Caroline kembali terperanjat dari duduknya mendengar nada telfon dimejanya merasa bukan dari ponselnya ia menatap kesana kemari.
merasa kursinya terus bergetar ia mengangkat pantatnya dan melihat hp yang terus berteriak. Caroline mengangkat hp itu dengan teliti...
zevanya
"bagaimana ini, siapa zevanya? dan ini hp siapa?" gumanya khawatir dan menimbang apa dia harus mengangkat atau mengabaikannya.
angkat, tidak, angkat, tidak aaahhhh bisa gila.
caroline terus mengingat kembali dan nama Arkana terlintas diotaknya.
monster itu terakhir yang duduk tapi kevin juga sebelumnya. pasti dia.
caroline berjalan dan terus memikirkan siapa pemilik hp yang ia genggam dan terus bergetar ditangannya, dia hanya tidak berani mengangkat hal pribadi orang lain terkait bahwa dia baru di tempat ini.
caroline mengetuk pintu bahwa dia adalah orangnya tanpa rasa ragu.
"Maaf tuan menganggu." Arkana melirik dan menurunkan kacamata yang bertengger dihidungnya.
"Ada apa?" mendengar jawaban dingin caroline kembali menyesali kepercayaan dirinya.
"Apa ini milik anda tu-" Melihat hp Arkana membuatnya 'aku salah sasaran'.
"Apa?!" datar Arkana tak sabaran.
"Ahh tidak apa-apa tuan." sorot mata yang tajam membuatnya menelan salivanya gugup "ini mungkin hp tuan kevin, aku mengira ini milik anda" jelas caroline membuat Arkana memicingkan matanya.
"berikan padaku!" melihat hp yang digenggam caroline terus bergetar membuat Arkana penasaran.
caroline menyerahkannya tanpa rasa ragu, ia percaya karena Arkana sahabat kevin. dia juga penasaran dengan zevanya.
"zeva.." Arkana mengernyit tak suka dan mengangkat telpon dengan rahang mengeras.
Ada apa dengannya? mimik mukanya menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan zevanya. kenapa tidak suka?
"kau kenapa?" mendengar itu membuat caroline merinding, jika dia yang menerima telpon dengan nada seperti itu dia akan segera mematikannya.
caroline mendesah kecewa karena tidak bisa mendengar suara gadis itu. Arkana yang tak sengaja melihat perubahan wajah caroline membuatnya tersenyum tanpa sadar mengaktifkan pengeras suara.
"kenapa kau yang mengangkatnya?"
caroline mengangkat wajahnya setelah mendengar suara perempuan. Menatap Arkana dan mengerjapkan matanya tidak percaya sementara Arkana memalingkan wajahny fokus pada layar komputer.
"kenapa! Apa masalahmu?" ketus Arkana.
"kemana kevinku? berikan padanya!"
"kau sudah pergi! jadi jangan menganggunya lagi. sudahi menyakiti sahabatku." Arkana menghembuskan nafas kesal menghadapi wanita ular seperti zevanya.
"kenapa? aku tahu kevin ada disana! berikan padanya aku ingin bicara, aku tidak suka dia menghindariku." nada kesal disana dengan tak sabaran.
"cukup sampai disini! kau tahu akukan? aku tidak suka melihat dia sakit, aku tidak segan menjatuhkanmu jika kau menganggunya lagi!" ancamnya lalu memutuskan teponnya sepihak.
Arkana meraih hpnya dan menelpon seseorang.
"Suruh kevin keruanganku. bukan tahun depan! sekarang zigi zaga.." caroline menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah imut Arkana.
apaan imut? mataku sudah sakit! Dia sama sekali tidak menunjukkan sisi imut tapi menyebalkan.
"Apa kau tertawa? beraninya kau!" Arkana melotot tidak terima melihat caroline mengerucutkan bibirnya seakan menahan tawanya.
"Anda salah lihat tuan, saya tidak mungkin menertawakan anda." elak caroline cepat.
"Ck baguslah kalau kau sadar diri." Arkana menunjuk caroline dengan hp kevin.
kevin yang baru masuk berjalan cepat pada Arkana.
"jadi kau yang menyembunyikan ponselku? sialan kau kana!" kesal kevin menatap tajam Arkana.
"berdosalah kau! menuduhku seperti itu aku bisa memenjarakanmu" Arkana mengangkat sebelah alisnya "tapi karena kau CEO sama saja aku mencoreng nama baik perusahaanku" caroline menggelengkan kepalanya, lama-lama otaknya semakin geser karena mereka.
"Hpmu bersamaku, tapi aku mengira hp itu milik tuan Arkana jadi aku membawanya kemari tapi ternyata itu hp kevin." jelas caroline membuat kevin tersenyum merasa bersalah.
Apa! apa yang aku dengar itu? kevin? bukan memanggilnya dengan embel-embel tuan? gadis itu benar-benar sangat menyebalkan.
"Jangan menatapku seperti itu! sangat menganggu."
"maaf bebyy. aku tidak tahu." kevin mengedipkan matanya membuat Arkana mendengus jijik.
Kevin memeriksa hpnya dan mematung melihat satu nama yang sangat berpengaruh di hidupnya bahkan dirinya tidak pernah mengangkat telpon dari zevanya dan hari ini Arkana! menatap Arkana yang menatapnya bingung.
"kenapa kau mengangkatnya?" Tajam kevin membuat Arkana tersenyum mengedikkan bahunya.
"Aku hanya menyapanya karena dia terus menelpon." jawab Arkana dengan nada dibuat-buat "kenapa? kau menyukainya."
kevin emosi. melihat itu caroline melihat sisi menyeramkan dalam tubuh kevin, ia mengira kevin pribadi yang cuek dan dingin tapi karena zevanya ia berubah menjadi pribadi seperti sekarang.
"kan! kau sudah melewati batasanmu." suara dingin kevin membuat caroline menatap Arkana khawatir.
"Apa kau ingin memukulku?" tantang Arkana dengan senyum sinisnya.
apa-apaan dia ini sudah dalam kondisi genting seperti ini malah memancing emosi orang.
kevin keluar dengan gurat emosi yang terlihat jelas begitu kerasnya ia menahan sampai buku tangannya memutih. melihat kevin mengepalkan tangannya membuat Arkana acuh, karena dia tahu kevin tidak akan menyakitinya.
"Aku permisi tuan." caroline berlari mengejar kevin.
Aku sudah salah memperlihatkan pada gadis itu rahasia sahabatku sendiri.
"aku minta maaf vin." gumam Arkana mengusap wajahnya kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments