chapter 6

Siang dengan cepat berubah menjadi malam, matahari terik berganti kan dengan bulan purnama di langit malam yang penuh bintang. Aku sudah berkali kali menguap, Leonard bilang dia punya tempat yang bagus untuk menyimpan sandera, jadilah dia mengantar ku kesana.

" Apa kau mengantuk, putri ? " Tanya Leonard melirik ku sekilas. Aku menggeleng,

" Aku bosan " jawab ku yang dibalas tawa canggung oleh lelaki itu. Ku lirik sekilas tubuh Clara yang terbaring di kursi belakang lewat kaca, aku sudah membius nya lagi tadi saat dia sempat bangun.

" Apa masih jauh Leo ? " Tanyaku sembari menguap. Leonard menggeleng,

" Sebentar lagi kita sampai "

Aku menatapnya datar,

" Dari tadi kau terus bilang begitu, tapi kita tidak sampai sampai " protes ku. Aku yang mulai bosan menatap keluar jendela mobil, Sebastian sudah sejak tadi tidur nyenyak di pangkuan ku. Kalau saja dia tidak tidur, aku pasti tidak akan se bosan ini.

" Ada apa nona ? Aku tidak tidur kok " suara Sebastian muncul di kepalaku, tapi kulihat dia masih memejamkan matanya.

" Aku harus mengistirahatkan tubuh ku, nona. Tapi aku tidak tidur, iblis tidak butuh tidur "

Mataku membulat, tertarik dengan topik yang diambil Sebastian.

" Oh ya ? "

Sebastian di pangkuan ku membuka matanya perlahan, dia menatapku lamat lamat lantas berkedip sekali dan,

Syuuu...

Angin berhembus kencang menerpa wajahku, memaksa ku menutup mata. Entah apa yang terjadi, saat aku membuka mataku, aku dan Sebastian telah berada di dimensi " itu ". Ruangan gelap tanpa ujung yang selalu ku lihat di dalam mimpiku.

" Sebastian ! Apa yang kau lakukan ? Kenapa kau membawaku kemari ?! " Aku menatap sekeliling dengan cemas, aku selalu takut dengan kegelapan ini. Sebastian tersenyum tipis,

" Tenang lah nona. Hanya jiwa mu yang kubawa kemari, tubuh mu sedang tidur di mobil sekarang " ujar kucing itu santai.

" Tapi tidak bisakah kau membawaku ke tempat lain ?! " Tanyaku gemas. Apa dia tak mengerti kalau aku takut berada di sini ?!

" Ah, kau takut ya ? Maaf maaf " Sebastian mengetuk dasar dimensi itu berirama, dan tempat itu segera berubah menjadi sebuah padang rumput yang indah. Aku menghela napas lega, lantas duduk menjeplak di rerumputan. Sebastian lompat ke pangkuanku, dia mengeluarkan suara purr pelan saat ku elus. Sesaat keheningan menyelimuti kami,

" Umm.. Sebastian, apa aku boleh bertanya ? " Tanyaku pelan sembari menatap langit.

" Hm ? Apa itu ? " Sebastian balik bertanya tanpa membuka matanya, tapi aku tahu dia mendengarkan ku.

" Sebenarnya apa yang terjadi di minimarket tadi ? Aku terlalu takut, bahkan menggerakkan lidah pun tak bisa. Tapi saat itu tiba tiba aku merasa tengkuk ku menghangat, dan aku seolah mendapatkan keberanian " ungkap ku. Sebastian membuka matanya, dia lantas mendongak menatap ku.

" Bukankah kau seharusnya tidak perlu menanyakan hal itu ? " Kucing itu menyeringai tipis, dia seolah menertawakan pertanyaan ku barusan. Aku mengangkat sebelah alis ku tak mengerti,

" Sudah jelas kan ? Sudah tugas ku membantu mu dan memberi mu kekuatan untuk membalas dendam sesuai yang ku janjikan di kontrak " ujar kucing itu, kulihat ekornya yang indah bergerak gerak lucu.

" Hahaha, bukan itu maksud ku. Kalau itu aku tahu, tapi bagaimana bisa kau melakukannya ? Apa itu semacam penyaluran energi ? "

" Iblis punya kemampuan yang tidak bisa dimengerti oleh manusia, nona. Dengan kemampuan yang kami miliki, melakukan hal kecil seperti itu adalah hal mudah bagi ku " jelas Sebastian dengan nada angkuh nya. Aku tersenyum tipis, tanganku bergerak mengelus lembut bulu nya. Sebastian mendengkur pelan menikmati sentuhan ku, sementara itu keheningan kembali hadir diantara kami. Kurasa sejak aku tahu kalau Sebastian adalah iblis, hubungan kami jadi sedikit canggung. Aku merasa masih kurang mengenal nya selama ini.

" Kau memang belum mengenal ku, nona " ujar Sebastian. Sial, aku lupa dia bisa membaca pikiranku. Tapi dengan begitu bukankah jadi lebih baik ? Aku jadi tak perlu berfikir harus mencari topik apa untuk dibicarakan.

" Kau harus menghilangkan ketakutan mu, nona. Kita akan terus mencari keberadaan mereka sampai tak tersisa seorang pun, karena itu kau seharusnya tidak boleh menyisakan setitik pun keraguan dan ketakutan atau semuanya akan fatal. Kita tak pernah tahu masih seberapa tangguh mereka, jika kau sendiri saja tidak bisa menghadapi ketakutan mu sendiri, lantas bagaimana kau akan menghadapi mereka ? " Ujar Sebastian menegaskan. Dia menatapku lamat lamat, membuatku tak betah berlama lama menatapnya. Aku diam tak menjawab, menciptakan keheningan yang cukup lama, dan keheningan itu baru berakhir saat..

