chapter 11

Deburan ombak menyapu bibir pantai, entah membawa makhluk laut atau hanya sejedar batu. Sinar matahari yang memantulkan cahaya keemasan, membuatnya terlihat lebih indah. Sambil memainkan pasir pantai dengan tangannya yang mungil, Sebastian terus menatap ke arah lautan.

“ apa ada yang mengganggu pikiranmu, Sebastian ? “ tanyaku. Kucing itu menggeleng saat menyadari aku yang sedari tadi memperhatikannya,

“ tidak ada kokk “ sebuah senyum tipis terlukis diwajahnya, sangat tipis sampai sampai aku sempat ragu kalau itu adalah sebuah senyuman. Aku yakin dia pasti menyembunyikan sesuatu dariku,

“ ayolah, jangan begitu. Ayo katakan saja “ bujukku. Kuletakkan tubuh mungilnya diatas pangkuanku lantas mengelus lembut kepalanya,

“ mungkin lain kali, nona. Tidak sekarang “ Ujarnya pelan. Kucing itu mengeong pelan, dia memberi kode akan kedatangan seseorang.

“ dasar kau ini, aku mencarimu kemana mana tapi kau justru bermain disini ? “ ujar sebuah suara disusul suara langkah kaki yang semakin dekat. Aku menoleh, Leonard terlihat berdiri dibelakangku dengan bersungut sungut. Aku tertawa kecil,

“ haha, maaf maaf. Tapi setidaknya aku menunggumu, kan “ kilahku. Leonard memijit keningnya pelan, dia terlihat sedikit lelah.

“ baiklah lupakan saja itu. Tapi lihat, dirimu. Penuh dengan pasir “ lelaki itu menunjuk pakaianku yang sekarang kotor oleh pasir pantai.

“ kau tidak mungkin pergi dengan penampilan seperti itu bukan ? “ Leonard berkacak pinggang menatapku dari atas sampai bawah. Aku hanya nyengir lebar sebagai balasan saat lelaki itu mengomel karena aku membuat mobilnya ikut kotor oleh pasir. Leonard membawaku dan Sebastian menuju penginapan terdekat, dia bahkan berbaik hati membelikanku pakaian saat aku mandi, yang tentu saja sangat sesuai dengan seleraku. Menjelang sore, aku siap memulai perburuan.

“ lakukan seperti sebelumnya Leo, kau akan tetap berada di mobil sampai aku memberi kode “ aku mengenakan sabuk pengaman, kali ini aku memilih duduk di kursi sebelah Leonard sementara Sebastian tidur meringkuk di kursi belakang.

“ sesuai perintahmu, putri “ Leonard mengangguk patuh. Lelaki itu memperhatikanku sekilas, aku yang menyadari tatapannya refleks mengoreksi penampilanku.

“ ada apa ? apa ada yang aneh ? “ kaos hitam yang ku padukan dengan kemeja berwarna biru donker, terlihat serasi dengan celana yang ku kenakan. Kurasa itu tidak aneh bukan ? “

“ tidak kok. Kau terlihat cantik “ puji Leonard, ada semburat tipis diwajahnya yang berhasil kutangkap saat dia mengatakannya.

" Trims. Kau sudah tahu lokasi tujuan kita, kan ? " Leonard mengangguk sebagai jawaban, mobilnya mulai merayap meninggalkan penginapan dan perlahan masuk ke jalur utama. Leonard tidak berusaha mencari topik ataupun memulai pembicaraan, jadi aku juga memutuskan untuk tetap diam. Walau sebenarnya aku sedikit tidak nyaman dengan suasana ini, aku butuh pengalihan agar aku tak memikirkan ketakutanku yang harus ku hadapi setelah ini. Beruntungnya aku tak perlu berlama lama ada di situasi itu karena hanya butuh beberapa menit untuk kami tiba di depan sebuah salon yang akan segera tutup dalam beberapa menit.

" Apa rencanamu, nona ? "

" Apa yang kau rencanakan Putri ? " Tanya Leonard dan Sebastian hampir berbarengan.

" Kita ikuti dia sampai rumahnya, lalu kita sergap di sana " jawabku mantap tanpa ragu. Tak seperti sebelumnya, kali ini aku punya rencana bagus. Seorang gadis bersurai Hitam dengan sebagian rambutnya yang di cat warna pink pastel terlihat melangkah keluar menenteng tas mahal setelah salon itu tutup, itu Claire, target ku malam ini.

" Ikuti dia " ujar ku yang dibalas anggukan oleh Leonard. Claire menaiki sebuah mobil yang diparkir tidak jauh dari salon tempatnya bekerja, gadis itu sama sekali tak berubah sejak terakhir kali aku melihatnya. Dia masih saja sombong dan berusaha terlihat mewah, walau aku yakin semua barang bermerek yang dikenakan oleh nya bukan barang yang asli, tapi tetap saja menyebalkan melihatnya.

" Kenapa kau tidak bilang kalau mau kerumahnya ? Kita bisa saja langsung menuju kesana dan menunggunya pulang, bukan ? " Tanya Leonard yang akhirnya bersuara. Aku tertawa,

" Haha, bukan itu intinya Leo. Aku ingin sedikit melihat sikapnya sebelum menangkapnya " tanpa sadar aku sedikit menundukkan kepala, mengingat Claire dulu pernah menjadi temanku sebelum dia diperbudak dan menjadi bawahan Merry. Tapi tetap saja, perlakuan nya padaku setelah menjadi bawahan Merry sudah keterlaluan. Walaupun dia pernah menjadi temanku, tak menutup fakta bahwa dia juga salah satu penyebab trauma ku.

