chapter 12

  “ itu tadi keren, nona “ ujar kucing itu tiba tiba lewat telepati.

  “ Sebastian ! kau baik baik saja ? “ batinku senang. Suara tawa terdengar,

  “ tentu saja aku baik baik saja, nona. Aku hanya berakting, tak kusangka kau yang ratu drama tak menyadarinya “ Sebastian terkekeh pelan.

  “ ah, dasar kau ini. Kau membuatku khawatir tahu ! “ ujarku sedikit kesal karena kucing itu justru menertawakanku yang sempat khawatir padanya.

 “ tapi aku berhasil memicu amarah mu bukan ? amarah ternyata memang selalu bisa mengalahkan ketakutan manusia, ya “ balas Sebastian santai. Dia itu..benar benar dehh,

  “ aku senang kau mengkhawatirkan ku, tapi bukan kah kau seharusnya tahu kalau iblis tak akan tumbang semudah itu ? mungkin aku memang terlihat seperti kucing, nona. Tapi ingat, aku tak selemah itu “ ujar Sebastian dengan nada angkuh khasnya. Dia tak pernah suka di remehkan, mungkin dia merasa kalau tadi aku sedikit merendahkan nya. Aku tertawa sekilas sebagai balasannya,

  “ ayolah kucingku yang manis, aku tak bermaksud seperti itu “ bujuk ku, khawatir kucing itu akan merajuk mengingat dia pernah dua hari merajuk dan tak mau menyentuh sama sekali makanan yang kuberikan padanya saat aku tak sengaja mengabaikannya dulu.

  “ apa kucingmu baik baik saja, putri ? “ tanya Leonard menghentikan percakapan kami.

" Ah, iya. Dia cuma pingsan kokk, gadis sialan itu melempar nya dengan vas bunga. Tapi kurasa dia baik baik saja " jawabku. Lelaki itu melirik sekilas kondisi Sebastian di pangkuanku.

  " Perlu kita bawa dia ke klinik hewan dulu ? " Tawar Leonard yang kubalas dengan gelengan kepala,

  " Tidak perlu. Kita langsung ke pelabuhan saja, agar kita bisa langsung istirahat setelah ini " tegas ku tak ingin dibantah. Leonard mengangguk mengerti, kia segera melajukan mobilnya ke arah pelabuhan. Sepanjang perjalanan aku hanya diam sembari mengelus lembut kepala Sebastian di pangkuan ku, menciptakan keheningan yang dingin se dingin udara malam ini. Aku mulai menguap,

  Sekali.

  Dua kali.

  Tiga kali.

  Aku mulai bosan dengan situasi ini, Leonard yang kurasa menyadari hal itu akhirnya mulai bicara terlebih dulu.

  " Ngomong ngomong tadi itu keren, putri. Kau menghabisi nya dengan amarah yang memuncak. Aura kebencian mu yang sangat pekat membuatmu terlihat... " Lelaki itu menggantung kalimat nya saat menyadari ku menatap dengan datar.

  " A- ada apa ? "

  " Kau melihatnya ? " Tanyaku datar.

  " U- uh.. ya. Kau dapat ku lihat dari mobil, jadi.. yah.. " jawab Leonard sedikit gagap. Dia menggaruk rambutnya yang tak datang dengan salah tingkah,

  " Tapi kau terlihat keren kok. Benar benar seperti singa buas di padang rumput yang melihat seekor rusa sedang sendirian " tambahnya berusaha menghilangkan suasana canggung. Aku menghela napas pelan,

  " Berjanjilah kau tidak akan memberitahu siapa pun " ujar ku serius yang dibalas anggukan meyakinkan dari Leonard. Bukan apa apa, hanya saja aku tak suka saat orang lain melihat sisi gelap ku yang dingin dan kejam. Selama aku berada di Maximus aku berusaha mati matian untuk tak memperlihatkan sisi ku itu, aku khawatir mereka yang melihatku dengan sisi gelap ku akan takut padaku.