" Putri ? " Suara Leonard terdengar menggema di padang rumput. Aku mendongak bersamaan dengan Sebastian yang ikut menatap langit,

Tes!

Suara tetesan air terdengar.

" Hey bangun " dapat kurasakan Leonard mengguncang bahu ku pelan. Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lantas refleks segera melihat sekitar. Aku sudah berada di dalam mobil lagi, tapi sekeliling ku sedikit gelap dan minim cahaya.

" Kita di mana ? " Tanyaku. Hanya ada sedikit cahaya redup dari lampu jalanan yang berada di kejauhan, dan itu membuat jarak pandang ku sedikit terbatas. Suara mesin berat terdengar bising, seolah mesin mesin itu sedang memindahkan atau mengoperasikan sesuatu yang besar.

" Kita di pelabuhan " jawabnya. Aku memperhatikan sekitar lebih teliti, benar kata Leonard. Tak jauh dari tempat kami berhenti terlihat kontainer kontainer raksasa tersusun, dan tempat kami berada saat ini adalah bagian gudang penyimpanan. Leonard yang punya kekuasaan di sini pasti tahu ada gudang yang tak terpakai dan mungkin tak dapat diakses oleh orang lain. Aku beranjak turun dari mobil sembari melihat-lihat deretan gudang dengan pintu terkunci yang terlihat sangat jarang disentuh.

" Gudang mana yang akan ku gunakan ? " Tanyaku. Kira kira seperti apa dalamnya ? Apa akan ada banyak barang ekspor yang belum dikirim atau mungkin rongsokan benda benda tak berguna di dalamnya ? Batinku mencoba menebak nebak. Leonard tertawa kecil,

" Tebakan mu hampir benar, putri. Tapi bukan gudangnya yang menjadi tujuan kita " Leonard menunjuk kontainer raksasa berwarna merah yang berada tak jauh dari gudang,

" Kurasa kontainer akan lebih cocok. Saat kau sudah puas bermain main dengan mereka, kau hanya perlu menenggelamkan nya ke dalam laut untuk menghilangkan jejak dan barang bukti " jelas Leonard sebelum aku sempat bertanya. Aku mangut mangut sebelum akhirnya teringat sesuatu,

" Tapi- "

" Bagaimana jika mereka yang kau kurung di dalam membuat suara bising dengan memukul mukul dinding kontainer ? Mudah saja, aku yakin kau tidak akan membiarkan mereka melakukan itu, dengan kata lain kau pasti akan mengikat mereka. Bukan begitu ? Ataupun jika mereka tetap bisa melakukannya, mustahil akan ada yang mendengar suara mereka. Aku sengaja meletakkan kontainer itu tepat di bibir pelabuhan yang jarang dilalui orang, selain itu suara air dan kesibukan di pelabuhan akan meredam suara yang dihasilkan dengan sendirinya " potong Leonard melanjutkan pertanyaanku sekaligus menjawabnya panjang lebar. Aku tersenyum tipis,

" Kerja bagus Leo " pujiku. Leonard menyeringai senang,

" Kau selalu bisa mengandalkan ku putri " ujar nya bangga.

" Tapi berhentilah memotong kalimat ku. Itu tidak sopan " balas ku dingin yang membuat seringai di wajah Leonard segera hilang. Sebastian mengeong memutus percakapan, dia mengingatkan ku kalau efek obat bius yang kuberikan pada Clara akan segera habis. Dengan bantuan lelaki itu kami memindahkan tubuh Clara kedalam kontainer yang tadi dibicarakan Leonard. Clara ku biarkan tergeletak tak sadarkan diri dengan tangan dan kaki terikat, tak lupa ku lemparkan juga makanan kucing yang kuambil dari minimarket tadi sebelum kami pergi.

" Kau benar benar baik putri " komentar Leonard saat aku dengan wajah dingin menutup pintu kontainer.

" Jangan menghina ku Leo " ujarku dingin yang dibalas gelengan kepala oleh lelaki itu.

" Aku sama sekali tak berniat untuk menghina mu, putri. Tapi dari sekian banyak orang yang ku kenal, hanya kau yang memberikan makanan pada orang yang ingin kau siksa " ungkapnya. Aku berdecak pelan,

" Aku tak akan membiarkan nya mati sebelum aku sempat menyiksa nya bukan ? " Aku mengangkat bahu.

" Tapi kurasa kucing mu lebih butuh makanan itu daripada si gadis minimarket " Leonard menunjuk Sebastian dengan dagu nya.

" meong "

" Enak saja ! Makanan ku tidak se menjijikkan itu ! " protes Sebastian yang hanya dapat di tangkap oleh telingaku. Aku tertawa kecil,

" Makanan kucingku bahkan lebih baik daripada makanan termahal yang pernah dimakan gadis itu Leo " aku menyeringai tipis,

" kucingku tidak makan Snack cat seperti itu " aku menggeleng yang dibalas tawa oleh lelaki itu.

Benar, Sebastian tidak makan makanan kucing seperti kucing pada umumnya, dia makan apa yang kumakan, makanan manusia.

" oh ya, ngomong ngomong soal makanan, ayo mampir ke restoran setelah ini. Aku lapar " ujarku yang langsung disetujui Leonard.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!