Kemudian mereka mulai berjalan menuju desa Baltra. Hanya tinggal sebentar untuk sampai ke desa tersebut. Dan tak sampai tengah hari mereka sudah tiba.
Desa itu dipagari oleh sungai yang melingkar di sisi timurnya dan bebatuan besar di antara petakan-petakan sawah di sisi baratnya, sebelum kemudian terlihat gerbang pusat desa di ujung jalan.
Penduduk desa terlihat sedang bekerja di sawah saat kereta Couran berjalan memasuki jalan berbatu menuju gerbang desa.
Pusat desa Baltra terlihat cukup sibuk. Banyak penduduk yang terlihat melakukan aktifitas di sepanjang jalan. Rumah mereka terbuat dari kayu dengan atap dari anyaman jerami kering. Rumah-rumah itu berjajar serupa di sepanjang jalan membentang simetris ke segala arah dari gerbang desa.
Couran segera mengantar Deuxter ke tempat penyembuh desa yang hanya berjarak dua rumah dari gerbang. Banyak penduduk desa yang memperhatikan karena penasaran. Kemudian Couran mengantar rombongan yang lain untuk singgah ke rumahnya sebelum kemudian ia pamit untuk menemui kepala desa.
Sedang rumah Couran tampak cukup besar untuk ukuran pria tua yang tinggal seorang diri. Memiliki dua kamar dan satu gudang yang terpisah dari rumah utamanya. Tapi tak jauh berbeda dengan keretanya, rumah Couran juga terasa lebih sempit karena dipenuhi dengan lebih banyak buku dan alat-alat yang jarang dilihat secara umum.
Melihat barang-barang serta buku-buku Couran, Nata dan Aksa tidak sungkan dan tak menunggu untuk meminta ijin dahulu, mereka langsung duduk bersila membaca gulungan-gulungan itu.
-
Selepas tengah hari Couran kembali saat Lucia, Jean, Huebert, dan Loujze sedang di tengah perbincangan mereka tentang daerah Estrinx. Serta Aksa dan Nata yang masih sibuk dengan gulungan-gulangan buku di ujung ruangan.
"Kami mohon bantuannya selama Deuxter masih dalam penyembuhan," ucap Huebert kemudian bermaksud meminta ijin untuk tinggal sementara di rumah Couran sampai Deuxter kembali bisa melakukan perjalanan.
"Kalian jangan sungkan. Toh, aku juga hanya seorang diri di rumah ini," jawab Couran kemudian. "Dan bagaimana dengan rencana Anda berdua setelah ini?" Kali ini Couran bertanya pada Lucia dan Jean.
"Kami mungkin akan pamit dari sini esok pagi, Tuan," jawab Lucia.
"Ada apa, Tuan Couran? Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Jean setelah menyadari wajah Couran yang tampak sedikit lesu sedari pertama memasuki ruangan.
"Benar, desa ini sedang dilanda masalah."
"Apa itu?" Kali ini Lucia yang bertanya.
"Separuh lahan persawahan penduduk tertimbun bukit longsor."
"Apa parah? Butuh waktu berapa lama untuk menggarap ulang tanahnya?" Kali ini Huebert ikut bertanya.
"Kata mereka parah. Mungkin setengah sampai satu tahun lagi baru bisa kembali menghasilkan."
"Parah juga."
"Penghasilan utama desa ini adalah dari pertanian. Bila desa ini kehilangan setengah dari penghasilan mereka, maka desa ini akan kesusahan untuk membayar pajak ke kerajaan."
Semua terdiam antara tidak tahu harus berkata apa atau sedang berusaha mencari cara untuk membantu.
"Apakah Tuan Couran mau mengantar kami untuk melihat lokasi longsor tersebut? Mungkin kami bisa membantu memikirkan cara untuk kesusahan ini," ucap Nata kemudian.
"Itung-itung balas budi kami karena semua pelajaran dan gulungan-gulungan buku Tuan." Aksa mengimbuhi.
Dan perlahan Couran pun tersenyum yang kemudian disusul oleh yang lain.
-
Esok pagi nya Couran mengantar Nata dan Aksa melihat wilayah yang tertimbun longsong tersebut. Namun semua orang kecuali Huebert yang sedang menjaga Deuxter, berinisiatif untuk juga ikut melihat.
Setelahnya Nata dan Aksa meminta Couran untuk di antar berkeliling ke seluruh wilayah pertanian desa Baltra. Desa tersebut di kelilingi area persawahan yang luas membentang ke segala penjuru. Butuh setengah hari untuk berjalan mengelilinginya. Tampak pula bukit di sisi utara dan sungai membentang di sisi timurnya.
"Cara bertani di desa ini buruk sekali," ujar Nata saat mereka hendak berjalan kembali ke rumah Couran. "Padahal lahan mereka besar."
"Lalu apa kau akan mencoba membenahinya?" tanya Aksa.
"Sebenarnya jujur aku malas melakukannya. Kita orang asing yang tidak mereka kenal. Sedang cara bertani mereka sudah ada turun temurun seperti kebudayaan."
"Tapi kau sedang merencanakan sesuatu, kan?"
"Yah, sayangnya seperti itu."
"Apa itu rencana agar kita bisa makanan gratis selama masih di sini?"
"Ya, itu salah satunya. Kurasa kita juga harus mengajari mereka cara memasak yang baik. Rasa masakan mereka parah," ujar Nata seraya membuat gerakan seperti akan muntah.
"Hei, kalian berdua! Kami mendengar apa yang sedang kalian bicarakan," ucap Jean kemudian.
"Oh, kupikir tadi kami sedang berbincang dengan bahasa kami sendiri, hehehe..." ujar Aksa kemudian sambil tersenyum malu-malu, diikuti oleh Nata.
"Jadi apakah sudah kalian temukan cara menyelamatkan tanah yang tertimbun longsor itu?" Jean tampak sedikit berang mendengar ucapan dua pemuda itu tadi.
"Kalau untuk itu sih mudah, tidak perlu menunggu setengah tahun atau lebih. Kita bisa mulai menggarap tanah itu dalam lima hari lagi."
"Benarkah?" Couran terdengar terkejut tak percaya.
"Terdengar tidak meyakinkan," terdengar Lucia berkata lirih.
"Yang paling sulit dari membersihkan sisa longsoran itu adalah bebatuan besar dan tanah padasnya yang bukan saja berat tapi juga tidak punya posisi yang mudah untuk diangkat.
"Meski kita berusaha memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil pun akan memakan waktu yang lumayan lama dengan alat dan sumber daya manusia yang kita punya saat ini. Namun bila kita menemukan cara untuk menangani hal tersebut, maka masalah sisanya akan mudah saja."
"Benarkah? Kau sudah menemukan cara menangani masalah itu?"
"Benar, hanya saja yang lebih penting adalah cara menangulangi bila masalah seperti ini terjadi lagi kedepannya. Dan juga pertanian di sini tidak dimanfaatkan dengan sepenuhnya." Nata menjelaskan.
"Maksud mu?" tanya Couran penasaran.
"Tuan Couran, bisakan Anda mempertemukan saya dengan kepala desa ini?" ujar Nata dengan gaya sok penting.
"Menjengkelkan sekali dua bocah itu!" ucap Jean kesal melihat gelagat Nata dan Aksa.
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
dewi andarini
cerita nya bagus
2023-04-16
1
Lulalgin O'Brien
Btw aku udah lama banget cari cerita ini, setiap novel aku liat dulu sinopsis nya satu-satu. Dulu sempat baca novel ini tapi lupa judul dan belum ditambahin ke favorit. seneng banget akhirnya ketemu ❤️
2022-01-28
5
Hadi Ghorib
460
2021-01-20
1