Terkadang yang terlihat tidak sepenuhnya benar. Awalnya Caroline ingin berpikiran hal yang sama seperti yang ada dipikiran para wanita melihat Presdir Ivander group. Bahkan saat dirinya di inggris Nama Arkana Ivander sudah tidak asing lagi baginya. Tapi pria itu sangat berbeda wajah dan perilakunya sangat berbeda. Dingin dan tak tersentuh tapi setelah mengamati presdir tersebut ia mendapatkan sisi lembut dari Arkana.
"Hell. Dia begitu tampan!" umpat Caroline menceritakan apa yang dilaluinya.
Davina menatapnya geli. "Kau sedang jatuh cinta rupanya nona?" Tanyanya pada caroline yang masih terkagum pada Arkana.
"Ayolah davina, kau tahu pemilik hati ini!" Jawab caroline menunjuk hatinya.
Davina hanya memutar bola matanya malas,"Sampai kapan kau akan mencintainya sendirian bodoh?!" ketus Davina tak suka.
Caroline berdecak,"Aku tidak dapat memastikan hal itu bodoh!"
Davina hanya mengedikkan bahunya acuh,"Terus bagaimana dengan keinginan dad mu?"
"Aku hanya tidak ingin menimbulkan pertengkaran diantara saudaraku." jawab caroline menatap ke arah luar kafe milik davina.
Caroline terdiam cukup lama,menatap jalanan yang berlalu lalang diluar sana. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi kedepannya, Mark, camora dan dirinya akan menjadi sangat asing lagi. Kedua saudaranya sangat menginginkan jabatan itu, kecuali dirinya. Ia bahkan tidak peduli dengan perusahaan. Caroline memiliki mimpi dan ia tidak ingin mimpinya di atur oleh ayahnya.
"C'mon,Caroline. semua orang menginginkannya" ucap davina yang merasa caroline baru saja memenangkan lotre,bagaimana tidak, sepulang dari inggris ia diberikan perusahaan.
"Tapi aku tak menginginkannya davi. Bagiku perusahaan itu adalah simbol permusuhan antara aku, Mark, dan camora. kau tahu benar hal itu!" setelah itu Davina menjauh dengan duduk di seberang sana. Mengamati ekspresi sahabatnya yang sudah dua tahun tidak dilihatnya.
Permintaan ayahnya merubah segalanya, merubah tujuan awalnya, merubah rencana yang telah tersusun rapi. Caroline mengepalkan tangannya, menyesali kepulangannya di negara ini. jika saja ia mendengarkan Lionel mungkin hal ini tidak akan terjadi. Mengingat nama pria itu caroline tersadar, sudah seminggu pria itu tidak menghubungi dirinya.
"Apa yang akan kau lakukan?"
Pertanyaan itu menarik Caroline kembali ke dunia nyata. Ia mengerjapkan mata sebelum menjawab pertanyaan davina.
Caroline menghela napas panjang, "Keputusan dad sudah bulat ia tidak memberiku kesempatan untuk membela mimpiku."
Davina mengangguk hanya 1 jalan keluar yang dimiliki sahabatnya, "Kau hanya perlu berbuat onar!"
"Itu sudah tidak mempan lagi davina!kau tahu?bahkan ponselku disita!" Kesal caroline.
Davina membulatkan matanya, "What!!!seriously? it's so bad" Bahkan dirinya tak habis pikir atas kemalangan yang menimpa caroline.
Caroline mengangguk, "No wonder i feel lionel didn't contact me dan masalahnya ada padaku." dirinya berpikir mungkin lionel tidak menghubunginya karna marah padanya ternyata masalah itu ada pada dirinya. "Aaaaaaah my soul...ponselku!" lirih caroline menenggelamkan kepalanya ke atas meja.
"kita akan kemana?"
Seharian, caroline terus menahan davina. Ia bahkan tidak tahu kemana tujuan wanita itu,menculiknya di kafe dan memaksanya untuk naik ke mobilnya.
"Mall"
Davina mengerutkan dahinya. Ia membuka pintu setelah mobil Caroline sampai dipelataran Mall.
"Ayolah davina just have fun!!!!" Teriak Caroline yang mengundang banyak tatapan.
Segera saja Davina membekap mulut caroline yang baru saja mempermalukan dirinya. "Tutup mulutmu!"
Caroline hanya mengedikkan bahunya, tak peduli. Dan menarik tangan Davina untuk masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Bundha Via
keren thor👍👍
2020-06-07
1
Lilis Effendi
harus lebih menyimak saat membaca
2020-06-03
3
~khal Namakaeha~
semangat thor
2020-05-19
1