" Kau harus menghabisi semuanya sampai akarnya, nona " ujar Sebastian mengingatkan. Dia seolah ingin menegaskan bahwa aku harus menghabisi semuanya yang terlibat, tentu saja Claire salah satunya juga. Walau sedikit ragu, aku akhirnya mengangguk tipis. Kami sampai di rumah gadis itu, dan seperti sebelumnya, aku meminta Leonard untuk tetap berada di dalam mobil sementara aku akan masuk ke dalam rumah dan melumpuhkan Claire.

" Apa rencanamu, nona ? " Tanya Sebastian setelah kami sedikit menjauh dari mobil.

" Rencana nya ? " Aku menggendong Sebastian,

" Kau akan membuat keributan dan buat dia membuka pintunya untukku " ujar ku sebelum melemparkan tubuh sebastian melewati tembok pembatas. Kucing itu sedikit berseru kaget, kia terlambat menyadari apa yang akan kulakukan saat aku menggendong nya tadi.

" Dasar. Bilang bilang dong kalau mau melempar ku " protes nya lewat telepati yang hanya aku balas dengan tawa kecil. Tak lama kemudian terdengar suara barang pecah dari halaman rumah Claire, itu pasti Sebastian. Baiklah, ayo kita mulai.

" Bastian ! Kamu di mana ?? " Aku berseru memanggil kucing itu.

" Ayo keluar ! Jangan sembunyi " aku menerobos masuk ke dalam pagar rumah Claire, pura pura mencari kucing itu. Dan sesuai dengan rencana ku, Claire langsung keluar lagi setelah mendengar keributan di halaman rumahnya.

" Hey, siapa kau ?! Sedang apa kau di sini ? " Tanyanya ketus.

" Maaf, aku mencari kucingku. Kurasa dia masuk kemari, apa kau melihatnya ? " Aku balik bertanya, masih menoleh ke kanan kiri mencari keberadaan kucing itu. Kemana dia ? Harusnya dia langsung muncul setelah Claire keluar dan bicara denganku. Tapi kenapa dia tidak ada ? Saat itulah aku baru menyadari, bahwa melempar masuk Sebastian bukanlah ide yang bagus.

" Oh, maksud mu kucing hitam jelek itu ? "

Aku refleks menatap lurus ke arah Claire. Di tengah kegelapan malam dan waktu yang sesingkat itu, harusnya dia tak akan tahu kalau itu adalah seekor kucing hitam. Bagaimana dia tahu ? Seharusnya Sebastian tak terlihat olehnya.

" Aku lihat kucing gitu ada di dekat jendela kamarku, karena aku pikir dia mungkin siluman pembawa sial jadi aku melempar nya dengan vas bunga " Claire menunjukkan arah salah satu jendela, di sana terdapat tubuh mungil Sebastian yang tergeletak tak sadarkan diri.

" Sebastian ! " Aku segera menghambur ke arah nya. Aku berjongkok melihat kondisi kucingku itu, darah segar terlihat mengalir dari kepalanya. Kurasa dia pingsan setelah kepalanya dipukul dengan keras, itu yang dapat ku simpulkan setelah mengecek kondisinya sekilas. Aku meremas jemari,

" Sialan ! " Gumam ku.

" Apa yang kau lakukan pada kucing ku ?! " Aku berseru marah.

" Bukan kah sudah kubilang ? Aku tak sengaja melempar nya dengan vas " ujar Claire santai.

" Berani nya.. " aku bangkit berdiri, menatap tajam kearah gadis itu dengan aura membunuh yang kuat. Berani nya dia melakukan itu pada kucing ku ! Akan kuberi dia pelajaran, rasa sakit harus dibalas dengan rasa sakit yang sama.

" Ku pastikan kau akan membayarnya " aku melangkah mendekat ke arah Claire, membuat gadis itu refleks mundur beberapa langkah karena merasakan ancaman dariku yang cukup besar.

BUG!

Pukulan ku telak menghantam pipi kanannya. Gadis itu jatuh di tanah, dia mengaduh pelan. Lupakan pistol setrum yang kubawa, aku akan membuat nya terkapar dengan tangan ku sendiri.

" Berani sekali kau melukai kucing ku yang berharga " aku meletakkan kakiku di atas kepala nya yang masih menempel di tanah.

" Kau akan menerima akibatnya, gadis nakal " aku merendahkan tubuh ku, berbisik padanya dengan nada mengancam.

" Maaf, maafkan aku. Tolong jangan sakiti aku " Claire memohon, sorot matanya terlihat memancarkan ketakutan. Aku tertawa,

" Menyakiti mu ? " Seringai tipis terbit di wajah ku.

" Oh tidak, gadis kecil. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya akan membuat mu merasakan hal yang sama seperti yang pernah kurasakan " ujar ku sebelum aku menghantam kan sepatu kets ku keras keras pada kepalanya sampai gadis itu pingsan. Aku memberi kode pada Leonard yang berada di mobil dengan cahaya flash dari ponsel ku, lelaki itu yang melihat kode dariku segera keluar dan menghampiri.

" Seret dia " ku tunjuk Claire yang tergeletak di tanah. Sementara Leonard membawa Claire, aku menghampiri tubuh Sebastian yang masih terbaring di tanah lantas menggendong nya hati hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!