  " Ayolah, nona. Jangan konyol. Mereka adalah mafia, mereka sudah biasa melihat orang orang dengan kepribadian yang jauh lebih kejam dari dirimu. Bahkan mungkin psikopat. Kalau pikir kenapa aku membuatmu masuk ke dalam Maximus ? " Ujar Sebastian. Aku menggeleng, aku tak tahu itu. Memangnya apa alasan Sebastian membawaku masuk kelompok mafia itu ?

  " Agar dirimu bisa leluasa memperlihatkan sisi kejam mu tanpa perlu khawatir ada yang ketakutan berada di dekatmu. Selain itu dengan koneksi yang dimiliki Maximus kau juga bisa dengan mudah melacak keberadaan mereka yang menjadi musuhmu, karena siapa tahu salah seorang dari mereka sudah hilang dan tak mudah untuk ditemukan. Kau juga bisa menjadi lebih kuat di sana " jelas Sebastian panjang lebar. Dia berbaik hati menjelaskan padaku agar aku tahu alasan kenapa aku berada di Maximus.

Mungkin dia berharap banyak agar aku membatalkan niatku untuk keluar dari kelompok mafia itu,

  " Tenang saja, Sebastian. Aku tak akan keluar dari Maximus kok " ujarku.

Sebuah senyum tipis terlukis di wajahku. Benar, jika bukan karena nya, aku tak akan berada di sini sekarang. Mungkin jika aku tak berada di Maximus, saat ini aku sedang di rumah sederhana di sebuah kota kecil dengan kesendirian dan ketakutan ku yang setia menemani. Membayangkan nya saja sudah membuatku bergidik ngeri.

  Tapi itu waktu lama, kami sudah dibagi pelabuhan. Kali ini aku memasukkan Claire ke dalam kontainer tanpa menaruh rasa iba sedikitpun, aku masih sedikit kesal karena ulah nya tadi. Sudut mataku sempat menangkap kehadiran sosok Clara di sisi kontainer yang lain, gadis itu terlihat lemas. Tapi aku hanya meliriknya sekilas, lantas meninggalkan keduanya dalam kontainer yang kemudian segera di kunci rapat oleh Leonard.

  " Setidaknya aku berbaik hati membawakan mu teman " gumam ku yang ternyata didengar Leonard.

  " Kau sudah cukup baik kok, putri. Andai saja aku jadi kau, mungkin mereka berdua sudah tidak berada di dunia ini lagi " aku tertawa mendengar kalimat lelaki itu,

  " Aku sebenarnya juga ingin langsung membunuh mereka, Leo. Tapi apa menarik nya ? Mereka hanya akan sedikit merasakan rasa sakit kaku mati. Yang ku inginkan adalah mereka juga merasakan rasa sakit yang pernah kurasakan karena mereka " sebuah seringai terlukis di wajahku,

  " Akan ku buat mereka merasakan, lebih baik mati daripada hidup dan terus menderita. Sampai akhirnya mereka mati saat sudah mencapai batasnya "

  Lelaki di sebelah ku itu ikut menyeringai tipis,

  " Saat kau diselimuti oleh aura membunuh dan dikuasai oleh dendam, kau justru terlihat sangat menawan. Pantas saja banyak yang menginginkan mu, putri " gumam Leonard pelan. saking pelan nya kurasa dia berharap aku tak dapat mendengar apa yang barusan ia katakan. Tapi percuma saja, Indra ku jadi lebih tajam setelah Sebastian membagi sedikit kekuatannya padaku tempo hari. Jadi tentu saja aku bisa mendengar apa yang barusan dikatakan nya. Aku menghela napas pelan, malam semakin larut dan udara juga semakin dingin menusuk tulang. Kami harus segera kembali ke penginapan untuk istirahat agar besok bisa menjalani aktivitas dengan kondisi prima saat terbangun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!