

" oh ya, ngomong ngomong kenapa kau tiba tiba ingin bertemu denganku ? kau tahu kan jadwal ku padat bulan ini " aku melempar gulungan tisu bekas ke tong sampah. Haruno meletakkan sendok es krim nya,

" memangnya tidak boleh kalau aku ingin bertemu denganmu ? " Haruno balik bertanya.

" eh ? y- yah tidak apa apa sih " aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Haruno tertawa kecil melihat ku yang gelagapan,

" kau tahu, aku juga sangat sibuk sejak menjadi ketua klan. Tugasku menumpuk, deadline ku padat. Aku lelah, dan aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama mu untuk mengurangi rasa lelah ku. apa itu salah ? " Haruno tersenyum menatap ku. Aku terdiam, dalam benakku kembali terbayang hasil pertemuan di Singapura. Aku ragu ragu ingin bertanya pada Haruno, apakah lelaki di depan ku ini mungkin punya jawaban nya ?

" hey Haru ? apa kau suka menjadi ketua klan ? apa kau tidak lelah ? apa menjadi ketua klan itu sulit ? " tanyaku bertubi tubi tanpa menatap Haruno. Lelaki itu diam sejenak, sebelum akhirnya tertawa kecil.

" hey ? bicaralah pelan pelan, satu satu dong " Haruno menyentil dahi ku pelan, membuat ku sedikit mengaduh karena kaget. Aku manyun, pura pura kesal dengan sikap Haruno.

" ada apa ? tidak biasanya kau bertanya begitu " lanjutanya.

" mungkin aku juga akan jadi ketua klan ? "

kali ini Haruno benar benar terdiam, wajahnya berubah serius.

" menjadi ketua klan itu sulit, Max. bahkan sangat sulit. kau punya tanggung jawab besar pada seluruh klan, bukan hanya pada satu dua orang, tapi ratusan bahkan ribuan orang. jujur saja, Aku tidak terlalu suka menjadi ketua klan. tapi bagaimana lagi ? " Haruno mengangkat bahu, dia mulai terlihat kembali santai.

" tapi kalau kau benar menjadi ketua klan, aku akan selalu ada di belakangmu. kau tahu itu kan ? " Haruno mengacak rambut pendekku, membuat rambutku yang sudah berantakan tambah kusut. aku berdetak sebal, Kenapa justru Haruno ikut mendukung aku menjadi ketua klan ? Aku tidak mau !

banyak hal, banyak janji yang belum ku penuhi. aku harus menyelesaikan semuanya jika aku benar benar akan menjadi penerus, sebelum kesibukan menjadi ketua klan menghalangiku menyelesaikan urusan urusan rumitku di masa lalu.

Beberapa jam ke depan, ketika Haruno masih mengajakku berkeliling di pusat perbelanjaan, pikiranku perlahan mulai menyusun strategi strategi. Lelaki itu kini benar benar tak terlihat seperti ketua klan Yakuza, dia berbaur dengan puluhan orang yang menjalani hari hari mereka tanpa satu pun dari mereka tahu, bawa ketua clan Yakuza sedang ada di antara mereka. Walaupun langit sudah mulai gelap, tapi jalanan Tokyo masih tetap ramai. Kota itu seolah tidak pernah mati. Haruno tau diri, dia tahu aku sibuk dan lelah. Juga banyak tugas yang sudah menunggunya untuk diurus. Lelaki bersurai pirang itu mengantarku ke bandara sebelum langit benar benar gelap, dia tidak ingin dirinya menjadi penghalang untukku dan juga dia tidak ingin aku kelelahan karenanya.

" terima kasih sudah mau menemaniku hari ini, Maxi. maaf sudah merepotkanmu di tengah jadwal mu yang sudah pasti padat " Haruno mengulas senyum di wajahnya. Dihadapan ku dia selalu berusaha terlihat riang dan selalu tersenyum. Tapi aku tahu,dia sangat lelah dengan semua pekerjaan dan beban yang harus ditanggungnya, Karena itulah aku tak pernah bisa menolak jika dia memintaku untuk menemaninya, jadi aku selalu berusaha memenuhi permintaannya walau itu hanya jalan jalan seharian. Karena aku tahu, yang ia punya hanya aku.

" hey, jangan terlalu memaksakan diri oke ? " aku balas tersenyum,

" kalau kau lelah istirahat saja dulu " aku menepuk nepuk bahu nya. Haruno ketawa kecil sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,

" kelihatan ya ? "

" kau mungkin ketua klan Yakuza, tapi kau bukan pembohong yang baik " aku tersenyum tipis.

" yah sebenarnya cara berbohong ku tidak buruk kok, tapi kau saja yang bisa mendeteksi kebohonganku " Haruno balas tersenyum. Aku tertawa kecil,

" oh ya ? bagus kan ? jadi kau tidak bisa berbohong padaku "

Haruno tersenyum tipis,

" sampai jumpa Maxi "

" sampai jumpa Haruno " aku melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam pesawat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!